DEMOCRAZY.ID - Pegiat media sosial Lis Turyanto menunjukkan hutang budi Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yaitu diselamatkan dari stateless atau tanpa kewarganegaraan saat Presiden ke-5 itu menjabat.
Sehingga menurut Lis, hanya menghitung waktu Prabowo Subianto berkoalisi dengan PDIP untuk pemerintahan mendatang, apalagi setelah pecah kongsi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Jadi sepanjang Prabowo pecah kongsi dengan Jokowi maka peluang PDIP merapat sangat besar, ya mengingat hubungan baik Megawati-Prabowo, jadi lur koalisi Prabowo-PDIP hanya menghitung waktu saja," ungkapnya.
"Apalagi Prabowo juga berhutang budi dengan Bu Megawati terutama saat diberikan jalan kembali ke Indonesia dari Yordania pasca kasus penculikan aktivis pro-demokrasi pada tahun 98 lalu," imbuhnya, dikutip dari YouTube 2045 TV, Sabtu (4/5).
Sebelumnya, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno memprediksi Presiden terpilih Prabowo Subianto akan meninggalkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan memilih PDIP usai dilantik menjadi kepala negara pada 20 Oktober 2024.
"Rasa-rasanya setelah 20 Oktober, Prabowo ini akan jauh memprioritaskan PDI-P ketimbang Jokowi yang sudah tak lagi jadi presiden," ujar Adi dalam program Obrolan Newsroom Kompas.com, Selasa (30/4/2024), dikutip dari Kompas.
"Tapi per hari ini, saya membaca Prabowo masih cukup menghargai dan menjadikan Jokowi sebagai variabel penting. Karena sampai tanggal 20 saya kira Jokowi masih jadi presiden," sambungnya.
Adi menilai PDIP mempertimbangkan hubungan Jokowi dan Prabowo untuk bergabung di dalam pemerintah.
"Oleh karena itu, setidaknya PDI-P barrier politiknya bagaimana hubungan Prabowo dan Jokowi. Kalau sudah tak baik-baik saja, bukan tidak mungkin PDI-P itu akan jadi bagian dari koalisi," katanya.
Lebih lanjut, ia meyakini Prabowo akan lebih mengedepankan dukungan yang berlimpah di parlemen, dan tidak yakin membiarkan PDIP yang merupakan partai pemenang Pileg 2024 berada di luar pemerintah.
"Karena kalau mau jujur, Prabowo ini pasti akan bicara ke depan, bagaimana mendapatkan dukungan berlimpah, dukungan politik, dukungan partai solid, sehingga semua keputusan politik bisa berjalan dengan baik," jelasnya.
"Mereka bisa kritis dan selalu bisa resisten setiap keputusan politik Prabowo. Pasca (Jokowi) tak lagi jadi presiden, Prabowo akan memilih, lebih penting mana antara PDI-P dan Pak Jokowi," imbuhnya.
Sumber: Populis