POLITIK

Kecurangan Pemilu 2024, Pelajaran Berharga Untuk Merevisi Kekuasaan Presiden Yang Setengah Dewa

DEMOCRAZY.ID
Februari 18, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Kecurangan Pemilu 2024, Pelajaran Berharga Untuk Merevisi Kekuasaan Presiden Yang Setengah Dewa

Kecurangan Pemilu 2024, Pelajaran Berharga Untuk Merevisi Kekuasaan Presiden Yang Setengah Dewa


DEMOCRAZY.ID - Budayawan dan kolumnis, Mohamad Sobary menyebut berbagai kecurangan Pemilu 2024 harus menjadi perhatian DPR agar merevisi kekuasaan presiden di konstitusi. Presiden yang selama ini dianggap setengah dewa harus dilakukan reposisi.


Hal itu dilakukan karena tanpa sadar konstitusi memberikan presiden Indonesia sebagai posisi kekuasaan yang hampir seperti setengah dewa. 


Presiden dapat mengarahkan undang-undang, mengubah undang-undang, dan memakai undang-undang untuk melegitimasi penyimpangan.


"Tanpa sadar, kita semua ramai-ramai memposisikan presiden itu demikian terhormat karena ada prasangka baik yang luar biasa pada seorang presiden terpilih. Sehingga konstitusi kita dibangun untuk menjadi presiden punya kekuasaan kayak setengah dewa," kata Sobary, dalam acara Political Update di Channel Mind TV Indonesia, yang dipantau pada Sabtu (17/2/2024).


Presiden dapat membuat undang-undang sendiri. Kalaupun proses undang-undang melalui DPR tidak lolos, presiden dapat membuat aturan melalui Perpu.


Konstitusi seperti itu memberikan ruang kekuasaan sangat luar biasa kepada presiden, dan pada akhirnya hanya bergantung pada karakter, niat baik, atau ketulusan seorang presiden dalam menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan negara, pribadi atau kelompok.


"Dengan konstitusi kayak gini, kalau kita punya presiden yang karakternya kacau, niat baiknya kacau, emosinya enggak stabil, maka saya tidak bisa membayangkan akan seperti apa masa depan bangsa ini karena banyak hal yang dia lakukan enggak akan tersentuh hukum karena konstitusi kita memberikan ruang kekuasaan yang sangat besar kepada presiden," ungkap Sobary.


Sobart menilai, kekacauan ini menjadi pelajaran mahal bagi Bangsa Indonesia, yang harus dikawal agar tidak akan terulang di masa depan. 


Dengan demikian, DPR yang dikawal rakyat, harus bisa mengubah konstitusi untuk membatasi kekuasaan presiden.


Sobary menegaskan, pengawalan rakyat sangat penting karena sesungguhnya rakyat lah yang berkuasa dan berdaulat di negeri ini. 


Seorang presiden masa pemerintahannya akan berakhir, namun rakyat tidak akan pernah berakhir.


"Kalau tidak, ini akan terulang terus, dan kita seolah digiring atau terpaksa toleran. Ini pelajaran mahal, jangan sampai kita semua menengok ke belakang dan merasa malu. Masalah ini tidak cukup dengan malu. Ini yang harus kita ingatkan dan tunjukkan kepada rakyat, bahwa yang berdaulat adalah rakyat, yang punya negeri ini kalian. Iya, rakyat tidak pernah berakhir, tapi pemimpin pasti berakhir," ujar Sobary.


Dia mengatakan, sejarah berbagai negara juga menjadi pelajaran bahwa pemimpin yang memilih berakhir dengan cara terhormat akan selalu dikenang dan mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa.


Sebaliknya, pemimpin yang memilih melanggengkan kekuasaan secara tidak terhormat bahkan otoriter akan berakhir sebagai orang yang tersepak-sepak, tertendang-tendang, kesandung sana sini, bahkan ada yang sampai mengungsi ke luar negeri dan meninggal tanpa menginjak tanah air.


"Barangkali presiden kita juga akan lari ke luar negeri, tapi mungkin itu sudah bagian dari perhitungan ya, sampai membuat banyak penyimpangan seperti ini, kita enggak tahu," tutur Sobary.


Sumber: Okezone

Penulis blog