DEMOCRAZY.ID - Politikus PDI Perjuangan (PDI-P), Deddy Sitorus tidak ambil pusing dengan isu Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi hendak bergabung ke Partai Golkar.
Anggota Komisi VI DPR itu pun enggan menjawab detail mengenai status keanggotaan sang presiden di PDI-P.
“Jokowi suka-suka dia mau jadi kader siapa, kader mana, orang dia penguasa tertinggi. Tetapi kalau sejarahnya di partai politik ya beliau setahu saya pertama masuk politik di PDI Perjuangan,” kata Deddy dalam program Kompas Petang di KompasTV, Kamis (7/3/2024).
Sebelumnya, beredar isu bahwa Jokowi sekeluarga hendak bergabung dan memegang posisi di Partai Golkar via manuver Bahlil Lahadalia.
Bahkan, Jokowi diisukan hendak menjadi ketua umum berlambang pohon beringin itu.
Anggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam mengakui bahwa Bahlil telah menjalin komunikasi dengan kader di pusat dan daerah jelang musyawarah nasional Golkar pada Desember 2024 mendatang.
Meskipun demikian, Ridwan menyebut masuknya nama Bahlil ke bursa calon ketua umum Golkar tidak untuk memperlancara masuknya Jokowi. Kata Ridwan, Jokowi sudah terhitung sebagai kader Golkar secara fungsional.
“Saya kira nggak perlu dikasih jalan ya, Pak Jokowi itu pada dasarnya adalah kader Golkar,” sambung dia dalam kesempatan yang sama.
Menurut Ridwan, Jokowi dapat dianggap sebagai kader pengusaha Golkar. Ia menggarisbawahi sepak terjang Jokowi yang pernah memimpin asosiasi pengusaha di Surakarta.
“Di Golkar itu soal KTA (kartu tanda anggota) urusan beberapa menit itu, tapi kita harus melihat background seseorang karena Golkar ini partai yang sudah cukup lama, dia sejak 20 Oktober 1964, sejak zaman Bung Karno,” katanya.
Ridwan menyebut Jokowi bisa saja langsung menjadi ketua umum Partai Golkar jika para pemegang suara menyetujui dalam munas pada Desember 2024 mendatang.
Sementara itu, Deddy Sitorus menilai wajar jika Jokowi hendak masuk ke Golkar. “Masak udah presiden dua periode masih mau sama Banteng, wong cilik,” sambung dia lagi.
Deddy pun enggan menjawab banyak soal hubungan Jokowi dengan PDI-P, khususnya dengan sang ketua umum Megawati Soekarnoputri.
Menurutnya, tidak ada komunikasi apa pun belakangan ini antara Jokowi dengan partai.
“Hubungan dari mana? Orang cita-cita dia menghancurkan PDI-P kok, hubungan dari mana? Kan jelas yang dibilang Andi Widjajanto (Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud), beliau itu ingin supaya PDI Perjuangan supaya suaranya mengecil, berkurang. Kalau sudah tahu kita isi kepala Pak Jokowi begitu, masak masih mau komunikasi? Jangankan Bu Mega, saya aja ogah,” papar Deddy.
Di lain sisi, pengamat politik, Adi Prayitno menilai proses bergabungnya Jokowi ke Golkar akan tergantung irisan kepentingan kedua pihak.
Jika tidak ada irisan kepentingan, maka bergabungnya Jokowi ke Golkar bisa jadi sebatas isu.
Adi menilai Jokowi butuh partai politik yang sudah mapan seperti Golkar jika ingin mempertahankan pengaruh usai jadi presiden.
Ia memprediksi Jokowi dapat masuk ke dewan-dewan yang ada di Golkar. Namun, Adi menyebut Jokowi butuh kursi ketua umum agar punya kekuasaan eksekutif di partai.
“Per hari ini kita belum pernah mendengar Jokowi secara serius ingin ke Golkar sekalipun isunya sudah lama, ada narasi-narasi Pak Jokowi punya intensi bagaimana untuk mempertahankan pengaruh dan kekuasan politiknya ya salah satunya menjadi bagian dari partai politik besar, salah satunya adalah Golkar,” ungkap Adi Prayitno.
“Karena kalau Pak Jokowi di PSI tentu pengaruh politiknya setelah tak lagi jadi presiden tidak terlalu signifikan.”
Sumber: Kompas