HUKUM SHOWBIZ

Begini Kronologi Ayah Atta Halilintar Gugat Ponpes di Pekanbaru Soal Sengketa Kepemilikan Tanah Senilai Rp26 Miliar

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
HUKUM
SHOWBIZ
Begini Kronologi Ayah Atta Halilintar Gugat Ponpes di Pekanbaru Soal Sengketa Kepemilikan Tanah Senilai Rp26 Miliar

Begini Kronologi Ayah Atta Halilintar Gugat Ponpes di Pekanbaru Soal Sengketa Kepemilikan Tanah Senilai Rp26 Miliar


DEMOCRAZY.ID - Ayah Atta Halilintar, Halilintar Anofial Asmid diduga mengklaim kepemilikan tanah Pondok Pesantren Al Anshar di Pekanbaru, Riau. Kabarnya, nilai tanah tersebut ditaksir mencapai Rp26 miliar.


Mengenai hal tersebut, kuasa hukum dari perwakilan Pondok Pesantren Al Anshar Pekanbaru pun menjelaskan kronologi adanya sengketa kepemilikan tanah antara pihak yayasan dengan ayah Atta Halilintar itu.


Kuasa hukum yayasan, Dedek Gunawan mengatakan tanah tersebut bukan sepenuhnya milik Anofial Asmid.


Tanah di Pondok Pesantren Al Anshar, Pekanbaru itu rupanya dibeli secara kolektif oleh pengurus yayasan.


"Terkait dengan sengketa ataupun polemik ini dapat kami jelaskan bahwa tanah ini berdasarkan informasi dari klien kami bahwa tanah ini adalah milik yayasan."


"Beliau (Anofial Asmid) sampai menggugat karena tanah yang menjadi sengketa hari ini adalah tanah milik yayasan.


"Pada 1993, tanah itu dibeli secara kolektif dari semua anggota yayasan yang menyumbangkan uangnya untuk membeli, yang pada akhirnya itu kan setelah dibeli merupakan menjadi aset yayasan," kata Dedek Gunawan dikutip dari YouTube Intens Investigasi, Selasa (12/3/2024).


Setelah dibeli, tanah itu dibuat atas nama kepemilikan Saepuloh, yang merupakan perwakilan yayasan.


Namun, pada saat ayah Atta Halilintar menjadi pimpinan di pondok pesantren, kepemilikan tanah tersebut kemudian diambil alih atas namanya.


"Setelah dilakukan pembelian tanah itu dibuat ke atas nama Haji Saepuloh, kemudian karena beliau pimpinan pada saat itu, beliau mengambil alih."


"Dibuatlah ke nama beliau, terbitlah sertifikat hak milik atas nama beliau. Namun, meskipun terbit ke nama beliau, tanah tersebut tetap menjadi aset yayasan," jelasnya.


Hingga kemudian, Anofial Asmid dipecat sebagai pimpinan pondok pesantren karena dianggap sudah tidak cakap.


"Muncullah sengketa ini ketika beliau ini dikeluarkan oleh yayasan karena mungkin sudah dianggap tidak cakap lagi untuk menjadi pimpinan yayasan," beber Dedek.


Karena ayah Atta Halilintar tidak lagi menjadi pengurus ponpes, maka pihak yayasan meminta Anofial Asmid mengembalikan semua aset-aset yayasan yang pernah dibuat atas namanya.


Dikatakan Dedek, aset yayasan yang dimaksud tidak hanya berada di wilayah Pekanbaru, melainkan tersebar di daerah lain.


"Kemudian karena beliau bukan lagi pengurus yayasan, yayasan meminta kepada beliau untuk mengembalikan semua aset-aset yang pernah dibuatkan atas nama beliau."


"Perlu diketahui, aset bukan hanya di Pekanbaru, tapi juga di Jakarta bahkan tersebar di beberapa daerah,"


Lebih lanjut, Dedek Gunawan mengatakan ayah Atta Halilintar telah mengembalikan sebagian aset yayasan.


Akan tetapi, tanah di Pondok Pesantren Al Anshar belum dikembalikan kepada yayasan, masih atas nama Anofial Asmid.


"Namun, sebagian aset-aset ini sudah dikembalikan kepada yayasan.


"Nah kebetulan, tanah yang sekarang hari ini menjadi objek sengketa ini belum dikembalikan kepada yayasan. Masih nama beliau," terang Dedek.


