DEMOCRAZY.ID - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut bahwa pihaknya sedang memeriksa apakah mereka telah membunuh wakil pemimpin militer Hamas dalam sebuah serangan udara di Gaza di tengah-tengah memudarnya harapan akan tercapainya gencatan senjata yang bertepatan dengan bulan suci Ramadan.
Jika kematiannya terkonfirmasi, Marwan Issa akan menjadi pejabat tertinggi dari gerakan militan Islamis yang terbunuh oleh Israel dalam lima bulan perang yang telah meluluhlantakkan daerah kantung pesisir tersebut dan menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Issa, yang dikenal sebagai 'Manusia Bayangan' karena kemampuannya untuk tidak terlihat, adalah salah satu dari tiga pemimpin tertinggi Hamas yang merencanakan serangan 7 Oktober ke Israel yang memicu perang dan diyakini telah mengarahkan operasi militer Hamas sejak saat itu.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa Israel telah mengebom kamp pengungsi Al-Nusseirat di Gaza tengah pada Sabtu malam setelah mendapatkan informasi intelijen mengenai lokasi Issa, orang kedua dalam komando sayap militer Hamas, Brigade Izz el-Deen al-Qassam.
Dua pemimpin Hamas - Issa dan seorang komandan lain yang bertanggung jawab atas persenjataan Hamas di Gaza - menggunakan kompleks bawah tanah yang diserang oleh jet-jet Israel dalam sebuah operasi gabungan dengan dinas keamanan Israel, Shin Bet.
"Selain mereka, di dalam terowongan itu masih ada teroris lainnya," kata Higari mengutip Reuters, Selasa (12/3).
Namun, Ia menambahkan bahwa masih belum jelas apakah Issa telah terbunuh.
Di sisi lain, sebuah sumber Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel telah menyerang sebuah tempat di mana mereka menduga Issa bersembunyi, namun tidak dapat memberikan rincian tentang nasibnya.
"Masih belum ada indikasi yang pasti," kata Chili Tropper, seorang menteri kabinet Israel, kepada televisi Channel 13 Israel pada hari Senin.
"Jika memang Marwan Issa tersingkir, yang dalam banyak hal merupakan kepala staf militer Hamas, ini merupakan prestasi besar bagi IDF dan Shin Bet," katanya.
Berdasarkan penghitungan Israel, para pejuang Hamas, yang menguasai Gaza, menewaskan 1.200 orang dalam serangan 7 Oktober dan menyandera 253 orang.
Kampanye militer pembalasan Israel di daerah kantong yang padat penduduknya itu telah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina, menurut pihak berwenang Gaza, sementara infrastruktur telah dilenyapkan dan ratusan ribu orang kini nyaris kelaparan.
Issa masuk dalam daftar orang yang paling dicari di Israel bersama dengan Mohammed Deif, komandan Brigade al-Qassam, dan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Kematian Issa, jika dikonfirmasi, juga dapat mempersulit upaya untuk mengamankan gencatan senjata dan pembebasan sandera, meskipun Israel mengatakan bahwa pembicaraan masih terus berlanjut melalui mediator Mesir dan Qatar.
Hamas menyalahkan Israel karena menolak memberikan jaminan untuk mengakhiri perang dan menarik mundur pasukannya.
Israel menginginkan gencatan senjata sementara untuk menjamin pembebasan sandera sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina, namun mereka tidak akan menghentikan perangnya sampai mereka berhasil mengalahkan Hamas.
Para negosiator menginginkan penghentian permusuhan selama bulan Ramadan, yang dimulai pada hari Senin, tetapi serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Kota Gaza menewaskan 16 orang dan melukai beberapa orang lainnya, kata para pejabat kesehatan Palestina.
Israel juga menewaskan dua orang Palestina dalam serangan udara di sebuah rumah di kota selatan Khan Younis saat warga sedang berbuka puasa hari pertama, kata para pejabat kesehatan Gaza.
IDF tidak segera mengomentari insiden-insiden tersebut. Namun IDF mengatakan pasukannya telah menewaskan sekitar 15 militan dalam pertempuran jarak dekat dan serangan udara di Gaza tengah, serta pasukan komando telah menargetkan situs yang diyakini digunakan oleh militan Hamas di Khan Younis.
Kelompok-kelompok pro-Palestina di tempat lain terus menunjukkan kehadiran mereka.
Hizbullah Lebanon mengatakan bahwa mereka telah meluncurkan beberapa pesawat tak berawak ke sebuah pos terdepan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada hari Senin, dan dua insiden lainnya dilaporkan terjadi di perairan Laut Merah di mana kelompok Houthi Yaman telah menyerang kapal-kapal.
"Sedikitnya satu warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka setelah Israel melancarkan empat serangan ke kota Baalbek, Lebanon timur, pada hari Senin," kata dua sumber keamanan dan gubernur Baalbek, Bashir Khader, kepada Reuters.
Serangan Israel sebagian besar terbatas pada wilayah perbatasan selatan Lebanon, meskipun mereka telah beringsut lebih jauh ke utara dalam beberapa pekan terakhir, sebuah perluasan kampanye Israel, kata seorang sumber keamanan Lebanon kepada Reuters.
Konflik telah membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, dan banyak dari mereka berdesakan di tenda-tenda darurat dengan hanya sedikit makanan dan obat-obatan di kota Rafah di bagian selatan.
Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengimbau gencatan senjata di Gaza, pembebasan para sandera, dan penghilangan hambatan terhadap bantuan yang menyelamatkan jiwa.
Ia mengatakan bahwa ancaman serangan Israel ke Rafah dapat membuat warga Gaza berada dalam "lingkaran neraka yang lebih dalam."
PBB memperkirakan seperempat dari populasi Gaza berada dalam risiko kelaparan, dan hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Badan-badan bantuan kini berfokus pada pengiriman bantuan melalui laut dan melalui jalur udara. PBB sebelumnya menuduh Israel memblokir bantuan ke Gaza.
Sementara, media pemerintah Yordania mengatakan bahwa telah ada tujuh kali pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara pada hari Senin, yang diikuti oleh Yordania, Amerika Serikat, Mesir, Prancis dan Belgia.
Maroko juga dijadwalkan untuk bergabung dalam upaya tersebut, media Israel melaporkan.
Militer AS mengatakan bahwa mereka telah menerbangkan lebih dari 27.600 makanan dan 25.900 botol air ke Gaza utara.
Sebuah sumber pemerintah di Siprus mengatakan sebuah kapal yang membawa 200 ton bantuan dijadwalkan akan berlayar pada hari Senin.
Militer AS mengatakan bahwa kapalnya, General Frank S. Besson, juga sedang dalam perjalanan untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui jalur laut.
Pejabat senior Hamas, Basem Naim, menyambut baik koridor bantuan tersebut, namun mendesak AS untuk berupaya mengakhiri perang.
Sumber: CNBC