11 Pemilu Paling Geger di 2024, Chaos hingga Tentukan Nasib Dunia - DEMOCRAZY News
GLOBAL

11 Pemilu Paling Geger di 2024, Chaos hingga Tentukan Nasib Dunia

DEMOCRAZY.ID
Maret 22, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
11 Pemilu Paling Geger di 2024, Chaos hingga Tentukan Nasib Dunia

11 Pemilu Paling Geger di 2024, Chaos hingga Tentukan Nasib Dunia


DEMOCRAZY.ID - Hampir 70 negara akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu) pada 2024. Beberapa di antaranya telah dilaksanakan, termasuk di Indonesia.


Negara-negara tersebut mewakili separuh populasi dunia dan lebih dari separuh produk domestik bruto (PDB) global.


Pemilu di sejumlah negara menjadi sorotan khusus. Bukan hanya terkait dampak ekonomi dan politik yang akan ditimbulkan secara global, tetapi juga gejolak yang mewarnai kontestasi politik tersebut.


Berikut sejumlah pemilu yang sudah dan akan dilaksanakan pada tahun ini yang menjadi sorotan dunia sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia.


1. Amerika Serikat (AS)


Masyarakat Amerika Serikat (AS) akan kembali memilih presiden pada 5 November 2024 mendatang. Pemilu ini akan menjadi kontes yang dapat membuat Joe Biden menguasai AS hingga berusia 86 tahun.


Hingga kini, sejumlah jajak pendapat mengatakan bahwa mayoritas pemilih menganggap calon dari Partai Demokrat itu terlalu tua untuk menjadi panglima tertinggi.


Biden akan kembali berhadapan dengan Donald Trump yang mewakili Partai Republik. Meskipun Trump tengah terjerat berbagai kasus pidana, mantan presiden tersebut bukan lawan yang mudah bagi Biden.


Kebijakan AS akan sangat dinantikan oleh dunia. Pasalnya, negara adidaya tersebut kini tengah terlibat secara tidak langsung dengan berbagai konflik geopolitik, di samping gejolak ekonomi di dalam negerinya yang dapat memengaruhi perekonomian global.


2. Rusia


Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan memperpanjang kekuasaannya dengan meraih 87% suara pada pemilu yang digelar 17 Maret lalu. 


Putin akan menjabat hingga 2030 dan menjadikannya sebagai Presiden Rusia terlama, mengalahkan Joseph Stalin.


Pada 2020, Putin mengubah konstitusinya sehingga secara teoretis ia dapat tetap berkuasa hingga 2036.


Kebijakan keras Putin di Ukraina kemungkinan akan berlanjut, meskipun ada tekanan negara-negara Barat yang dipimpin AS melalui berbagai sanksi yang dijatuhkan.


Berlanjutnya perang di Ukraina dalam jangka panjang bisa jadi kembali menimbulkan gejolak harga komoditas yang berkontribusi pada naiknya inflasi negara-negara di dunia.


3. India


Hampir satu miliar warga India akan diminta untuk memilih Perdana Menteri (PM) pada April-Mei 2024 mendatang. 


Ini menjadi kesempatan bagi PM Narendra Modi dan partai nasionalisnya, BJP untuk mengincar masa jabatan ketiga.


Menurut para kritikus, karier dan kesuksesan politik Modi didasarkan pada dukungan dari lebih dari satu miliar umat Hindu di India. Namun, ini juga memicu permusuhan terhadap minoritas Muslim di negara tersebut.


Meskipun ada tindakan keras terhadap kebebasan sipil, Modi tetap menjadi favorit dalam pemilu ini. Para pendukung pun memuji Modi karena telah meningkatkan posisi India di panggung global.


4. Uni Eropa


Jajak pendapat transnasional terbesar di dunia pada Juni ini akan menghasilkan lebih dari 400 juta orang berhak untuk memilih dalam pemilihan Parlemen Eropa.


Pemungutan suara tersebut akan menjadi ujian dukungan bagi kelompok populis sayap kanan, yang memiliki harapan besar setelah kemenangan Partai Kebebasan PVV yang anti-Islam dan anti-Uni Eropa di bawah kepemimpinan Geert Wilders dalam pemilu Belanda pada November dan kemenangan Partai Giorgia Meloni di Italia tahun lalu.


Namun, Brussels dapat mengambil inspirasi dari Polandia, yakni ketika mantan presiden Dewan Eropa Donald Tusk telah kembali berkuasa dengan platform yang sangat pro-Uni Eropa (UE).


5. Meksiko


Meksiko disebut akan menorehkan sejarah dengan memiliki presiden perempuan pertama pada Juni 2024. 


Perlombaan di negara yang condong dengan kejantanan ini akan diikuti oleh mantan wali kota ibu kota yang berhaluan kiri dan seorang pengusaha perempuan yang berasal dari Pribumi.


Mantan Wali Kota Mexico City, Claudia Sheinbaum, mencalonkan diri mewakili Partai Morena yang dipimpin Presiden Andres Manuel Lopez Obrador. 


Sementara lawannya yang vokal, Xochitl Galvez, telah dipilih untuk mewakili koalisi oposisi, Front Luas untuk Meksiko.


6. Taiwan


Taiwan telah menggelar pemilihan presiden pada 13 Januari. Dalam kontestasi itu, Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) berhasil unggul dengan 40,1% suara, membuatnya berhasil menduduki posisi orang nomor satu di Negeri Formosa itu.


Pasca kemenangannya, Lai yang sebelumnya menjadi Wakil Presiden (wapres) menyebutkan bahwa Taiwan di bawah kepemimpinannya akan "terus berjalan berdampingan dengan negara-negara demokrasi di seluruh dunia."


