DEMOCRAZY.ID - Namanya juga relawan. Idealis. Terkadang terlalu menyederhanakan persoalan. Seolah bikin partai politik itu mudah. Punya ketokohan sudah cukup untuk bikin partai politik. Padahal, ketokohan saja tidak cukup untuk bikin partai politik. Perlu duit. Ambillah contoh Surya Paloh dengan Partai NasDemnya. Hary Tanoesudibjo dengan Perindonya. Dan M. Amien Rais dengan Partai Ummtnya. Dua contoh terakhir patut menjadi pelajaran bagi kita. Belajar dari kegagalan partai politik melenggang ke Senayan. Lolos parliament threshold 4 (empat) persen. Partai Ummat dan Perindo dua-duanya gagal lolos ke DPR. Partai Ummat punya ketokohan M. Amien Rais tapi tidak punya duit. Sebaliknya terjadi di Perindo. Punya uang tapi ketokohan Hary Tanoesudibjo tidak punya nilai “jual” di mata rakyat. Meski telah merekrut beberapa tokoh Islam seperti TGB Muhammad Zainul Majdi dan Ustadz Yusuf Mansur sebagai calon anggota legislatif tidak mampu mendongkrak suara Perindo. Faktor utamanya adalah Hary Tano
DEMOCRAZY.ID - Namanya juga relawan. Idealis. Terkadang terlalu menyederhanakan persoalan. Seolah bikin partai politik itu mudah. Punya ketokohan sudah cukup untuk bikin partai politik. Padahal, ketokohan saja tidak cukup untuk bikin partai politik. Perlu duit. Ambillah contoh Surya Paloh dengan Partai NasDemnya. Hary Tanoesudibjo dengan Perindonya. Dan M. Amien Rais dengan Partai Ummtnya. Dua contoh terakhir patut menjadi pelajaran bagi kita. Belajar dari kegagalan partai politik melenggang ke Senayan. Lolos parliament threshold 4 (empat) persen. Partai Ummat dan Perindo dua-duanya gagal lolos ke DPR. Partai Ummat punya ketokohan M. Amien Rais tapi tidak punya duit. Sebaliknya terjadi di Perindo. Punya uang tapi ketokohan Hary Tanoesudibjo tidak punya nilai “jual” di mata rakyat. Meski telah merekrut beberapa tokoh Islam seperti TGB Muhammad Zainul Majdi dan Ustadz Yusuf Mansur sebagai calon anggota legislatif tidak mampu mendongkrak suara Perindo. Faktor utamanya adalah Hary Tano