CATATAN POLITIK

'Terseoknya Ganjar dan Faktor Gempuran Istana di Kandang Sendiri'

DEMOCRAZY.ID
Februari 17, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Terseoknya Ganjar dan Faktor Gempuran Istana di Kandang Sendiri'
'Terseoknya Ganjar dan Faktor Gempuran Istana di Kandang Sendiri'


'Terseoknya Ganjar dan Faktor Gempuran Istana di Kandang Sendiri'


Pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD babak belur di Jawa Tengah yang dikenal menjadi basis suara PDI Perjuangan (PDI-P).


Berdasarkan rekapitulasi suara sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU), perolehan suara keduanya berada jauh di bawah pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.


Terseoknya Ganjar di wilayah yang dikenal sebagai "kandang banteng" itu disebut karena gempuran Istana yang berada di balik pasangan Prabowo-Gibran hingga faktor merosotnya elektoral mantan Gubernur Jawa Tengah ini.


Terseok


Merujuk rekapitulasi suara sementara Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU hingga Jumat (16/2/2024), pukul 18.00 WIB, pasangan Prabowo-Gibran masih mendominasi perolehan suara di Jawa Tengah.


Kandidat dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) ini memperoleh 6.802.404 suara atau 52,65 persen. Posisinya dibuntuti pasangan Ganjar-Mahfud yang mendapat 4.458.965 suara atau 34,52 persen.


Sedangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh 1.656.826 suara atau 12,83 persen. Adapun suara sementara ini berasal dari 88.244 dari 117.299 tempat pemungutan suara (TPS) di Jawa Tengah.


Jika merujuk perolehan suara kewilayahan, Ganjar-Mahfud bahkan terseok-seok di Solo yang selama ini menjadi lumbung suara PDI-P.


Di Solo dengan progres penghitungan mencapai 75,86 persen, Prabowo-Gibran mengumpulkan 131.450 suara, disusul Ganjar-Mahfud 89.111 suara. Sementara Anies-Muhaimin baru memperoleh 38.59 suara.


Walaupun begitu, Ganjar-Mahfud hingga kini masih mendominasi perolehan suara di dua wilayah basis suara PDI-P, yakni Wonogiri dan Boyolali.


Pada wilayah Wonogiri dengan progres penghitungan mencapai 69,05 persen, Ganjar-Mahfud meraup suara sementara sebanyak 120.465 suara. Kemudian Prabowo-Gibran 113.748 suara dan Anies-Muhaimin 41.024 suara.


Sedangkan di wilayah Boyolali dengan progres penghitungan mencapai 86,54 persen, Ganjar-Mahfud unggul tipis dengan Prabowo-Gibran.


Ganjar-Mahfud mengumpulkan suara sementara sebanyak 257.438 suara dan Prabowo-Gibran 212.616 suara. Pasangan Anies-Muhaimin baru mendapat 46.286 suara.


Efek gempuran Istana


Terseoknya pasangan Ganjar-Mahfud di "kandang banteng" disebut karena faktor gempuran Istana yang memberikan endorse kepada pasangan Prabowo-Gibran.


Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyebut gempuran Istana terlihat dari langkah Presiden Joko Widodo yang terjun langsung mengecek penyaluran bantuan sosial (bansos) di tengah masa kampanye.


Di samping faktor tersebut, menurunnya elektoral Ganjar juga menjadi penyebab lain.


"Secara institusional, Jawa Tengah kemarin digempur habis-habisan oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan Istana melalui beragam bansos," kata Agung kepada Kompas.com, Jumat.


"Sementara respons dari Koalisi Ganjar-Mahfud minimalis, karena hanya PDI-P yang maksimal bergerak dibanding PPP, Perindo, dan Hanura," sambung dia.


Meski demikian, anomali suara PDI-P di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 cenderung tetap solid, sementara suara Ganjar-Mahfud anjlok.


Hal ini pun memperkuat tesis bahwa magnet figure Ganjar relatif lemah bila dibandingkan dengan daya "Jokowi Effect".


Menurutnya, tesis tersebut mengafirmasi bahwa majunya Prabowo-Gibran turut membelah suara PDI-P di internal karena disokong oleh Jokowi.


"Di luar bahwa terjadi split ticket voting pemilih PDIP dari Ganjar - Mahfud ke Prabowo - Gibran karena mewakili narasi keberlanjutan yang selama ini telah lama melekat.


Keterlibatan penguasa


Politikus PDI-P Masinton Pasaribu menduga rendahnya suara Ganjar-Mahfud di sejumlah daerah yang dianggap lumbung suara PDI-P akibat adanya "tangan-tangan berkuasa" yang turut andil.


"Itu difokuskan di kantong -kantong suara Ganjar Mahfud. Kalau kita lihat trennya, kumpulan suara partai politik, itu mereka tidak terlalu memfokuskan untuk partai politik pengusung 02," kata Masinton, dikutip dari BBC News Indonesia.


Selain itu, ia mengatakan bahwa daerah-daerah seperti Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara masih ia anggap sebagai "kandang banteng". Sebab, elektabilitas PDI-P masih unggul di daerah-daerah itu.


"Melihat realita lapangan, masyarakat yang pro-PDI-P kemudian kompromikan. Permainan di lapangannya sudah begitu, terserah mereka pilihnya partai apa aja, yang penting 02 menang," kata Masinton.


Namun demikian, ia membantah adanya pengaruh Jokowi yang kuat dalam kemenangan Prabowo-Gibran. ***

Penulis blog