Kemenangannya menjadi titik penting dalam hubungan China dan pulau itu, yang diakui Beijing sebagai bagian integral dari kedaulatannya. 


Dianggap sebagai separatis, China menganggap Lai akan menjadi ancaman bagi perdamaian di wilayah tersebut jika ia menang.


7. Inggris


Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak telah mengonfirmasi bahwa pemilihan umum berikutnya akan diadakan akhir tahun ini, meskipun memiliki hak hukum untuk menunggu hingga Januari 2025.


Berdasarkan peraturan saat ini, yang dikenal sebagai Dissolution and Calling of Parliament Act 2022, tanggal terakhir Inggris dapat mengadakan pemilu adalah Januari 2025.


Berdasarkan undang-undang tersebut, jika pemilu tidak diadakan pada tanggal 17 Desember 2024, Parlemen akan otomatis dibubarkan, tepat lima tahun sejak pemilu terakhir pada tahun 2019.


Seorang pakar pemilu Inggris telah memperingatkan bahwa Partai Konservatif mungkin akan menghadapi hasil terburuk mereka pada pemilu berikutnya dan hanya memperoleh 130 kursi.


8. Senegal


Warga marah karena petahana Presiden Macky Sall yang sudah berkuasa 12 tahun tiba-tiba mengumumkan penundaan pemungutan suara tanpa batas waktu 3 Februari lalu.


Tindakan itu ia lakukan beberapa jam sebelum kampanye presiden dimulai, di mana ada 17 kandidat yang siap menggantikannya dan menjadi pilpres paling terbuka sepanjang Senegal memperoleh kemerdekaan dari Prancis di 1960.


Pembatalan ini terjadi empat hari setelah parlemen menyetujui penyelidikan yang diminta partai Karim Wade. 


Ia sebelumnya dikeluarkan dari kontes karena isu kewarganegaraan, di mana dirinya merupakan warga Prancis bukan Senegal.


Pendukungnya kemudian mencurigai dua hakim di Dewan Konstitusi memiliki hubungan dengan beberapa kandidat lain. Terutama calon kuat pengganti Sall, Perdana Menteri (PM) Amadou Ba.


Sehari setelah pidato Sall di televisi, ratusan warga Senegal berdemonstrasi di ibu kota Dakar di mana bentrokan dengan polisi. Gelombang demonstrasi muncul di seluruh negeri.


Akhirnya, setelah melalui proses yang alot, Senegal akan melaksanakan pemilu pada 24 Maret 2024.


9. Venezuela


Chaos juga mewarnai perjalanan pemilu Venezuela pada 28 Juni mendatang.


Meski belum ada demonstrasi besar-besaran, para kandidat sudah saling serang, di mana pemimpin oposisi Maria Corina Machado menuding petahana telah melakukan "penindasan brutal".


Ia mengatakan Presiden saat ini, Nicolas Maduro, telah melakukan upaya terstruktur untuk menyingkirkannya. 


Ia diskualifikasi tak bisa mengikuti pemilu selama 15 tahun dengan tuduhan korupsi dan serentetan ajudannya telah ditangkap, dengan dalih "memicu pemberontakan".


Machado telah menyebut Maduro melanggar perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintah dan oposisi di Barbados tahun lalu. 


Di mana ia berjanji mengadakan pemungutan suara yang bebas dan adil pada tahun 2024 dengan kehadiran pengamat internasional.


Kesepakatan itu telah mendorong AS untuk meringankan sanksi ke Venezuela agar raksasa minyak Chevron dapat melanjutkan ekstraksi minyak mentah secara terbatas di negeri itu. 


Keputusan itu kini sedang dipertimbangkan kembali Washington mengingat Machado terus tidak diikutsertakan dalam pemungutan suara.


10. Pakistan


Pemilu Pakistan yang dilakukan Februari lalu juga chaos. Sebelumnya pemilu dilakukan untuk membentuk pemerintahan baru lima tahun ke depan pasca mantan Perdana Menteri (PM) Imran Khan dipenjara karena tuduhan membocorkan rahasia negara dan partainya Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) tidak diikutkan dalam pemilu.


Meski PTI tak ikut, calonnya maju secara independen. Dilaporkan para kandidat mendapat 100 kursi, mendominasi pemilu.


Perlu diketahui pasca Imran Khan dilengserkan Pakistan melantik Shehbaz Sharif sebagai PM. Pemilu sendiri secara partai, dimenangkan partai Sharif, Partai Liga Muslim-Nawaz (PML-N) yang didukung militer dengan 75 kursi.


Karena kemenangannya di parlemen, banyak calon independen dari PTI hendak membuat pemerintahan sendiri karena syarat ketersediaan kursi di parlemen terpenuhi.


11. Indonesia


Pemilu di Indonesia telah berakhir. Prabowo resmi memenangkan pemilihan presiden setelah komisi Pemilihan Umum (KPU) menentapkan hasil rekapitulasi pada Rabu lalu.


Dari 164.270.475 suara yang sah, Prabowo dan pasangannya Gibran Rakabuming Raka memperoleh 58,59% suara (96.214.691). 


Sementara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh 24,95% (40.971.906) sedangkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengumpulkan 16,47% (27.050.878)


Adapun pemilu Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar disorot secara luas oleh dunia. 


Hal itu dibuktikan dengan berbagai pemberitaan yang mewarnai pemilu RI, jauh sebelum pencoblosan dimulai.


Selain itu, kemenangan Prabowo pun direspon para kepala negara. Bahkan jika digabungkan antara ketika perhitungan belum final dan sesudah keputusan resmi KPU, total presiden, perdana menteri (PM), dan raja yang memberi selamat sudah mencapai 26 orang pemimpin.


Sumber: CNBC

Penulis blog