HOT NEWS

NASA Soroti Deforestasi di IKN, Greenpeace: Kerusakannya Lebih Dari Itu!

DEMOCRAZY.ID
Maret 04, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
NASA Soroti Deforestasi di IKN, Greenpeace: Kerusakannya Lebih Dari Itu!

NASA Soroti Deforestasi di IKN, Greenpeace: Kerusakannya Lebih Dari Itu!


DEMOCRAZY.ID - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menangkap gambaran perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah pembangunan Ibu Kota Negara  atau IKN Nusantara. 


Berdasarkan hasil potret pada Februari 2024 itu, tampak kawasan hutan yang dulunya hijau pada April 2022 kian terkikis. 


"Hamparan daratan dan perairan pantai yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy," demikian tulis NASA. 


Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Rio Rompas mengatakan, sebenarnya hutan hijau yang dirilis satelit NASA itu merupakan hutan produksi tanaman eukaliptus. 


Hutan alam yang di kawasan inti IKN memang sudah hilang sebelumnya, karena digantikan dengan hutan tanaman industri. 


Kawasan hutan yang terbuka itulah yang kemudian, kata Rio, terlihat dari foto satelit NASA. 


"Tapi kami melihat bahwa ancaman deforestasi hutan itu bukan hanya di kawasan inti IKN saja, juga ada di wilayah perluasan IKN. Kami menemukan masih ada sekitar 31 ribu atau setengah dari luas Jakarta yang akan berpotensi hilang karena pembukaan IKN," tuturnya kepada Tempo yang dikutip Senin, 4 Maret 2024.


Artinya, selain ancaman terhadap hutan alam yang 31 ribu hektare di wilayah IKN dan perluasannya tersebut, ancaman lain juga membayang-bayangi sekitar 23 jenis spesies terancam kritis atau critical endangered species. 


Spesies tersebut memang sudah dikategorikan sebagai habitat dan satwa-satwa yang terancam punah. 


"Dan yang paling penting sebenarnya ada habitat orang utan, pesut mahakam dan bekantan. Itu tiga jenis yang memang akan terdampak langsung. Mereka hidup di wilayah itu dan juga bagian dari spesies endemik di Kalimantan," kata Rio. 


Rio menyebut, Greenpeace Indonesia bukan hanya mengkhawatirkan wilayah IKN saja. Pasalnya, di sana memang sudah ada izin investasi. 


Namun meskipun masih ada hutan alam yang tersisa, tapi ancaman lebih luas justru datang kepada Pulau Kalimantan itu sendiri.


Dia mengungkapkan, angka deforestasi di Indonesia yang paling tinggi itu adalah Pulau Kalimantan. 


Melansir data Yayasan Auriga Nusantara, angka deforestasi terluas sepanjang 2021 ada di Kalimantan Timur, mencapai 26.387 hektare. 


Masuknya IKN, menurut Rio akan mendorong investasi-investasi baru di sana yang berbasis pembukaan lahan. 


Hal ini akan berdampak serius terhadap penghancuran ekosistem regional Kalimantan yang saat ini sudah terancam dengan industri sawit, tambang, hutan tanaman industri, serta investasi-investasi lainnya yang berpotensi merusak.


"Akan memicu migrasi penduduk dan ekspansi investasi yg berbasis lahan. Itu akan mempercepat kerusakan hutan dan juga konflik dengan masyarakat adat."


Bagaimana Perubahan Hutan di IKN?


Dikutip dari laman NASA, berikut ini gambar Observatorium Bumi NASA oleh Michala Garrison, menggunakan data Landsat dari Survei Geologi A.S.


NASA Soroti Deforestasi di IKN, Greenpeace: Kerusakannya Lebih Dari Itu!


Gambar di atas menunjukkan IKN pada April 2022.


NASA Soroti Deforestasi di IKN, Greenpeace: Kerusakannya Lebih Dari Itu!


Gambar di atas menunjukkan IKN pada Februari 2024.


Kedua gambar hutan di IKN tersebut ditangkap masing-masing oleh OLI-2 (Operational Land Imager-2) di Landsat 9 dan OLI di Landsat 8.


Pada gambar tahun 2024, tanah telah tersingkap untuk jaringan jalan yang diukir di dalam hutan.


Diketahui, tahap awal pembangunan melibatkan pembangunan fasilitas pemerintah dan bangunan lainnya untuk populasi awal yang diperkirakan berjumlah 500.000 orang.


Rencana proyek IKN ini nantinya akan membangun kota metropolitan yang "hijau dan dapat dilalui dengan berjalan kaki", didukung dengan energi terbarukan, dengan 75 persen kota tersebut masih berupa hutan.


Namun beberapa peneliti khawatir perubahan penggunaan lahan ini dapat membahayakan hutan dan satwa liar, serta masyarakat adat yang menghuni di wilayah tersebut.


Sebab, selama ini, hamparan daratan dan perairan pantai yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan menjadi rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy atau pesut mahakam yang terancam punah.


Sumber: Tempo

Penulis blog