GLOBAL HOT NEWS

Melacak Operasi 'Hasbara' Strategi Propaganda Israel di Indonesia

DEMOCRAZY.ID
April 05, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
HOT NEWS
Melacak Operasi 'Hasbara' Strategi Propaganda Israel di Indonesia
Melacak Operasi 'Hasbara' Strategi Propaganda Israel di Indonesia


Melacak Operasi 'Hasbara' Strategi Propaganda Israel di Indonesia


TL;DR


1. Pemerintah Israel memakai istilah “Hasbara” sebagai nama lain dari upaya propaganda sekaligus strategi diplomasi publik mereka pada dunia.


2. Sejumlah jurnalis, politisi, key opinion leaders, dan aktivis Non-Governmental Organization (NGO) asal Indonesia pernah berangkat ke Israel sebagai bagian dari Hasbara.


3. Act.IL dan HasbaraApp merupakan 2 aplikasi yang dikembangkan Israel dalam operasi Hasbara.


4. Seorang mahasiswa asal Indonesia yang pernah studi di Israel, pernah mengikuti program Hasbara hackathon yang diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan data scientist.


5. Hasbara Fellowships mengundang mahasiswa di seluruh dunia untuk mengikuti pelatihan advokasi Israel.


“Kita jalan ke Israel, tapi itu tidak untuk dipublikasi. Perjalanannya dirancang rahasia,” ungkap Naraya (bukan nama sebenarnya), seorang pemimpin redaksi salah satu surat kabar di Indonesia, kepada Deduktif.id pada 21 November 2023 silam.


Naraya merupakan salah satu jurnalis yang berangkat ke Israel pada tahun 2017. Ia berangkat bersama sejumlah jurnalis media lain dan aktivis Non-Governmental Organization (NGO) asal Indonesia.


Dalam pengakuannya kepada Deduktif.id, Naraya menyebut bahwa perjalanan ke Israel saat itu merupakan sebuah “propaganda-trip”.


“Jadi memang kita diajak diskusi, diajak ke tempat-tempat yang intinya itu untuk menunjukkan superioritas teknologi mereka, superioritas ideologi mereka, superioritas negara Israel dibandingkan negara Arab atau Palestina,” urai Naraya.


Undangan untuk berangkat ke Israel itu sudah sejak lama Naraya ketahui. Di tahun sebelum ia berangkat, beberapa temannya yang juga bekerja di media, acap mendapat undangan untuk mengikuti propaganda-trip itu.


Naraya mengaku kalau undangan keberangkatan ke Israel itu memang dirancang sebagai bentuk diplomasi publik Israel. Terutama untuk mengkooptasi figur-figur penting seperti jurnalis dan key opinion leaders (KOL) di sejumlah negara, untuk melegitimasi kebijakan Israel, atau bahkan menopengi kejahatan perang Israel.


Upaya diplomasi Israel ini belakangan disebut oleh publik pro-Palestina di dunia dengan istilah “Hasbara”.


Lantas, sejauh mana Hasbara menjadi metode propaganda Israel? Lewat kanal apa saja mereka beroperasi? Lalu, sudah semasif apa operasi Hasbara di Indonesia?


Apa itu Hasbara?


Dalam sebuah laporan di Los Angeles Times pada 28 Januari 1988 yang ditulis oleh jurnalis gaek Dan Fisher, Hasbara dalam bahasa Ibrani mengacu pada pengertian “penjelasan”, “informasi”, atau bentuk eufimisme lain dari “propaganda”.


Laporan itu terbit setelah beberapa hari sebelumnya terjadi serangan tentara Israel terhadap penduduk Palestina di Samaria (West Bank) dan Gaza. Lewat sejumlah juru bicara Israel saat itu, pemerintah Israel berupaya untuk memperbaiki reputasi tentara mereka.


Kendati demikian, istilah Hasbara sudah muncul sejak tahun 1930-an.


Mengacu pada artikel “From Sokolow to Explaining Israel” yang termaktub dalam jurnal penelitian Ibrani Revue Européenne des Études Hébraïques (REEH)—yang ditulis oleh jurnalis bernama Gideon Kouts—Hasbara secara resmi diperkenalkan pada kosakata Zionis oleh presiden World Zionist Organization periode 1931-1935, yakni Nahum Sokolow.


Kemudian, penyebutan awal Hasbara di media cetak muncul di tahun 1979 dari tulisan William Clairborne di The Washington Post. Dalam tulisan itu, Clairborne membahas tentang pemerintah Israel yang mencabut larangan pembelian tanah Arab.


Hari ini, pemerintah Israel lantas memakai istilah “Hasbara” sebagai nama lain dari strategi membangun citra mereka pada dunia. Di mana Hasbara juga menjadi mesin propaganda untuk melawan kecaman publik, dan solidaritas internasional terhadap Palestina.


Operasi Hasbara sebagai metode diplomasi publik, tak terlepas dari peran Israel Citizens Information Council (ICIC) sebagai lembaga penempa aktor-aktornya.


Dalam sebuah rilis pers dari ICIC yang dipublikasi pada 29 Agustus 2007, ICIC merinci apa saja yang mereka lakukan dalam operasinya.


