DEMOCRAZY.ID - Presiden Ir Soekarno pada masa akhir jabatannya, bisa dikatakan nama Sang Proklamator itu sudah tidak seharum sebelumnya. Berbagai macam pemberitaan buruk terus menghampirinya.
Salah satunya Soekarno disebut oleh media asing sebagai ‘Budak Moskow’ hingga disinggung soal pembangunan Hotel Indonesia yang dinilai negatif oleh media-media luar.
Soekarno pun menjawab semua tudingan itu. Dalam wawancaranya bersama Cindy Adams, Sang Proklamator menceritakan semua yang ia alami hingga pemberitaan negatif tentang dirinya.
“Wartawan‐wartawan terus saja menulis, bahwa aku ini seorang ‘Budak Moskow’. Marilah kita perbaiki ini sekali dan untuk selama‐lamanya,” kata Soekarno dalam buku Autobiografi Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams, seperti dikutip Sabtu 16 Maret 2024.
Secara tegas Soekarno membantah tudingan tersebut. Tidak ada yang bisa menjadikan dirinya budak kecuali rakyat Indonesia sendiri.
“Aku bukan, tidak pernah dan tidak mungkin menjadi seorang Komunis. Aku menyembah ke Moskow? Setiap orang yang pernah mendekati Sukarno mengetahui, bahwa egonya terlalu besar untuk bisa menjadi budak seseorang. Kecuali menjadi budak dari rakyatnya,” lanjut Soekarno tegas.
Wartawan pada masa itu dapat dikatakan sama sekali tidak berpihak kepada Soekarno. Tidak ada pemberitaan positif atau yang baik-baik saja, melainkan semuanya penuh dengan narasi negatif.
Bahkan, Hotel Indonesia yang menjadi salah satu kebanggaan dan devisa untuk negara yang ia bangung tak luput dari sorotan tajam media asing (internasional).
“Para wartawan tidak menulis tentang apa‐apa yang baik dari Soekarno. Pokok‐pokok yang dibicarakan hanya tentang yang jelek dari Sukarno,” ujarnya.
“Mereka suka memperlihatkan Hotel Indonesiaku yang penuh gairah dan di belakangnya gambar‐gambar daerah pinggiran yang miskin,” imbuh Soekarno.
Hotel Indonesia menjadi sorotan karena pada masa itu, sekitaran tempat berdirinya gedung megah tersebut masih dikelilingi perkampungan miskin dan kumuh.
“Alasan dari ‘orang yang menghamburkan uang’ mendirikan gedung itu ialah, untuk memperoleh devisa yang tidak dapat kami cari dengan jalan lain,” jelasnya.
“Kami menghasilkan dua juta dollar Amerika setelah hotel itu berjalan selama setahun. Aku sadar, bahwa kami masih mempunyai daerah pinggiran yang miskin dekat itu,” papar Bung Karno.
Sebenarnya tidak hanya Indonesia, banyak negara-negara lain di dunia yang pemandangannya mirip dengan kondisi area Hotel Indonesia pada masa itu.
“Akan tetapi negeri‐negeri yang kaya pun punya hotel yang gemerlapan, empuk dari yang harganya jutaan dollar, sedang di sudutnya terdapat bangunan‐bangunan yang tercela penuh dengan kotoran busuk dan jelek,” ungkapnya.
Negeri-negeri barat selalu punya pandangan negatif terhadap Soekarno di masa itu. Menurut Bung Karno, semua tuduhan tersebut tidaklah benar.
“Memang ada daerah pinggiran yang miskin di seluruh kota di dunia. Bukan hanya di Jakarta kepunyaan Sukarno,” pungkas Soekarno.
Sumber: HOPS