DEMOCRAZY.ID - Sosok Prabowo Subianto terus menjadi sorotan dunia. Beberapa akademisi pun mulai menulis figur yang akan menjadi Presiden Indonesia berdasarkan keunggulan dalam hasil hasil quick count dan real count itu.
Salah satunya adalah pengamat yang berbasis di New York, Salil Tripathi.
Dalam tulisannya di Foreign Policy (FP) berjudul 'How Will Prabowo Lead Indonesia?', Salil mengungkap sebuah potensi hubungan antara Prabowo dan presiden petahana, Joko Widodo (Jokowi), putus di tengah jalan.
Tripathi menjelaskan bahwa Prabowo seakan-akan mendapatkan dukungan kuat dari Jokowi, yang memiliki angka kepuasan yang tinggi, dengan menggandeng putra Jokowi yang juga Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presidennya.
Menurut Tripathi, Prabowo bisa saja melihat Gibran suatu saat nanti menjadi rival politiknya.
Pasalnya, beberapa pihak menduga Gibran mungkin telah disiapkan untuk menjadi Presiden Indonesia di masa depan.
"Jika Prabowo melihat Gibran sebagai ancaman, aliansi mereka mungkin akan terpecah," paparnya dalam artikel yang dirilis Rabu, (28/2/2024).
Tripathi melihat Prabowo sebagai figur yang lebih lugas dan keras, serta mudah marah.
Ini berbeda dengan citra menggemaskan yang digulirkan Menteri Pertahanan (Menhan) itu dalam kampanye presidennya.
"Satu pertanyaan yang masih tersisa adalah berapa lama aliansi antara Prabowo dan Jokowi akan bertahan."
Tripathi mengatakan bahwa meski diuntungkan dengan dukungan Jokowi, saat ini Prabowo sudah menang dan tidak bergantung padanya lagi. Prabowo disebut dapat melanjutkan programnya sendiri tanpa intervensi.
"Meskipun Prabowo tidak mungkin menang tanpa dukungan Jokowi, ia tidak perlu lagi bergantung padanya untuk memerintah," kata Tripathi.
Lebih lanjut, Tripathi meyakini ada sesuatu yang tidak diketahui publik terkait hubungan Prabowo dan Jokowi.. Bak wayang kulit Jawa, seluruh sesuatu itu ditampilkan di belakang layar.
"Orang-orang hanya melihat sekilas apa yang terjadi di balik layar, dan apa yang terlihat mungkin tidak mewakili secara akurat apa yang terjadi," tambahnya.
Lembaga AS Blak-blakan Soal Nasib RI Jika Prabowo Jadi Presiden
Dua lembaga pemikir ternama asal Amerika Serika (AS), Foreign Policy (FP) dan Brookings, mengulas nasib Indonesia bila berada di tangan Prabowo Subianto.
Hal ini terjadi setelah Prabowo unggul di quick count dan real count pemilihan presiden (pilpres) 14 Februari lalu.
Lembaga pemikir FP mengulas hal ini dalam sebuah artikel berjudul 'How Will Prabowo Lead Indonesia?'.
Artikel itu membahas bagaimana Prabowo diuntungkan dalam kontestasi pilpres berkat dukungan yang dianggap diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di mana Prabowo juga mengangkat putra presiden, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presidennya.
FP mengatakan bahwa meski diuntungkan dengan dukungan Jokowi, saat ini Prabowo sudah menang dan tidak bergantung padanya lagi. Prabowo disebut dapat melanjutkan programnya sendiri tanpa intervensi.
"Kebijakan ekonominya bersifat populis, seperti usulan untuk meningkatkan subsidi, khususnya program makanan sekolah yang akan meningkatkan defisit fiskal Indonesia," tulis lembaga itu dalam artikel yang dirilis Rabu, (28/2/2024).
Di panggung internasional, FP menjelaskan bahwa Prabowo akan melanjutkan apa yang dilakukan oleh Jokowi.
Contohnya adalah komitmennya untuk melanjutkan perlawanan terhadap undang-undang deforestasi Eropa.
"Orang-orang Eropalah yang memaksa kami menanam teh, kopi, karet, dan coklat. Dan sekarang Anda mengatakan kita sedang menghancurkan hutan kita? Anda menghancurkan hutan kami terlebih dahulu," sebut Prabowo dalam sebuah forum.
Dari segi pandangan geopolitik, FP menganalisa bahwa Prabowo mungkin akan menganggap dirinya mirip dengan presiden kedua RI, Suharto, dan membentuk jalur yang independen di tengah rivalitas antara beberapa negara besar.
"Meskipun Indonesia dan China termasuk di antara negara-negara yang mengklaim pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan, Prabowo telah mendekati Beijing karena investasi mereka yang perlu proses yang sedikit dibandingkan investor Eropa."
Sementara itu, hal serupa juga diulas oleh Brookings Institute. Dalam artikel berjudul 'Reflection on Jokowi's Legacy and Prabowo's presidency', lembaga itu mengulas bagaimana Prabowo akan melanjutkan program Jokowi seperti hilirisasi mineral serta pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Prabowo akan mendapat tekanan melanjutkan program kunci Jokowi: Indonesia Emas 2025, sebuah program pencapaian industrialisasi seabad setelah Indonesia merdeka," tulis lembaga itu.
Prabowo juga dinilai akan menegaskan posisi Indonesia yang seimbang di tengah persaingan global antara China dan Amerika Serikat (AS)., "Prabowo akan tetap pragmatis sehingga ia akan terus menjaga hubungan dengan Beijing dan Washington."
Meski begitu, Brooking menduga akan ada hambatan dalam pemerintahan Prabowo yakni korupsi.
Lembaga itu menekankan Prabowo memiliki pekerjaan besar dalam menanggulangi korupsi agar iklim investasi tetap berjalan baik.
"Lebih lanjut, masa depan yang baik adalah ketikan pemerintah dapat menjaga kepentingannya dan iklim investasi juga tetap berjalan baik," tambah lembaga itu.
Sumber: CNBC