Operasi Hasbara yang ICIC lakukan di antaranya adalah:


1. Melatih pembicara dan mengorganisir media di luar negeri


2. Menjadi tuan rumah bagi kunjungan dari luar negeri


3. Memberikan bantuan dan bimbingan bagi individu serta kelompok yang terlibat dalam Hasbara


4. Mendukung kegiatan kelompok mahasiswa yang mengadvokasi pesan-pesan pro-demokrasi, hak asasi manusia, dan anti-teror


Israel sangat menyadari bahwa persepsi mampu membentuk kenyataan. Meskipun mereka melakukan kejahatan perang tanpa mendapatkan hukuman, mereka hanya dapat melakukan hal itu jika terdapat mesin propaganda yang cukup kuat untuk melawan kecaman publik, dan solidaritas internasional terhadap Palestina.


Di sinilah Hasbara berperan penting sebagai alat pengiriman pesan utama Israel pada dunia.


Dikutip dari laporan TRT World—stasiun berita yang berbasis di Istanbul, Turki—pada 2021 silam, Hasbara menyasar sejumlah diplomat, politisi, dan masyarakat melalui media massa. Hasbara juga menjangkau berbagai lembaga pemerintah, pusat-pusat penelitian, universitas, organisasi nonpemerintah, dan firma-firma yang biasa melakukan lobi level tinggi.


Pemerintah Israel bahkan menawarkan beasiswa hasbara. Program ini merupakan beasiswa dan hibah untuk mendorong advokasi pro-Israel, yang menyasar sejumlah individu mulai dari jurnalis hingga blogger, untuk menciptakan citra positif negara itu.


Perjalanan Naraya di Israel dan Bertemu Dubes Israel di Singapura


Dalam rangkaian perjalanan Naraya bersama rombongannya ke Israel, mereka menempuh perjalanan transit atau connecting flight.


“Kalau saya itu, mesti terbang ke Bangkok dulu, baru di sana dikasih visa,” kata Naraya.


Menurut Naraya, penerbangan ke Israel juga tersedia dari Singapura. Semua tergantung ketersediaan penerbangannya. Karena saat itu penerbangan bagi rombongan Naraya tersedia dari Bangkok, jadi visanya pun dikeluarkan dari Bangkok.


Kendati demikian, upaya untuk menghindari penerbangan langsung (direct flight) dari Indonesia ke Israel, bukan semata hanya karena ketersediaan penerbangan. Melainkan salah satu upaya merahasiakan rute perjalanan.


“Dan memang ada semacam code of silence, karena kan nggak lucu kalau diundang oleh Israel terus cerita ke orang-orang. Karena ada juga satu orang yang kalau nggak salah dia cerita terus kemudian ada backlash cukup besar,” timpal Naraya.


Naraya dan rombongannya menaiki maskapai Qatar Airways dari Bangkok ke Israel. Mereka sempat transit terlebih dahulu di Amman, Jordania, sebelum akhirnya melanjutkan penerbangan ke Tel Aviv, Israel.


Ada 2 tipe undangan keberangkatan ke Israel yang selama ini Naraya ketahui. Yang pertama, ada yang diatur oleh negara alias pemerintah Israel sendiri. Yang kedua, diorganisir oleh semacam lembaga think-tank atau NGO yang ada di luar Israel, tapi berafiliasi atau punya kepentingan yang sama.


Dalam keterangannya kepada Deduktif.id, Naraya mengaku kalau yang mengorganisir keberangkatan rombongannya ke Israel pada saat itu, adalah seorang pelobi sekaligus aktivis senior NGO yang berdarah Jewish-Australian.


Naraya menjalani propaganda-trip di Israel itu selama 6 hari. Jika ditambah dengan waktu penerbangan pulang-pergi, total menjadi 8 hari. Rute keliling pertama rombongan Naraya setibanya di Israel saat itu, adalah menyusuri Tel Aviv.


“Karena Tel Aviv itu kan salah satu pusat industri startup waktu itu. Jadi kita diajak ke kayak “Silicon Valley”-nya Tel Aviv, yang jadi pusat industri startup dan industri-industri teknologi yang sangat canggih dan sangat penting. Sangat krusial. Tapi ya di situ isinya anak-anak muda, savvy-technology-minded.”


Setelah mengelilingi Tel Aviv, Naraya dan rombongan kemudian diajak berdiskusi dengan mantan pejabat senior pemerintah Israel. Naraya berasumsi, apabila keberangkatannya diorganisir langsung oleh pemerintah Israel, kemungkinan mereka akan bertemu langsung dengan pejabat pemerintah Israel.


Namun karena yang mengorganisir keberangkatan rombongan Naraya dari NGO, mereka hanya bertemu dengan mantan pejabat senior.


Naraya dan rombongannya kemudian diajak menyusuri West Bank. Ia menduga bahwa rute ke West Bank semacam upaya cover both sides. Organisator perjalanan ingin menunjukkan bahwa West Bank juga menarik, terlepas dari segala permasalahannya.


SELENGKAPNYA: KlikLink

Penulis blog