DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga berbicara menilai Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berpeluang besar menang apabila diduetkan di Pilkada DKI Jakarta 2024.
Jamiluddin beralasan, dua mantan gubernur DKI Jakarta itu sama-sama memiliki elektabilitas yang tinggi sehingga berpeluang besar memenangkan kontestasi Pilkada Jakarta jika berduet.
"Baik Anies maupun Ahok hingga saat ini masih memiliki elektabilitas tinggi. Karena itu, dua sosok ini berpeluang menang pada Pilgub Jakarta pada November 2024 relatif besar," kata Jamiluddin dalam keterangannya, Jumat (3/5/2024).
Jamiluddin menilai, ada sejumlah hal positif apabila Anies-Ahok disatukan dalam Pilkada Jakarta 2024.
Pertama, duet Anies-Ahok dapat mencegah polarisasi tajam seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu ketika keduanya berebut kursi gubernur.
"Kalau hal itu (duet Anies-Ahok) terwujud, Pilgub Jakarta 2024 akan relatif damai. Pesan-pesan politik yang kontradiksi dan memuat permusuhan dapat diminimalkan," jelas Jamiluddin.
Jamiluddin mengatakan, perpecahan di tengah masyarakat itu perlu dihindari karena Jakarta akan dijadikan sebagai kota jasa yang akan mudah berkembang dan maju bila warganya damai dan bersatu tanpa ada gejolak yang dapat merusak reputasi Jakarta.
Hal positif lainnya, menurut Jamiluddin, Pilkada Jakarta 2024 berpeluang cukup satu putaran apabila Anies diduetkan dengan Ahok.
"Sebab, bersatunya Anies-Ahok menjadi kekuatan yang akan sulit ditandingan pasangan lain. Anies-Ahok akan mudah menang, meskipun Ridwan Kamil maju di Pilgub Jakarta," kata dia.
Ia mengatakan, negara dapat menghemat anggaran jika Pilkada Jakarta 2024 hanya berlangsung satu putaran.
Untuk diketahui, Anies saat ini tengah diwacanakan untuk kembali maju di Pilkada Jakarta 2024.
Partai Nasdem bahkan telah menjadikan Anies sebagai prioritas utama yang akan diusung.
Sementara itu, nama Ahok juga masuk dalam bursa calon gubernur DKI Jakarta di PDI Perjuangan bersama sejumlah tokoh seperti Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.
Sumber: Kompas