Pada 2004, Anofial Asmid sebenarnya mengembalikan sertifikat tanah yang diminta kepada seorang anggota yayasan.


Namun, belum sempat dilakukan peralihan, seorang anggota yayasan yang menerima kuasa dari ayah Atta Halilintar tersebut meninggal dunia.


Karenanya, pengalihan aset tanah pondok pesantren tersebut otomatis batal.


"Sebagai informasi, pada tahun 2004 yayasan meminta kembali kepada beliau agar nama yang sudah dibuatkan di dalam sertifikat hak milik itu kembali dikembalikan kepada yayasan."


"Tahun 2005, sudah terjadi peralihan, beliau sudah menyerahkan tahun 2005, itu aktanya ada. 2005, diserahkan kepada Doktor Risdam, juga merupakan anggota dari yayasan."


"Namun, malangnya begini, belum sempat dilakukan peralihan kembali lebih lanjut. Penerima kuasa jual dari penggugat tadi meninggal dunia."


"Otomatis akta yang sudah dibuat batal hukum dong, dari sinilah sengketa bermulai," ujar Dedek.


Kuasa Hukum Ayah Atta Halilintar Buka Suara, Tuding Oknum Yayasan Sebar Fitnah untuk Merebut Aset


Kuasa Hukum Halilintar Anofial Asmad buka suara mengenai sengketa aset yayasan yang melibatkan ayah dari selebritas Atta Halilintar.


Ia menduga, oknum yayasan sengaja menyebar fitnah dan tuduhan untuk mencoba mengambil alih aset Halilintar yang disengketakan terletak di Pekanbaru, Riau.


"Sebagai kuasa hukum dari Halilintar Anofial Asmad, ayah dari Atta Halilintar ingin menjelaskan kedudukan hukum tentang perseturuan aset yang berada di Pekanbaru dengan sebenarnya," ujar Dr Lucky Omega Hasan SH MH, kuasa hukum Halilintar Anofial Asmad dalam pernyataan tertulis yang diterima redaksi Tribunenws.com, di Jakarta Senin (11/03/2024) malam.


Menurut Lucky, bertahun- tahun Halilintar Anofial Asmad, memberikan hak untuk menggunakan, serta memanfaatkan aset tersebut kepada yayasan di Pekanbaru.


Ia tidak meminta ganti rugi selama untuk kepentingan sosial, dan sarana pendidikan masyarakat.


Namun dengan berjalannya waktu, ada oknum yang menggugat untuk mencoba mengambil alih hak tanah Halilintar Anofial Asmad dengan mengatasnamakan yayasan.


"Bertahun-tahun Pak Halilintar digugat oleh oknum yayasan tersebut. Beliau (Halilintar, Red) tidak melawan, tidak juga membalas. Hanya mempertahankan hak atas tanah miliknya. Dengan upaya pertahankan hak itu, untuk menghindari oknum yayasan tersebut mengambil alih untuk kepentingan negatif dan tidak bertanggung jawab," tulis Lucky Omega Hasan.


Pada akhirnya, putusan hukum Mahkama Agung RI inkrah menetapkan dan menguatkan aset tanah itu adalah tetap Sertifikat Hak Milik (SHM) atas nama Halilintar Anofial Asmad.


"Sekarang mereka menanggung akibatnya dan harus meninggalkan lokasi tanah itu. Menyerahkan aset tanah dan sertifikatnya akibat perbuatan mereka sendiri, seharusnya tanah tersebut diperuntukkan sebagai sarana pendidikan dan sosial," tegas Lucky.

 

Halilintar Anofial Asmad Tunjukkan Itikad Baik


Masih menurut Lucky, Halilintar Anofial Asmad sudah berusahah menunjukkan Iktikad baik, yakni melalui mediasi.


“Surat kami sudah kirimkan, bahkan sempat terjawab mereka minta waktu untuk merapihkan mempersiapkan selama 2 tahun untuk pindah dan menyerahkan penguasaan fisik tanah kembali ke Halilintar Anofial Asmad. Tapi ketika ditindaklanjuti, mereka enggan menyerahkan sertifikat tanah tersebut dan tidak kooperatif.” ujarnya.


Atas hal tersebut muncullah upaya menjalankan atau menindaklanjuti putusan Mahkamah Agung RI atas tindakan yayasan sebagai pihak yang tidak berhak atas tanah tersebut.


