DEMOCRAZY.ID - Pemerintah menganggarkan Rp 466 triliun untuk membangun Ibu Kota Nusantara atau IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Namun, menurut ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri, anggaran tersebut diperkirakan bakal membengkak.
"Minimal itu dua kali lipatnya. Bahkan, tiga kali karena hitungannya nggak benar," kata Faisal di Gedung Tempo, Senin, 4 Maret 2024.
Menurut Faisal, pembangunan IKN tidak bisa hanya berdasarkan rencana pembangunan infrastruktur.
Ia mengatakan ada anggaran lain yang harus disiapkan setelah pembangunan IKN selesai. Salah satunya, anggaran untuk memitigasi bencana.
"Ingat, di sana itu banyak sumur gas dangkal. Jika suatu saat muncul api, bisa diselesaikan. Tapi teknologinya mahal," ujar Faisal. "Itu belum dihitung."
Sebelumnya, potensi gas dangkal di IKN ditemukan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian ESDM periode saat itu, Rita Susilawati, mengatakan gas ditemukan saat tim mengecek kondisi bawah permukaan di IKN.
"Kemungkinan kalau tak dimitigasi dari awal, itu memamg membahayakan, kalau lokasinya berada di wilayah inti (IKN), misalnya," kata dia dalam diskusi daring Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Minggu, 30 Januari 2022.
Potensi gas dangkal ini juga sudah pernah diungkap dalam diskusi kebencanaan terkait IKN pada 14 Agustus 2020 yang dipublikasikan di laman resmi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau Bappeda Kalimantan Timur.
Bappeda mencatat gas diidentifikasi menggunakan data sumur Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.
Efek negatifnya adalah apabila pada suatu saat beban di permukaan bertambah dengan bertambahnya bangunan, dikhawatirkan terjadi keretakan yang dapat menyebabkan munculnya gas ke permukaan dengan tekanan yang tinggi.
Efek positifnya adalah keterdapatan gas ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi lokal.
Pada sumur Tengin-1 (lokasi IKN) kemunculan gas tergolong tinggi, dengan kandungan antara 3.000 hingga 5.000 unit. Kandungan gas digolongkan sebagai gas dangkal jika muncul di kedalaman 0 sampai 1000 meter.
"Dilihat dari posisi keberadaan gas dangkal di kedalaman pada sumur Tengin-1 bisa dikatakan masih aman untuk pembangunan kota dengan high density," demikian tertulis di laman resmi tersebut.
Kondisinya akan seperti Balikpapan yang juga merupakan kota besar yang berada di atas reservoir gas dengan akumulasi yang besar.
"Namun, akumulasi gas yang cukup besar sebaiknya tetap diwaspadai, terutama di area-area yang memiliki zona lemah yang bisa menjadi jalur migrasi gas ke permukaan," demikian keterangan lanjutannya.
Rita kemudian menjelaskan bahwa temuan gas tersebut diperoleh dari serangkaian kajian yang dilakukan tim di lokasi IKN pada 2020.
Dalam paparannya, Rita mencatat keberadaan gas di bawah kedalaman 1000 meter ditemukan dari beberapa sumut yang ada di lokasi IKN yaitu Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.
Pada sumut Tengin-1, gas ditemukan dengan jumlah yang signifikan dengan kandungan antara 3.000 hingga 5.000 unit.
Gas terdeteksi pada beberapa interval di kedalaman 398 meter hingga 1.734,5 meter pada unit batuan N2-N6.
"Keterdapatan gas di kedalaman kurang dari 1.000 meter ini menunjukkan adanya potensi kemunculan gas dangkal di area calon ibu kota negara," kata dia.
Rita mencatat keberadaan gas dangkal tersebut dapat menimbulkan potensi bencana pada kegiatan masyarakat dan pengembangan konstruksi sipil.
Gas dapat muncul ke permukaan melalui zona-zona pada daerah patahan atau pada lensa-lensa batupasir di puncak antiklin.
Sumber: Tempo