DEMOCRAZY.ID - SEJUMLAH tokoh militer, budayawan, dan beberapa akademisi menolak hasil pemilu 2024 dan meminta agar Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya.
Mereka menilai presiden sudah terlalu banyak ikut campur dalam penyelenggaraan pemilu.
Keresahan itu disampaikan oleh beberapa tokoh militer, akademisi, dan budayawan dalam peresmian organisasi Front Penyelamat Demokrasi dan Reformasi (F-PDR).
Organisasi itu sengaja dibentuk untuk menyampaikan beberapa gugatan terkait kecurangan pemilu.
"Kami dari Front Penyelamat Demokrasi dan Reformasi minta kepada Presiden Jokowi mundur secara sukarela. Ini karena Jokowi telah dianggap melakukan abuse of power dalam penyelengaraan pilpres," kata Sekretaris Eksekutif dari F-PDR Rudi S Kamri di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3).
Dia juga mendesak agar anggota DPR segera menggulirkan hak angket untuk mengusut kecurangan pemilu dan pilpres.
Hal lain yang juga menjadi desakan F-PDR ialah meminta agar calon wakil presiden dari nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka untuk didiskualifikasi.
"Kami meminta KPU untuk mendiskualifikasi paslon 02. Ini karena Gibran menurut aturan yang berlaku diterima dengan cara yang cacat prosedur dan cacat hukum pada saat PKPU belum diubah. Kami mendorong agar TNI/Polri aktif bergerak secara netral dan berpihak kepada rakyat. TNI/Polri tidak boleh lagi diarahkan dan dimanfaatkan kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu," ujar Rudi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua dari F-PDR yang juga mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Agus Supriyatna menyampaikan agar masyarakat segera bergerak dan menolak hasil pemilu yang dinilai cacat etika dan cacat hukum.
Agus juga resah dengan penyelenggaraan pemilu 2024 yang ternyata semakin memperburuk kondisi demokrasi di Indonesia.
Pengerahan aparat penegak hukum dan aparatur sipil negara secara masif, menurut Agus, sangat mencederai semangat demokrasi.
"Masak demokrasi yang sudah berjalan begini kok ada yang mau melunturkan, malah ada yang merusak? Kok diam saja? Saya minta di sinilah tempatnya kita bersuara. Semuanya demi apa? Demi bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai," ujarnya.
Dalam acara tersebut, terlihat sejumlah tokoh antara lain TB Hasanuddin, eks Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal (purn) TNI Agus Supriatna, Mantan KSAL Laksamana (Purn) TNI Bernard Kent Sondakh, pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie, budayawan M. Sobary, Laksamana Madya (Purn) TNI Agus Setiadji, serta tokoh muda seperti Seno Bagaskoro dan Anggi Pasaribu.
Diketahui, forum tersebut berjuang mengembalikan tata negara dan tata pemerintahan yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.
Ini ditandai dengan sikap kenegarawanan pemimpin untuk berani melawan nepotisme, kolusi, dan korupsi.
Sumber: MediaIndonesia