“Kami ajukan gugatan untuk mengambil hak atas 2 sertifikat tanah milik atas nama Halilintar Anofial Asmad,” kata Lucky Omega Hasan, selaku kuasa hukum Halilintar Anofial Asmad.


Gugat Yayasan Punya Aset Rp 26 Miliar


Sebelumnya beredar simpang siur berita mengenai ayah Atta Halilintar terseret kasus dengan yayasan pondok pesantren di Pekanbaru.


Belakangan diperoleh kejelasan, Halilintar Anofial Asmad lah yang menggugat yayasan beraset Rp 26 miliar di Pekanbaru.


Informasi ini disampaikan Dedek Gunawan, selaku kuasa hukum Yayasan Ponpes, yang belum disebut nama dan alamat lengkap.Dedek menjelaskan kronologi versi kliennya, dalam hal ini Yayasan Al Anshar Pekanbaru.


Menurut Dedek, awalnya tanah tersebut dibeli secara kolektif oleh anggota yayasan pondok pesantren.


Namun belakangan, Halilintar Anofial Asmid mengambil alih tanah tersebut menjadi atas namanya sendiri.


"Tanah itu dibeli kolektif oleh anggota yayasan, beliau mengambil alih tanah itu menjadi atas nama beliau," kata Dedek saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (10/3/2024).


Dedek menambahkan awalnya Halilintar Anofial Asmid dipercaya untuk menjadi pemimpin Ponpes tersebut, hingga akhirnya tanah tersebut di balik nama oleh ayah Halilintar itu.


"Kebetulan beliau pada saat itu dipercaya untuk menjadi pimpinan sehingga tanah tersebut dibalik nama atas nama beliau," ujarnya.


"Jadi ditegaskan bahwa tanah itu milik yayasan, bukan seperti apa yang penggugat (Halilintar, Red) sebutkan,” kata Dedek.


Akibat konflik, para pengurus Yayasan bersepakat mengeluarkan Halilintar Anofial dari yayasan. Alasannya, Halilintar dinilai sudah tidak layak untuk memimpin Ponpes tersebut.Besan Anang Hermansyah itu dikeluarkan terjadi sejak 2004 silam, atau 10 tahun silam.


Dikutip dari TribunPekanbaru.com, tergugat dimaksud bernama Yayasan Al Anshar Pekanbaru. Nama yayasan itu mendadak tenar setelah munculnya pemberitaan gugatan ayah Atta Halilintar terhadap aset pesantren dan yayasan tersebut.


Sebaliknya, pihak yayasan mengatakan, Halilintar lah yang diduga melakukan penyerobotan lahan.


Walau bersengketa, kondisi ponpes yang berada di Jalan Singgalang Tangkerang Timur Tenayan Raya Kota Pekanbaru itu, berjalan normal, Senin (11/3/2024) sore.


Aktivitas pondok terlihat berjalan. Kemarin tampaak, salat berjamaah di musala bersama santri laki-laki dipimpin langsung ketua yayasan Abuya Wahyudin.


Sesuai Salat Ashar, Abuya menceritakan kondisi yayasannya dan pondok pesantren yang berjalan seperti biasanya, tidak ada kendala meskipun sedang berperkara di Pengadilan Negeri (PN) Pekanbaru.


"Alhamdulillah, semuanya berjalan seperti biasanya. Aktivitas tidak terganggu. Tapi kami terhambat untuk legalitas saja, ketika menerima bantuan dan persoalan administrasi lainnya," ujar Abuya Wahyudin membuka pembicaraan.


Persoalannya dikatakan Wahyudin, Halilintar yang pernah memimpin Yayasan Al Anshar tersebut membuat lahan milik yayasan dengan atas nama pribadinya. Dampaknya, Yayasan kesulitan dalam menjalankan aktivitas.


Langkah mediasi sudah dilakukan pihak yayasan sejak 2015 silam, saat itu sudah beberapa kali mendatangi rumah Halilintar, namun diusir.


"Terakhir kami membawa persoalan ini ke ranah hukum mulai 2018 silam, dan kami berharap hanya langkah komunikasi yang baik dengan Halilintar. Kami tidak mencari persoalan lain," ujar Abuya Wahyudin. 


Sumber: Tribun

Penulis blog