DEMOCRAZY.ID - "Pembohong!". Teriakan itu menggema seisi ruangan ketika seorang pejabat Israel menyampaikan pandangannya di sidang Pengadilan Internasional (IJC) Den Haag Belanda, Jumat (17/5/2024).
Dari video Al Jazeera tampak pejabat perempuan Israel yang juga seorang pengacara itu kaget saat diteriaki pembohong.
Dia adalah Penasihat Hukum Kementerian Luar Negeri Israel, Tamar Kaplan Tourgeman. Dia langsung menoleh ke belakang setelah mendengar suara itu.
Tak lama kemudian dia melanjutkan pandangannya dalam persidangan.
Seketika siaran resmi ICJ dihentikan dan wanita yang mencemooh itu dikawal keluar oleh petugas keamanan.
Pejabat itu sebenarnya sedang membantah dan mengajukan 'bukti tandingan' terhadap petisi Afrika Selatan untuk menerapkan tindakan sementara terhadap Israel berdasarkan Konvensi Genosida.
Israel membela diri serangan militer yang sedang berlangsung di Gaza pada Mahkamah Internasional (ICJ).
Hal itu karena di persidangan Afrika Selatan terus menyuarakan agar mahkamah tersebut menuntut diakhirinya invasi darat Israel ke Rafah, rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina.
Gilad Noam, wakil Jaksa Agung Israel untuk Urusan Internasional, berpendapat bahwa Israel terlibat dalam perang melawan Hamas dan membantah klaim genosida.
Dia mengecam anggapan perwakilan Afrika Selatan dalam sidang itu.
Ia mengatakan kepada pengadilan, “Dengan mengeksploitasi Konvensi Genosida, Afrika Selatan menyarankan adanya pembacaan hukum internasional yang berbelit-belit, sehingga setiap konflik dapat dibawa ke Pengadilan ini.”
Noam selanjutnya menuduh Afrika Selatan bersekutu dengan Hamas dan menyoroti pertemuan baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Afrika Selatan dan delegasi Hamas di Johannesburg.
Permintaan Afrika Selatan
Dalam sidang di Pengadilan Internasional itu, tim hukum Afrika Selatan menjelaskan seluruh tuntutannya kepada Israel.
Termasuk kuburan massal, penyiksaan, dan aksi Israel yang sengaja menahan bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Gaza.
Menurut Duta Besar Afrika Selatan untuk Belanda, Vusimuzi Madonsela, genosida yang dilakukan Israel di Gaza saat ini semakin parah.
"Genosida Israel terus berlanjut dan baru saja mencapai tahap baru dan mengerikan," kata Vusimuzi Madonsela, dikutip dari The New Arab.
Oleh karena itu, ia berharap ICJ dapat menghentikan genosida ini agar rakyat Palestina bisa merasakan kebebasan.
"Afrika Selatan berharap, ketika kami terakhir kali hadir di hadapan pengadilan ini, untuk menghentikan proses genosida ini demi melestarikan Palestina dan rakyatnya," jelasnya.
Sementara itu, seorang pengacara Afrika Selatan, Vaughan Lowe, mengatakan rencana serangan Israel di Rafah merupakan puncak kehancuran Gaza.
"Kampanye Rafah adalah langkah terakhir dalam kehancuran Gaza dan rakyat Palestina", kata Vaughan Lowe.
Ia menjelaskan bahwa rencana Israel serang Rafah ini membuat Afsel geram dan kembali melaporkan kepada ICJ.
"Rafah-lah yang membawa Afrika Selatan ke pengadilan. Namun semua warga Palestina sebagai kelompok nasional, etnis, dan raslah yang membutuhkan perlindungan dari genosida yang dapat diperintahkan oleh pengadilan," jelasnya.
Afrika Selatan ingin ICJ mengeluarkan tiga perintah darurat terkait Rafah.
Pertama, Afrika Selatan ingin pengadilan memerintahkan Israel untuk segera menarik diri dan menghentikan serangan militernya di Rafah.
Kedua, Israel harus mengambil semua langkah efektif untuk memungkinkan akses tanpa hambatan ke Gaza bagi pekerja bantuan kemanusiaan , jurnalis dan penyelidik.
Ketiga, Pretoria meminta pengadilan untuk memastikan Israel melaporkan kembali tindakan yang diambilnya.
Tidak hanya itu, Afrika Selatan juga ingin bantuan kemanusiaan dipermudah memasuki Gaza.
Hamas Senang
Kelompok perlawanan Palestina Hamas memuji sikap Afrika Selatan sidang terbaru di Mahkamah Internasional (ICJ).
“Kami menyambut baik sidang di Mahkamah Internasional untuk mempertimbangkan permintaan yang diajukan oleh Afrika Selatan untuk mengambil tindakan lebih lanjut mengenai agresi dan genosida yang sedang berlangsung terhadap rakyat kami,” tulis pejabat berkompeten di Hamas dilansir Anadolu kemarin.
Kelompok tersebut memandang sidang tersebut sebagai langkah signifikan menuju kriminalisasi Israel, yang telah mengabaikan keputusan pengadilan sebelumnya.
"Kami juga memuji sikap Afrika Selatan dalam memantau rincian genosida Israel terhadap rakyat kami dan desakan mereka untuk mengaktifkan keadilan internasional untuk memastikan bahwa Tel Aviv menghentikan praktiknya terhadap rakyat kami,” demikian pernyataan Hamas.
Hamas mencatat bahwa posisi ini selaras dengan pernyataan yang dibuat oleh ketua pengadilan, Nawaf Salam, yang menegaskan kembali bahwa tindakan pencegahan yang diminta oleh pengadilan tidak mengatasi konsekuensi genosida Israel di Jalur Gaza.
Menurut Hamas ini menyiratkan pengadilan mengambil tindakan lebih lanjut untuk memaksa Israel menghentikan agresinya menarik tentaranya dari seluruh Gaza, dan membuka penyeberangan untuk masuknya bantuan.
Sumber: Tribun