DEMOCRAZY.ID - Bali kembali menjadi sorotan setelah ramai di media sosial mengenai kabar adanya nama tempat baru yang muncul di sebuah peta di wilayah Canggu, Badung bernama New Moscow.
Penamaan daerah tersebut tertulis dalam bahasa Rusia "New Москва" yang merujuk ke wilayah Kuta Utara, Canggu.
Hal itu terungkap dalam unggahan akun Instagram @canggubalinews pada Rabu, 8 Mei 2024.
Meski hal tersebut belum tentu benar dan bisa jadi hanya candaan, namun ini berhasil memancing emosi warganet.
"WTF. Kok ampe parah begini sih? Mana ini Pemkab? Ya Tuhan, gak lucu samsek ini please! @infobadung @pemkabbadung," tulis akun @rrrhnps_05.95.
"Bendesa Adat tutup mata, tutup mulut, tutup telinga, yang penting cuan cuan cuan," tulis yang lainnya.
"Tolong jangan normalisasi lelucon seperti ini. Ini tidak lucu bagi kami penduduk setempat. Kamu mempermalukan pulaumu sendiri," ujar yang lain turut kesal.
Tim Lifestyle Liputan6.com meminta tanggapan dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun.
Ia mengatakan bahwa tidak masalah jika mereka menamakan istilah "New Moscow".
Alasannya, di daerah lain pun selalu ada nama tempat berdasarkan siapa mayoritas orang yang ada di sana seperti Little India, Pecinan di Singapura, dan Bandung ada Paris Van Java.
"Kalau di Bali ada New Moscow sebagai istilah, nggak masalah asalkan penduduk yang ada di tempat tersebut masih menaati segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta tidak menimbulkan permasalahan dengan masyarakat lokal yang ada di sekitarnya," jelasnya saat dihubungi, Jumat, 10 Mei 2024.
Jumlah WNA Rusia di Bali Melonjak Saat Perang Rusia-Ukraina Dimulai
Sementara itu, warganet lain banyak yang khawatir bahwa Bali akan dijajah dan diambil alih oleh orang Rusia.
"Ini sebenarnya tidak lucu. Jika bali tidak hati-hati, orang-orang Rusia akan mengambil alih sama seperti mereka mengambil alih negara lain," tulis akun @liana_ukraina dalam kolom komentar unggahan tersebut.
"Bali telah dijajah Rusia," yang lain menimpali.
"Ini sudah terjadi sejak Covid. jika pemerintah tidak turun tangan kita semua akan mengucapkan selamat tinggal pada bali," ujar yang lainnya.
Kekhawatiran mereka juga sejalan dengan keberadaan warga negara asing (WNA) Rusia di Bali yang semakin banyak semenjak adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Kebanyakan bule Rusia di Bali adalah kalangan muda atau usia produktif.
Mengutip The New York Post, Jumat, 10 Mei 2024, bahkan sebelum perang, Bali adalah tujuan wisata bagi banyak orang Rusia dan Ukraina.
Pulau ini telah mempromosikan dirinya sebagai lokasi kerja bagi mereka yang disebut sebagai digital nomad.
Pada September 2022, lebih dari 14.500 orang Rusia dan lebih dari 3.000 orang Ukraina telah memasuki Bali, menurut data imigrasi Indonesia.
Parq Ubud Bali
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan pemerintahnya akan membantu memperbarui visa turis bagi mereka yang terjebak perang.
Banyak orang Rusia dan Ukraina mengatakan bahwa Bali mungkin merupakan tempat persinggahan mereka sebelum memutuskan ke mana mereka akan pergi selanjutnya.
Rata-rata, warga Rusia kini tinggal lebih dari 90 hari, dibandingkan satu hingga dua minggu sebelumnya pada awal Januari 2023, menurut Sandi.
Salah satu pendiri Parq asal Amerika, William Wiebe, mengatakan bahwa dia dan investor lainnya tidak pernah bermaksud untuk sepenuhnya melayani wisatawan Rusia dan Ukraina, karena mengira Parq akan lebih banyak digunakan oleh wisatawan Tiongkok dan Australia.
Wiebe mengatakan ada dua lonjakan pendatang pasca-perang: "segera setelah perang dimulai, dan kemudian setelah rancangan mobilisasi Rusia.
Mereka harus berebut menyiapkan lebih banyak apartemen, dan sekarang, mereka memiliki daftar tunggu sekitar 300 orang," katanya.
"Dalam beberapa hari setelah perang, kami kebanjiran," kata Wiebe.
Bali Jadi Tempat Pelarian Perang
Sedangkan Manajer Penjualan Real Estate Parq, Kristina Kuchinskaia, mengatakan sekitar 90 persen orang di Parq adalah orang Rusia dan Ukraina, meskipun dia menambahkan bahwa dia tidak tahu pasti "siapa orang Ukraina dan Rusia."
"Saya tidak berpisah. Bagi saya, kita semua adalah satu," kata Kunchinskaia.
Sejak perang di Ukraina dimulai, Parq Ubud menjadi sebagian ruang kerja bersama, sebagian kompleks apartemen, dan sebagian kafe yang telah menjadi surga bagi orang Rusia dan Ukraina di pulau Bali, Indonesia.
Bali telah lama menarik orang-orang yang mencari pelarian dari kenyataan hidup, termasuk bagi warga Rusia dan Ukraina.
Seorang desainer dari Moskow, Ptushkina, mengatakan bahwa dia berharap bisa kembali ke Eropa untuk belajar seni.
Dia mengatakan sebagian besar temannya sekarang berada di negara-negara seperti Lituania, Latvia, Israel, Georgia, dan Prancis.
Namun, karena dorongan temannya, Arkhip Vouba, dia ikut ke Bali bersamanya untuk bekerja di start-up.
Saat dia meninggalkan Moskow, Vouba (21), mengatakan bahwa dia sempat berpikir bahwa ini bisa menjadi kali terakhirnya berada di sana.
Dia sekarang telah memutuskan bahwa dia tidak akan kembali. Mengenai kehidupan di Parq, dia berkata: "Rasanya tidak sama, tapi juga terasa seperti di rumah sendiri."
Sumber: Liputan6