DEMOCRAZY.ID - Pahlawan Nasional dan pakar Agama Islam, Kiai Haji (KH) Agus Salim, menyatakan rasa syukur saat diminta tanggapannya mengenai keputusan adiknya, Chalid Salim, untuk memeluk agama Katolik. Jauh sebelum memeluk agama Katolik, Chalid Salim adalah seorang Muslim, sama seperti KH Agus Salim. Namun, dalam perjalanannya dia beralih menjadi penganut paham sosialis hingga tak percaya pada tuhan. Mengutip buku ‘IFM Chalid Salim, Lima Belas Tahun Digul’ Jumat, 5 April 2024. Cerita dimulai pada tahun 1941 di Digul, Papua, ketika Chalid Salim, yang pada saat itu diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, bertemu dengan Pater Meuwese. Bagi Chalid, pertemuan itu sangat berkesan. Dia melihat Pater Meuwese sebagai sosok yang bijaksana, ramah, dan berwawasan luas. Sebagai informasi, Chalid Salim merupakan jurnalis yang sempat menjadi Digulis (istilah bagi yang diasingkan ke Digul, Papua) selama 15 tahun karena tulisannya yang tajam atas sikap polisi kolonial dalam menumpas pemberont
DEMOCRAZY.ID - Pahlawan Nasional dan pakar Agama Islam, Kiai Haji (KH) Agus Salim, menyatakan rasa syukur saat diminta tanggapannya mengenai keputusan adiknya, Chalid Salim, untuk memeluk agama Katolik. Jauh sebelum memeluk agama Katolik, Chalid Salim adalah seorang Muslim, sama seperti KH Agus Salim. Namun, dalam perjalanannya dia beralih menjadi penganut paham sosialis hingga tak percaya pada tuhan. Mengutip buku ‘IFM Chalid Salim, Lima Belas Tahun Digul’ Jumat, 5 April 2024. Cerita dimulai pada tahun 1941 di Digul, Papua, ketika Chalid Salim, yang pada saat itu diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, bertemu dengan Pater Meuwese. Bagi Chalid, pertemuan itu sangat berkesan. Dia melihat Pater Meuwese sebagai sosok yang bijaksana, ramah, dan berwawasan luas. Sebagai informasi, Chalid Salim merupakan jurnalis yang sempat menjadi Digulis (istilah bagi yang diasingkan ke Digul, Papua) selama 15 tahun karena tulisannya yang tajam atas sikap polisi kolonial dalam menumpas pemberont