DEMOCRAZY.ID - Lima warga Palestina dinyatakan tewas dan satu lainnya terluka akibat pengiriman bantuan kemanusiaan yang disalurkan melalui udara di kota Gaza, pada Jumat, 8 Maret 2024.
Jatuhnya korban tersebut terjadi karena upaya yang gagal untuk menjatuhkan bantuan kemanusiaan dari sebuah pesawat, yang akhirnya mendarat di daerah pemukiman di Sheikh Radwan, barat laut Kota Gaza.
Video yang diambil oleh jurnalis lokal menunjukkan lebih dari belasan paket jatuh dari pesawat dengan kecepatan tinggi di dekat area Menara al-Fayrouz.
Kantor media Palestina di Gaza, WAFA, mengkonfirmasi bahwa lima orang telah tewas, dan mengkritik penggunaan bantuan udara untuk mengirimkan bantuan.
“Operasi ini tidak ada gunanya dan bukan cara terbaik untuk mendatangkan bantuan, dan kami menuntut pembukaan jalur darat untuk mendatangkan ribuan ton bantuan dengan segera dan mendesak,” katanya, dikutip dari Middle East Eye, Minggu, 10 Maret 2024.
“Menjatuhkan bantuan dengan cara ini lebih bersifat pamer dan propaganda daripada bersifat kemanusiaan,” tambah kantor media tersebut.
“Kami telah memperingatkan sebelumnya bahwa mereka menimbulkan ancaman kematian terhadap kehidupan warga di Jalur Gaza, dan itulah yang terjadi.”
Seorang saksi mata mengatakan bahwa orang-orang saat itu sedang menunggu bantuan, tapi mereka tidak menyadari bahwa banruan tersebut datang dengan cepat.
"Salah satu paket jatuh di atas lokasi, menyebabkan bangunan runtuh, menewaskan dan melukai orang-orang di dalam. Saya bergegas membantu orang-orang di dalam ketika saya menyadari sepupu saya ada di antara mereka. Dia sekarang sudah meninggal," ucap saksi yang tidak diketahui namanya itu.
Bantuan yang dikirimkan melalui udara digunakan ketika semua alternatif lain gagal, dan ketika suatu populasi sangat membutuhkan bantuan.
Sejauh ini, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Prancis telah berkoordinasi dengan Israel untuk mengirimkan bantuan melalui udara di berbagai wilayah di Jalur Gaza yang diblokade.
AS juga pada hari Minggu melakukan penerjunan bantuan kemanusiaan pertamanya di Gaza dengan lebih dari 30.000 makanan diterjunkan oleh tiga pesawat militer. Operasi tersebut dilaporkan dilakukan bersama dengan angkatan udara Yordania.
Warga Palestina mengatakan bahwa jumlah bantuan yang dikirimkan melalui udara terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan penduduk yang kelaparan di Gaza.
“Tidak ada gunanya,” ujar Ahmad Mansour, seorang warga Palestina di selatan Gaza.
“Banyak bantuan berakhir di laut atau wilayah yang dikuasai tentara Israel. Ada ribuan orang yang berlarian menuju beberapa paket bantuan. Mereka mempermainkan kami."
“Saya tidak mengerti mengapa dunia tidak bisa menekan Israel untuk mengizinkan truk bantuan kemanusiaan masuk. Mengapa pekerja bantuan kemanusiaan tidak dilindungi untuk mendistribusikan bantuan secara adil? Apakah moto barunya adalah: Kita akan makan dan mendapat obat hanya jika kita cukup beruntung untuk menangkap sesuatu yang jatuh dari langit?"
Sumber: VIVA