DEMOCRAZY.ID - Politikus senior Partai Golkar, Ridwan Hisjam mengeklaim Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bergabung dengan partainya sejak 2015.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi tamu di podcast yang dipandu Zulfan Lindan, Majelis Antitesis.
"Jadi ini menarik sebetulnya Mas Adi (Prayitno), Pak Jokowi itu sudah masuk Golkar sejak 2015," ujarnya dikutip dari kanal YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia pada Jumat (8/3/2024).
Jokowi, menurut Ridwan Hisjam, telah menjadi bagian dari Partai Golkar sejak masih di Solo.
Saat akan maju sebagai wali kota, Jokowi diklaim justru belum bergabung dengan PDI Perjungan.
"Kalau Pak Jokowi itu kader PDIP untuk apa cari pengusung langsung maju," katanya.
Dia menyampaikan, Ketua Golkar Solo waktu itu menghubunginya memberi tahu ada pengusaha yang ingin maju sebagai wali kota.
"Mas Kus (ketua Golkar Solo) datang ke saya, ke Jakarta, Mas Ridwan ada pengusaha namanya Joko Widodo panggilannya Jokowi mau jadi wali kota. Harus kita dukung ini pengusaha. Terus apa ya, ada syaratnya dia minta wakilnya si X saya nggak perlu sebut namanya," kata Ridwan Hisjam.
Ridwan Hisjam kemudian menghadap ke bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) untuk melaporkannya.
"Saya nggak lapor ke Bang Akbar, (tapi) Bang Mahade (Sinambela), dia bilang 'wan jangan, wan kau cari perkara, kalau kamu dukung ini Jokowi nggak jadilah' akhirnya Jokowi ke mana, dukung siapa. PAN," cerita Ridwan Hisjam.
Justru saat itu PDIP belum mendukung Jokowi. Barulah setelah melalui sejumlah proses, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu mengusung Jokowi sebagai Wali Kota Solo. Namun, dengan syarat FX Rudi menjadi wakilnya.
"Jadi Jokowi ini kader Golkar, pengusaha zaman Orde Baru itu semua pengusaha Golkar. Saya ini ketua umum himpunan pengusaha muda di Jawa Timur, ketua real estate Indonesia, REI," bebernya.
Pada Pilpres 2014, Partai Golkar memang tidak mendukung Jokowi. Melainkan mengusung Prabowo-Hatta Rajasa.
Namun demikian, Ridwan Hisjam mengaku bertemu dengan Jokowi bersama Cahyo Kumolo.
Dia lantas mempertemukan keduanya dengan Wiranto dan Akbar Tanjung hingga akhirnya bertemu dengan Jusuf Kalla.
Setelah Pemilu 2014, Partai Golkar diguncang konflik. Kepemimpinan partai berlambang pohon beringin tersebut terbelah antara Aburizal Bakri dan Agung Laksono.
Dia pun melakukan komunikasi dengan Jokowi dan menjelaskan mengenai doktrin yang ada di Partai Golkar, yakni Karya Siaga Gatra Praja.
"Apa yang terjadi pecah dua-duanya nggak maju. Akhirnya (Setya) Novanto jadi Ketua Golkar. Saat itu Golkar sudah dikendalikan oleh Pak Jokowi sejak 2015 saat Munas di Bali yang Novanto terpilih. Begitu Novanto masuk (penjara) langsung Airlangga otomatis 2019 otomatis lagi kita ketemukan," katanya.
Sumber: Suara