DEMOCRAZY.ID - Pemerintahan Jokowi Dalam Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem: 'Indonesia Paling Tinggi di ASEAN Jumlah Penduduk Miskin'
Dalam menilai kinerja pemerintahan, tidak bisa dipungkiri bahwa satu indikator kunci adalah kemampuannya untuk mengentaskan kemiskinan.
Namun, dalam era pemerintahan Jokowi, kritik-kritik pedas mulai mengemuka terkait kegagalan dalam menangani kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Para pendukung ekstrem Jokowi seringkali merujuk pada hasil survei yang menunjukkan bahwa 75% rakyat merasa puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi. Namun, kita tidak boleh terlena oleh angka-angka tersebut.
Data yang dirilis oleh pemerintah Jokowi sendiri menunjukkan bahwa jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem mencapai angka yang mengkhawatirkan, yaitu sekitar 26 juta orang. Angka ini hampir setara dengan jumlah penduduk Australia atau Malaysia.
Bahkan lebih memprihatinkan lagi, data-data lain menunjukkan bahwa kemiskinan ekstrem masih menjadi masalah serius di Indonesia.
Terlepas dari retorika yang disampaikan oleh PDIP dan Jokowi tentang pencapaian nol kemiskinan ekstrem pada tahun 2024, realitas lapangan menunjukkan hal yang berbeda.
Perlu kita perdalam lebih jauh, apakah program-program yang diumumkan oleh pemerintah benar-benar terbukti efektif dalam mengurangi kemiskinan ekstrem.
Apakah hasil survei tersebut benar-benar mencerminkan kondisi riil yang dialami oleh masyarakat di lapangan?
Kita juga perlu bertanya-tanya apakah ada kesenjangan antara janji politik dan kenyataan yang terjadi.
Dengan begitu banyaknya warga yang masih hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem, kita tidak bisa membiarkan program-program pemerintah hanya sebatas omong kosong belaka.
Kritik yang tajam dan tulus harus terus dilontarkan untuk memastikan bahwa pemerintah benar-benar bertanggung jawab dalam menjalankan amanahnya untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perbandingan Kemiskinan dan Kemiskinan Ekstrem di Negara ASEAN
Thailand: Thailand telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Menurut data Bank Dunia, tingkat kemiskinan di negara ini turun dari sekitar 65% pada tahun 1988 menjadi sekitar 7% pada tahun 2019.
Namun, masih terdapat masalah kemiskinan ekstrem di daerah-daerah terpencil dan pinggiran kota yang belum terselesaikan.
Indonesia: Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin ekstrem yang signifikan, dengan sekitar 26 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan.
Meskipun terdapat upaya dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini, tantangan besar masih terjadi karena Indonesia memiliki populasi yang besar dan keragaman geografis yang kompleks.
Vietnam: Vietnam telah mencatat kemajuan yang luar biasa dalam mengurangi tingkat kemiskinan ekstrem. Sejak tahun 1990-an, tingkat kemiskinan di negara ini turun drastis dari sekitar 60% menjadi kurang dari 5% pada tahun 2019.
Upaya pemerintah untuk mengembangkan ekonomi pedesaan dan memperluas akses pendidikan dan layanan kesehatan telah menjadi faktor kunci dalam kesuksesan ini.
Filipina: Filipina menghadapi tantangan yang kompleks dalam mengatasi kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.
Meskipun terdapat upaya dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah, tingkat kemiskinan tetap tinggi di daerah-daerah terpencil dan di antara kelompok-kelompok rentan seperti pekerja migran dan penduduk asli.
Singapura: Singapura dikenal karena memiliki tingkat kemiskinan yang rendah, tetapi juga memiliki kesenjangan sosial yang signifikan.
Sementara mayoritas warga Singapura menikmati standar hidup yang tinggi, masih terdapat kelompok minoritas yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kesenjangan ini terus dilakukan melalui program-program bantuan sosial dan pembangunan perumahan yang terjangkau.
Meskipun setiap negara ASEAN memiliki tantangan unik dalam mengatasi kemiskinan dan kemiskinan ekstrem, kolaborasi antar-negara dan upaya bersama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di kawasan ini.