AGAMA ISLAMI

Kisah Mualaf, Ikrar Syahadat Setelah Ibu Membukakan Hati

DEMOCRAZY.ID
Maret 18, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
ISLAMI
Kisah Mualaf, Ikrar Syahadat Setelah Ibu Membukakan Hati

Kisah Mualaf, Ikrar Syahadat Setelah Ibu Membukakan Hati


DEMOCRAZY.ID - Seorang karyawan bank asal Rungkut, Surabaya, Rivan Surya Paskalis (26), akhirnya mantap menjadi mualaf dan mengikrarkan diri menjadi Muslim di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS), pada Sabtu (16/3) lalu.


"Dengan kesadaran sendiri, saya menyatakan memeluk agama Islam dengan Asyhaduan Laa Ilaaha illa Allah, wa Asyhadu anna Muhammad Rasulullah," ujar Rivan.


Dalam ikrar mualaf dengan bimbingan Ketua Badan Pelaksana dan Pengelola (BPP) MAS DR KHM Sudjak MAg itu, Rivan mengaku orang tuanya berbeda agama, yakni ayahnya yang beragama kristen dan ibunya muslim.


"Saat menikah, ayah memang menikah secara muslim, tapi selanjutnya tetap memeluk kristen, sedangkan ibu tetap muslim. Akhirnya, kakak saya ikut agama ayah (kristen) dan saya yang awalnya kristen pun memilih ikut ibu," katanya.


Acara ikrar mualaf itu disaksikan dua orang saksi yakni Niniek Julianti (ibu Rivan) dan Nadia Shafira Ma'arij. 


Dari MAS, selain Ketua BPP MAS, juga hadir, Kasie Ibadah dan Dakwah MAS, HM Abd Choliq Idris.


"Saya sempat tanyakan alasannya (menjadi mualaf), Rivan bilang sosok ibu lah yang membukakan hatinya untuk mendalami agama Islam hingga mantap memilih Islam dengan menjadi mualaf di Masjid Al-Akbar," kata Kasie Ibadah dan Dakwah MAS, HM Abd Choliq Idris.


Hingga hari ke-5 Ramadan tepatnya pada Sabtu (16/3), pengelola MAS mencatat sebanyak enam orang telah mengikuti prosesi ikrar mualaf atau pembacaan dua kalimat syahadat, termasuk WNA dari Australia pada hari pertama puasa.


Kisah Mualaf, Tertarik Belajar Islam Setelah Bertahun-tahun Melihat Ka'bah di TV



Jumat pertama bulan Ramadan 1445 H, menjadi momen bersejarah bagi Ida Suliyati yang mengikrarkan diri memeluk agama Islam di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS).


Ida Suliyati, warga Jombang, Jawa Timur, mengaku awal tertarik pada Islam karena di tempatnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, majikannya yang Muslim sangat menjunjung tinggi toleransi keagamaan. Ketika hari Minggu, Ida dipersilakan sang majikan untuk beribadah ke gereja.


"Pak Habibi (sang majikan) juga setiap hari setelah subuh selalu menayangkan siaran langsung dari Makkah dan Madinah tentang ritual ibadah (Islam) yang membuat saya tersentuh," katanya.


Ida melanjutkan, melalui tayangan tersebut dirinya juga sering menyaksikan Ka'bah yang makin membuat hatinya bergejolak.


Akhirnya, Ida pun mengungkapkan ketertarikannya akan Islam kepada istri majikannya. Ida juga telah memantapkan hati menjadi mualaf.


"Saya sering menyaksikan siaran langsung dari Masjidil Haram, banyak orang-orang melakukan ibadah sehingga saya semakin tertarik dan memutuskan masuk Islam," tegasnya.


"Saya kagum ketika melihat suasana di Makkah dan Madinah, saya juga sering mendengarkan selawat. Sehingga saya memutuskan untuk masuk Islam," ucap Ida.


Ida mengikrarkan dua kalimat syahadat dibimbing Imam Besar Masjid Al-Akbar KH Abdul Hamid Abdullah, SH, M.Si, setelah salat Jumat berjemaah.


Sebelum menuntun membaca dua kalimat syahadat, Kiai Abdul Hamid Abdullah bertanya, apakah Ida puasa. 


Karena ia mengucap ikrar mualaf pada hari ke-4 Ramadan, ternyata Ida mengaku berpuasa.


Kiai Abdul Hamid juga bertanya tentang motivasi Ida masuk Islam. Ida pun bercerita tertarik masuk Islam setelah sering melihat Ka’bah di TV.


Kiai Abdul Hamid pun spontan mendoakan semoga Ida segera ditakdirkan umrah ke tanah suci, sehingga bisa melihat Ka’bah yang sebenarnya, bukan hanya di TV.


“Semoga segera bisa umrah. Tapi kalau sudah masuk Islam harus dijaga salat 5 waktu. Yaitu zuhur, asar, maghrib, isya’ dan subuh,” pesan Kiai Abdul Hamid Abdullah pada Ida.


Ia kemudian menuntun Ida membaca dua kalimat syahadat. Ida pun resmi menjadi mualaf sejak Jumat (15/3).


Sumber: Kumparan

Penulis blog