DEMOCRAZY.ID - Tokoh peristiwa Malari 1974 Salim Hutajulu mengatakan keheranannya atas sikap Presiden Jokowi yang dengan enteng dan tanpa beban melanggar etika, moral, dan hukum demi meraih apa yang menjadi ambisi kekuasaan dia dan keluarganya.
Dia menyatakan hal itu saat dihubungi KBA News, Kamis, 4 April 2024, menanggapi pengakuan Ketua KPU Hasyim Asy’ari bahwa salah satu alasan KPU menerima pencalonan Prabowo-Gibran karena adanya surat restu dari Presiden Jokowi.
Kata Salim, KPU menyadari ada masalah karena Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tentang batas umur capres dan cawapres belum berubah. Tetapi karena surat Presiden Jokowi itu, KPU mengambil jalan pintas.
“Saya tidak bisa membayangkan moral dan etika Jokowi. Dia dengan enteng melanggar hukum dan peraturan. Jika dirasakan mengganggu dan merintangi ambisi-ambisi diri dan keluarganya,” kata Ketua Senat Mahasiswa FIS UI tahun 1973-74 itu.
Dia bercerita, tahun 1974 mahasiwa melakukan unjuk rasa kepada rezim Orde Baru karena merasa modal Jepang sudah terlalu mengatur negara ini.
Mahasiswa bergerak karena masalah ekonomi, bukan masalah moral. Pak Harto (Presiden Soeharto), waktu itu, kata Salim, bersih dari masalah moral dalam 10 tahun kekuasaannya.
Buruk Nepotis
Salim Hutajulu menambahkan sementara Presiden Jokowi dalam 10 tahun kekuasaannya menunjukkan reputasi ekonominya buruk. Yang ramai adalah nepotismenya.
Mantan Walikota Solo itu, mengangkat anak dan menantu di berbagai jabatan publik. Terakhir perbuatan tanpa moral dan etikanya mendukung Gibran sebagai cawapres sehingga dia kirim surat ke KPU.
“Publik tentunya bertanya apa wewenang dan dasar hukum Jokowi berkirim surat ke KPU. Lembaga itu bukan bawahan presiden. KPU itu independen karena dipilih DPR RI. Tidak ada kaitan strukrural antara keduanya,” katanya.
Lanjut Salim Hutajulu, yang juga mengherankan, KPU justru mengikuti kehendak Presiden Jokowi, walaupun tidak ada hubungan struktural.
Maka wajar jika publik berpikiran, KPU disandera oleh Presiden Jokowi sehingga tidak bisa selain mengikuti apa maunya orang nomor satu di Indonesia itu.
“MK, semestinya mengambil keputusan yang melawan politik sandera ini. Dia harus mengambil amar yang memihak rakyat dan berorientasi masa depan. Yaitu adakan pilpres ulang yang bebas dari pengaruh Jokowi,” demikian Salim Hutajulu.
Sumber: KBANews