DEMOCRAZY.ID - Rusia menganggap Islamofobia sebagai “bentuk rasisme yang tak dapat diterima,” dan menentang diskriminasi terhadap Muslim karena agama mereka.
Pernyataan ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam konferensi pers di Moskow.
Dia menegaskan bahwa Rusia mendukung langkah yang diambil negara-negara Muslim dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam masalah ini.
“Kami menentang diskriminasi dan pelecehan terhadap Muslim atas dasar afiliasi agama serta untuk memastikan kebebasan beragama yang didasarkan pada penghormatan tidak hanya terhadap individu tetapi juga hak-hak kolektif umat,” katanya.
Zakharova menjanjikan dukungan Rusia untuk rancangan resolusi negara-negara Muslim di Majelis Umum PBB yang berjudul “Langkah-langkah untuk Memerangi Islamofobia” yang didedikasikan untuk Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia, yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 15 Maret.
Semakin banyaknya insiden Islamofobia
Resolusi tersebut menetapkan penghormatan terhadap Islam sebagai komponen dari prinsip keanekaragaman budaya dan agama dan juga mengatur pembentukan mandat Utusan Khusus PBB untuk memerangi bentuk intoleransi agama, katanya.
“Rusia adalah salah satu sponsor rancangan resolusi tersebut,” katanya.
Pekan lalu, Zakharova mengecam Islamofobia di Eropa, dengan mengatakan bahwa hal ini telah mencapai “skala yang belum pernah terjadi sebelumnya” di Parlemen Dewan Eropa.
Dalam beberapa hari terakhir, Shabana Mahmood, menteri bayangan Partai Buruh untuk urusan hukum di Inggris dan salah satu perempuan Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota House of Commons (Majelis Rendah Britania Raya), telah membunyikan alarm tentang “ledakan” Islamofobia yang tidak dilaporkan, bertepatan dengan lonjakan 365 persen insiden kebencian terhadap anti-Muslim di seluruh Inggris setelah peristiwa 7 Oktober.
Lebih dari 65 persen kejahatan kebencian Islamofobia secara khusus menargetkan perempuan Muslim, terutama mereka yang mengenakan hijab atau niqab, menyoroti fokus yang tidak proporsional pada demografi ini.
Sumber: Hidayatullah