DEMOCRAZY.ID - Laporan awal mengenai jatuhnya helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian telah dirilis.
Dalam laporan yang dirilis pada Minggu (26/5/2025), tidak menemukan bukti adanya aktivitas kriminal.
Laporan militer tersebut menyebut pesawat "terbakar setelah menghantam daerah tinggi" dan tidak ada jejak "lubang peluru" yang terdeteksi di antara reruntuhan.
"Helikopter tersebut terbang pada rute yang telah direncanakan sebelumnya dan tidak meninggalkan jalur penerbangan yang ditentukan," demikian laporan tersebut, seperti dikutip BBC International.
Komite militer yang menyelidiki kecelakaan itu menambahkan bahwa rincian lebih lanjut akan diberikan seiring penyelidikan lanjutan.
Pesawat tersebut, yang merupakan Bell 212 buatan Amerika Serikat yang berusia puluhan tahun, menabrak lereng gunung saat terbang menuju kota Tabriz di barat laut di tengah hujan lebat.
"Tidak ada hal mencurigakan yang teramati dalam percakapan menara kontrol dengan awak pesawat," kata laporan awal.
"Tanda-tanda tembakan atau sejenisnya tidak terlihat di reruntuhan."
Pesawat tersebut ditemukan oleh drone pada Senin (20/5/2024), tetapi "kompleksitas area, kabut dan suhu rendah" menghambat pekerjaan tim penyelamat, menurut laporan tersebut.
Sebuah pernyataan dari siaran militer pada Kamis mengatakan komunikasi terakhir dari helikopter presiden direkam sekitar 90 detik sebelum kecelakaan terjadi.
Presiden berusia 63 tahun itu bepergian bersama Menlu Amir-Abdollahian, tiga pejabat lainnya, dan tiga awak helikopter. Tidak ada yang selamat.
Teheran telah mengumumkan lima hari berkabung. Puluhan ribu orang telah mengambil bagian dalam prosesi pemakaman.
Presiden Ebrahim Raisi dimakamkan di kampung halamannya di Mashhad pada Kamis, empat hari setelah helikopter itu jatuh.
Raisi, seorang ulama garis keras, dipandang sebagai calon penerus pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Kini posisi presiden diambil alih oleh Mohammad Mokhber, wakil Raisi. Ia akan menjabat hingga pemilu diadakan pada 28 Juni.
Sumber: CNBC