CATATAN POLITIK

'Cara Pandang Elit di Lingkaran Jokowi, Terbalik Dengan Cara Pandang Rakyat'

DEMOCRAZY.ID
Maret 15, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Cara Pandang Elit di Lingkaran Jokowi, Terbalik Dengan Cara Pandang Rakyat'

'Cara Pandang Elit di Lingkaran Jokowi, Terbalik Dengan Cara Pandang Rakyat'


DEMOCRAZY.ID - Dalam falsafah wayang kulit, terdapat konsep yang menarik mengenai siapa yang dianggap sebagai tokoh yang baik dan yang buruk. 


Biasanya, dalang memegang tokoh wayang yang “berkarakter baik” di tangan kanannya, sementara tokoh yang “berkarakter buruk” dipegang oleh tangan kirinya. 


Fenomena ini memberikan gambaran bahwa dalam kehidupan, terdapat peran yang berlawanan antara yang baik dan yang buruk.


Para penonton juga memiliki peran yang menarik dalam cerita wayang kulit ini. Penonton elit yang duduk di depan dalang-dibalik tirai putih- hanya melihat bayangan hitam putih dari pertunjukan tersebut. 


Mereka melihat tokoh-tokoh wayang dalam bentuk yang terbalik dari apa yang sebenarnya ditampilkan oleh dalang. 


Sementara itu, penonton umum (rakyat jelata) yang duduk di belakang dalang dapat melihat pertunjukan dengan lebih jelas. 


Mereka melihat tokoh-tokoh wayang dalam warna-warni dan dapat menilai tokoh yang baik dan yang buruk sebagaimana adanya.


Filosopi lain adalah, elit yang duduk dibalik tirai putih itu, melihat tokoh yang baik dan yang buruk, menjadi terbalik dimatanya. 


Justru yang baik ada disebelah kiri dan yang jahat ada di sebelah kanan. Hal ini berbeda dengan rakyat jelata, yang melihat karekater tokoh itu apa adanya.


Dari sini, dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan persepsi antara kelompok elit dan rakyat umum. 


Kelompok elit yang hanya melihat bayangan hitam putih mungkin mengalami kesulitan untuk memahami kedalaman karakter tokoh-tokoh dalam cerita wayang. 


Sementara itu, rakyat umum yang melihat pertunjukan dalam warna-warni dapat lebih mudah menilai karakter tokoh dan memahami pesan moral yang disampaikan.


Namun, penting untuk diingat bahwa dalam lakon wayang, tokoh yang berada di sebelah kiri seringkali dianggap sebagai tokoh yang jahat, sementara tokoh yang berada di sebelah kanan dianggap sebagai tokoh yang baik. 


Hal ini mungkin menggambarkan adanya konsep dualitas dalam kehidupan, di mana kebaikan dan kejahatan selalu berada dalam keseimbangan.


Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa analogi wayang kulit memberikan refleksi yang dalam tentang persepsi dan penilaian terhadap peristiwa dalam kehidupan. 


Adanya perbedaan sudut pandang antara kelompok elit dan rakyat umum menunjukkan pentingnya memahami sudut pandang yang beragam dalam mengambil keputusan dan menilai suatu peristiwa. ***

Penulis blog