CATATAN POLITIK

'Luhut dan Jokowi Yang Seharusnya Tinggal di China'

DEMOCRAZY.ID
Maret 17, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Luhut dan Jokowi Yang Seharusnya Tinggal di China'
'Luhut dan Jokowi Yang Seharusnya Tinggal di China'


'Luhut dan Jokowi Yang Seharusnya Tinggal di China'


Oleh: Sholihin MS

(Pemerhati Sosial dan Politik)


Luhut ngamuk lagi. Dia mengecam para pengkritik Jokowi. “Siapa yang terus mengkritik Jokowi segera angkat kaki dari Indonesia”.


Tidak terbalik tuh?


Bukannya Luhut dan Jokowi yang harus segera angkat kaki dari Indonesia ke China, karena mereka berdua ini yang selama ini terus membela China China dan China, walau harus mengorbankan rakyat Indonesia.


Apa manfaat Luhut dan Jokowi bagi rakyat Indonesia? Tidak ada!


Bisa dipastikan, Indonesia tanpa Luhut dan Jokowi akan sangat jauh lebih adil, lebih demokratis, lebih maju, lebih makmur, dan lebih berwibawa di dunia Internasional.


Di tangan Luhut dan Jokowi Indonesia terus terpuruk. China makin meraja lela, oligarki taipan makin menguasai harta kekayaan alam Indonesia, hutang makin menggunung, demokrasi hampir mati, ekonomi (mikro) hancur, korupsi merajalela, keadilan hilang, hukum cuma jadi alat penguasa, norma dan etika terus diinjak-injak, harga diri bangsa jatuh, dan rakyat terus makin menderita.


Coba sebutkan satu saji prestasi pemerintahan Jokowi yang bisa dibanggakan rakyat Indonesia yang bersifat mandiri tidak bergantung kepada China ?


Jokowi itu cuma kerjanya memperkaya diri sendiri, terus membangun politik dinasti, mencampakkan orang-orang berintegritas, merangkul manusia-manusia bermasalah biar terus disandera sehingga bisa menjadi “budak”-nya yang selalu membela kedzalimannya


Pada waktu kampanye, Jokowi pernah berjanji ada yang pernah mrnghitung ada 66 janji, tapi satu pun tidak ada yang terealisasi.


Di akhir Pemerintahannya Jokowi hanya mewariskan keterpurukan dan pemerintahan yang carut marut dengan beban hutang terbesar dari semua Presiden-presiden sebelumnya.


Prestasi Jokowi adalah Kereta Cepat Jakarta Bandung yang penuh masalah, dan IKN yang bakal mangkrak.


Semoga Luhut dan Jokowi segera tumbang, karena rakyat audah sangat muak dengan kedua manusia “penghancur’ Indonesia ini.


Bandung. 6 Ramadhan 1445


'Kasihan Luhut Sedih Jokowi Mau Dimakzulkan'


'Kasihan Luhut Sedih Jokowi Mau Dimakzulkan'


Tidak tahan akan isu pemakzulan Jokowi yang sejak awal diusulkan dan diajukan oleh Petisi 100, Luhut Binsar Panjaitan Menteri andalan Jokowi akhirnya ikut juga berkomentar. 


Ia mengomentari dengan pengakuan sedih atas ramainya suara pemakzulan Jokowi dan banyak pejabat negara yang berkomentar soal isu pemakzulan. 


Entah siapa yang dimaksud pejabat tersebut apakah Airlangga, Ari Dwipayana, Puan Maharani atau Mahfud MD ?


Luhut menyatakan komentar itu membuat masalah isu pemakzulan menjadi besar. Ia sedih ditengah proses Pemilu yang tinggal satu bulan lagi itu gonjang-ganjing semakin dahsyat.


Sebenarnya kasihan juga Luhut Binsar yang baru bangun sakit sudah dibebani dengan fikiran berat. Rupanya ia tidak tega Jokowi diserang sendirian.


Jokowi-Luhut sulit dipisahkan boleh disebut dwi tunggal. Betapa percaya (baca: tergantung) Jokowi kepada Luhut sehingga banyak jabatan diberikan padanya. 


Publik menyebut Luhut sebagai menteri segala urusan. Urusan dengan China Luhut adalah penentunya. Duta China ini adalah orang dibalik banyak proyek China di Indonesia. Ia membela keberadaan TKA asal China yang membanjir.


Isu pemakzulan Jokowi di penghujung proses Pemilu adalah terapi kejut. Bagi Petisi 100 pertemuan dengan Menkopolhukam Mahfud MD merupakan “surprise attack” ke jantung kekuasaan setelah berikhtiar lama mengingatkan betapa mendesak pemakzulan Jokowi itu. DPR selama ini terus menutup diri. Mungkin menganggap Petisi 100 itu sumier dan layak diabaikan.


Kini Istana belepotan mengantisipasi serangan tersebut. Pemikir Istana dikeluarkan untuk melindungi. Jimly dan Yusril berjibaku. 


Pejabat menepis kemungkinan pemakzulan. Jokowi dikesankan tidak peduli padahal publik tahu sesungguhnya Jokowi panik. 


Keributan saat ini adalah temuan momen akibat ia memaksakan dan merekayasa puteranya Gibran untuk dapat maju sebagai Cawapres.


Jokowi telah disodori pisau oleh Petisi 100 untuk digunakan sebagai alat bunuh diri. Segera mundur dari jabatan sebagai Presiden di bawah bayang-bayang Tap. MPR No VI tahun 2001 atau juga diingatkan bahwa konfigurasi partai politik di DPR harus mampu menggoyahkan arogansi dan cawe-cawe Jokowi yang merusak demokrasi dengan mulai memproses pemakzulan berdasarkan Pasal 7A UUD 1945.


Gerakan Petisi 100 akan menjadi magnet dari gumpalan keberanian rakyat untuk mendesak pemakzulan Jokowi. 


Mahasiswa, buruh, purnawirawan, santri, ulama, emak-emak dan elemen rakyat lainnya adalah kekuatan nyata bagi perubahan politik. Rezim Jokowi tengah mengalami pembusukan.


Ketika Jokowi semakin membabi-buta bergerak curang untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024, maka akan semakin dahsyat gerakan pemakzulan. 


Rakyat tidak mungkin membiarkan pencurian, perampokan bahkan pemerkosaan demokrasi oleh rezim tirani Jokowi yang dilakukan secara brutal. Jokowi harus tumbang.


Luhut yang baru “sembuh” dari sakit mengaku sedih atas keadaan ini. Dalam kondisi tidak fit ia belum bisa mengumbar emosi seperti biasanya. 


Sebenarnya rakyat sudah rindu pada akting Luhut yang meledak-ledak dalam mengawal atau mengendalikan Jokowi. Namun kini Luhut hanya bisa mengeluh sedih. Kasihan. ***

Penulis blog