POLITIK

Guru Besar UI: Jokowi Melakukan Apapun untuk Anak dan Keluarga

DEMOCRAZY.ID
April 25, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Guru Besar UI: Jokowi Melakukan Apapun untuk Anak dan Keluarga

Guru Besar UI: Jokowi Melakukan Apapun untuk Anak dan Keluarga


DEMOCRAZY.ID - Guru besar Komunikasi FISIP UI Zulhasril Nasir secara satire menyatakan kagum atas dalang semua situasi politik Indonesia. 


Dalang itu adalah Jokowi yang konsisten memenangkan semua pertarungan politik selama 10 tahun, walaupun dengan mengesampingkan moral dan etika.


Dia menyatakan hal itu kepada KBA News, Rabu, 24 April 2024 menanggapi kemenangan Jokowi di MK di mana paslon 02 Prabowo-Gibran dimenangkan dan seluruh dalil paslon 01 dan 03 ditolak.


“Yang hebat bukan MK sebab dia hanya ‘ending’ dari drama besar yg ditonton oleh lebih 270 juta rakyat Indonesia dengan kekuatan sutradara (dalang) serta tim yg bekerja kompak. Dari script writer, lighter-mans, para pengatur adegan, juru kostum, juru solek, para pesorak dan para pelantun, sampai pada juru bayar dan satpam dan preman lokal. Entah apalagi,” katanya.


Dikatakannya, kekuatannya pada skenario dan telunjuk dalang yang panjang yang namanya cawe-cawe. 


“Itulah yang dilakukannya selama 10 tahun ini, dan hebatnya menang terus,” ujar dosen senior UI yang dihormati itu.


Ditambahkannya, dari awal sebenarnya dia tidak yakin Sang Dalang akan sampai pada akhir cerità yang hebat ini. 


Dia tampak memainkan bahasa tubuh kaum kebanyakan. Dia tampak sebagai orang sederhana, tulus, rajin bekerja serta merakyat.


“Apalagi yang merusak keyakinan saya adalah dukungan dari tokoh penerawang yang jago berilusi, insinuasi dan pebisnis main kayu dan memiliki jaringan kuat di dalam. dan banyak anak buah di luar negeri. Ia tampak sebagai orang kuat yang dapat meyakinkan oligarki, baik ekonomi maupun politik.”


Di sini, tambahnya, si dalang tampak kuat dan tidak tergoyahkan. Apalagi dengan jaringan komando telah dikuasai baik oleh tukang terawang atau nepotisme sang sutradara. 


Hal ini telah merapatkan barisan si pengambil manfaat dengan kekuatan modal dan jàringan bisnis.


Cukup terkejut


“Saya merasa cukup suprise juga tatkala si penerapan jatuh sakit dan tentu meningalkan panggung beberapa saat. Namun si dalang tidak tergoyahkan meskipun kritik dan cercaan tidaklah surut. Hasilnya ialah sang dalang semakin percaya diri dan ofensif dengan keluarnya memo cawe-cawe. Dia seolah tidak lagi peduli maka dia ikut campur, hebat bukan?!,” kata Zulhasril penuh metafora.


Ditambahkan, sang dalang, merasa yakin dia turun ke lapangan tanpa capek. Perlu koordinasi, memberi semangat dan insinuasi. Dia tahu dan sangat paham siapa yang harus diperintahkan, dibujuk dan diancam.


Hebatnya lagi, jelas Pak Zul, dia juga cermat bagaimana memainkan orang-orang partai dengan “politik sandera”. 


Mereka nurut dari pada diperkarakan? Seorang ketua partai senior masuk di ujung barisan maka makin kukuhlah si dalang.


“Saya semakin kagum kepada sang dalang ketika dia berpikir untuk menjadikan seorang MK kemudian menjadi “paman” anaknya yang dapat melicinkan jalan. Si dalang juga cerdas dengan agenda dan “time-table”. Saya yakin dia punya seorang sekretaris dan pembisik yg nyaring.Lihatlah juga bagaimana dia bikin formasi 5-3 ketika si ipar tidak boleh ikut jadi hakim MK. Bahkan mampu mengalahkan lawannya sehingga formasi 4-4 pun tidak tercapai. Sekali lagi, hebat dia!”


Dia ingin katakan dia adalah dalang nomor wahid dalam sejarah republik ini. Banyak orang terhibur dengan adanya tiga hakim memberikan pendapat berbeda. Bukankah ini juga kediĝdayaan si dalang?” tanyanya lagi.


Zulhasril yakin, apa yang telah dicapai MK telah memuaskan sang dalang dan dirinya sendiri. Efek yang pasti ada terhadap kebebasan Pilkada yang akan datang. 


“Kita tidak bisa meramalkan dampak yang tidak terbayangkan terhadap demokrasi dan negara minimal lima tahun mendatang,” kata Zulhasril.


Sumber: KBANews

Penulis blog