Fakta di Balik Serangan Moskow: Profil Pelaku hingga Rusia vs ISIS - DEMOCRAZY News
GLOBAL KRIMINAL

Fakta di Balik Serangan Moskow: Profil Pelaku hingga Rusia vs ISIS

DEMOCRAZY.ID
Maret 27, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
KRIMINAL
Fakta di Balik Serangan Moskow: Profil Pelaku hingga Rusia vs ISIS

Fakta di Balik Serangan Moskow: Profil Pelaku hingga Rusia vs ISIS


DEMOCRAZY.ID - Otoritas Rusia menghadirkan 4 pelaku utama penembakan dan penyerangan di gedung konser Crocus City pada Jumat lalu yang menyebabkan setidaknya 139 orang tewas, ke pengadilan. Ini terjadi setelah keempatnya ditangkap oleh kepolisian.


Menurut laporan TASS, para pelaku secara resmi diidentifikasi sebagai warga negara Tajikistan. 


Keempat pelaku tersebut bernama Saidakrami Muodali Rachabalizoda, Dalerdzhon Barotovich Mirzoyev, Shamsidin Fariduni dan Muhammadsobir Fayzov.


Keempatnya sendiri disebut-sebut merupakan anggota kelompok teroris ISIS cabang Asia Tengah, ISIS-Khorasan (ISIS-K). 


ISIS bahkan telah merilis rekaman baru serangan tersebut, yang menguatkan peran kelompok itu.


Profil pelaku


Terdakwa tertua adalah Dalerdzhon Mirzoyev, 32 tahun, yang mungkin tinggal di Rusia secara ilegal. Ia terlihat duduk di dalam sangkar kaca di ruang sidang dengan mata hitam dan wajah memar.


Mirzoyev dilaporkan telah memperoleh izin tinggal selama tiga bulan di kota Novosibirsk, tetapi izin tersebut telah habis masa berlakunya. 


Dalam video interogasinya yang dibagikan di media sosial Rusia, ia mengatakan baru-baru ini tinggal di sebuah asrama di Moskow bersama salah satu tersangka.


Pengadilan mengatakan dia sudah menikah dan memiliki empat anak, namun tidak jelas apakah ia bekerja.


Saidakrami Murodali Rachabalizoda, 30, tampaknya menganggur. Terdaftar sebagai penduduk di Rusia, ia tidak dapat mengingat di kota mana ia mendaftarkan diri. 


Ketika dia muncul di pengadilan, kepalanya dibalut dengan canggung setelah petugas Rusia dilaporkan menggergaji salah satu telinganya.


Shamsidin Fariduni, 25, disebutkan sebagai terdakwa yang memiliki kehidupan paling stabil. Ia terdaftar di Krasnogorsk, pinggiran kota Moskow lokasi penembakan terjadi, dan bekerja di pabrik lantai.


Shamsidin mengaku ia ditawari 500.000 rubel atau setara Rp 85 juta untuk melakukan serangan tersebut. Nilai tersebut setara dengan sekitar 2,5 tahun upah rata-rata di Tajikistan.


Mukhammadsobir Fayzov, 19, dibawa ke ruang sidang dengan brankar, dengan kateter terpasang dan satu matanya terluka. 


Ia sempat magang di sebuah tempat pangkas rambut di kota pabrik tekstil Ivanovo, namun menurut laporan, ia meninggalkan pekerjaan itu November lalu.


Tensi di Tajikistan


Sebanyak 1,5 juta migran Tajik diperkirakan berada di Rusia setelah melarikan diri dari kemiskinan dan pengangguran yang melanda negara mereka yang terkunci daratan. 


Berbagai macam sumber daya mineral terdapat di Tajikistan, namun industri ini lambat berkembang karena investasi asing yang terlambat dan data geologi yang buruk.


Meskipun hampir 10 juta penduduknya mayoritas beragama Islam, ketegangan terkait dengan kelompok Islam sering terjadi. 


Kelompok Islam adalah lawan utama pemerintah selama perang saudara tahun 1992-1997 yang menewaskan 150.000 orang dan menghancurkan perekonomian pemerintah.


Ketika perang berakhir, Presiden Tajik Emomali Rahmon mengambil langkah-langkah untuk membatasi kebebasan beragama secara drastis. 


Ia membatasi berapa banyak masjid yang boleh dibangun, melarang perempuan dan anak-anak di bawah 18 tahun untuk menghadiri masjid sama sekali, dan melarang pengajaran agama di luar rumah bagi anak-anak.


Kritikus mengatakan pembatasan tersebut mendorong orang untuk beralih ke faksi Muslim bawah tanah dan radikal melalui internet.


Tajikistan belum memberikan pernyataan resmi mengenai penangkapan empat pria yang diduga melakukan penyerangan tersebut. 


Namun Rahmon, yang dikutip oleh layanan pers pemerintahannya, mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui panggilan telepon bahwa "teroris tidak memiliki kewarganegaraan, tanah air, atau agama."


Rusia Vs ISIS


Sebagian besar serangan yang terkait dengan ekstremis Islam yang melanda Rusia dalam seperempat abad terakhir dilakukan oleh kelompok separatis Chechnya. Namun sejak tahun 2015, beberapa serangan mulai terkait dengan ISIS.


Kelompok ini menentang intervensi Rusia di Suriah, di mana Moskow berusaha memberikan keseimbangan demi kepentingan pasukan Presiden Bashar Assad. 


Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya memiliki informasi intelijen yang mengonfirmasi bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan akhir pekan di Moskow.


Setelah ISIS mendeklarasikan kekhalifahan di sebagian besar Suriah dan Irak pada bulan Juni 2014, ribuan pria dan wanita dari seluruh dunia bergabung dengan kelompok ekstremis tersebut. Mereka termasuk ribuan orang dari bekas Uni Soviet, ratusan di antaranya dari Tajikistan.


Salah satu tokoh paling menonjol yang bergabung dengan ISIS adalah Gulmurod Khalimov, yang merupakan seorang perwira pasukan khusus Tajikistan sebelum membelot dan bergabung dengan ISIS di Suriah pada tahun 2015. 


Pada tahun 2017, militer Rusia mengatakan Khalimov terbunuh dalam serangan udara Rusia di Suriah.


ISIS mengaku bertanggung jawab atas pemboman tahun 2015 terhadap sebuah pesawat Rusia yang membawa wisatawan pulang dari resor Mesir Sharm El Sheikh. 


Dua tahun kemudian, mereka mengaku berada di balik bom bunuh diri di kereta bawah tanah di St. Petersburg yang menewaskan 15 orang.


Dua minggu sebelum pembantaian di teater Moskow, para pejabat Rusia mengatakan mereka telah memusnahkan anggota sel ISIS yang berencana menyerang sebuah sinagog.


Awal bulan ini, mereka melaporkan tewasnya enam anggota ISIS di wilayah Ingushetia yang berdekatan dengan Chechnya.


Sumber: CNBC

Penulis blog