DEMOCRAZY.ID - Dalam falsafah wayang kulit, terdapat konsep yang menarik mengenai siapa yang dianggap sebagai tokoh yang baik dan yang buruk. Biasanya, dalang memegang tokoh wayang yang “berkarakter baik” di tangan kanannya, sementara tokoh yang “berkarakter buruk” dipegang oleh tangan kirinya. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa dalam kehidupan, terdapat peran yang berlawanan antara yang baik dan yang buruk. Para penonton juga memiliki peran yang menarik dalam cerita wayang kulit ini. Penonton elit yang duduk di depan dalang-dibalik tirai putih- hanya melihat bayangan hitam putih dari pertunjukan tersebut. Mereka melihat tokoh-tokoh wayang dalam bentuk yang terbalik dari apa yang sebenarnya ditampilkan oleh dalang. Sementara itu, penonton umum (rakyat jelata) yang duduk di belakang dalang dapat melihat pertunjukan dengan lebih jelas. Mereka melihat tokoh-tokoh wayang dalam warna-warni dan dapat menilai tokoh yang baik dan yang buruk sebagaimana adanya. Filosopi lain adalah, e
DEMOCRAZY.ID - Dalam falsafah wayang kulit, terdapat konsep yang menarik mengenai siapa yang dianggap sebagai tokoh yang baik dan yang buruk. Biasanya, dalang memegang tokoh wayang yang “berkarakter baik” di tangan kanannya, sementara tokoh yang “berkarakter buruk” dipegang oleh tangan kirinya. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa dalam kehidupan, terdapat peran yang berlawanan antara yang baik dan yang buruk. Para penonton juga memiliki peran yang menarik dalam cerita wayang kulit ini. Penonton elit yang duduk di depan dalang-dibalik tirai putih- hanya melihat bayangan hitam putih dari pertunjukan tersebut. Mereka melihat tokoh-tokoh wayang dalam bentuk yang terbalik dari apa yang sebenarnya ditampilkan oleh dalang. Sementara itu, penonton umum (rakyat jelata) yang duduk di belakang dalang dapat melihat pertunjukan dengan lebih jelas. Mereka melihat tokoh-tokoh wayang dalam warna-warni dan dapat menilai tokoh yang baik dan yang buruk sebagaimana adanya. Filosopi lain adalah, e