DEMOCRAZY.ID - Isu suara yang naik turun dalam portal InfoPemilu dan sistem Sirekap KPU karena dimakan "Leak" kini tengah menyeruak di Bali.
Untuk diketahui "Leak" merupakan istilah dalam mitologi Bali untuk jelmaan manusia yang menguasai ilmu hitam.
Isu tersebut menguat setelah suara yang diperoleh calon anggota legislatif (caleg) maupun partai politik (parpol) tidak konsisten.
Isu makin menguat setelah sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Bali menggelar pemungutan suara ulang (PSU).
Di Provinsi Bali, ada lima TPS di dua kabupaten, yakni Buleleng dan Gianyar, yang menggelar PSU, Selasa (20/5).
Isu yang menggambarkan terjadinya kecurangan pada Pemilu 2024 itu pun langsung direspons Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali.
KPU Bali menepis tudingan melakukan kecurangan selama proses penghitungan suara Pemilu 2024.
Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan tegaskan tak ada suara hilang yang dimakan leak.
Awalnya Lidartawan mengungkapkan narasi-narasi suara hilang yang dibangun selama ini membuat masyarakat resah. Apalagi ditambah dengan tudingan kecurangan.
"Penting saya sampaikan karena isu-isu kecurangan dan narasi kecurangan yang dibangun dari pusat itu membuat masyarakat terusik juga," ungkap Lidartawan di kantor KPU Bali, Kamis (22/2/2024).
Menurutnya, dari pemantauannya di Buleleng, Tabanan hingga Bangli saat dari pemungutan suara hingga rekapitulasi suara, tidak ada kecurangan.
"Jadi, kalau teman-teman mau, saya punya seluruh video di semua kecamatan di Provinsi Bali yang menyatakan bahwa bukan kami. Tapi, saksi-saksi yang menyatakan bahwa di Bali tidak ada kecurangan," ujarnya.
Dia pun telah meminta PPK apabila ada keraguan dari masyarakat soal kecurangan agar dapat langsung membuka bukti-bukti di lapangan.
Sehingga, orang-orang yang meragukan dapat melihat secara langsung kondisi sebenarnya.
"Kalaupun ada kekeliruan di masing-masing dalam rangka penulisan angka itu sudah bisa dicek dan bisa dilihat. Bahkan, ada yang sama pun semua kalau masih ada yang meragukan kemarin di Seririt kami buka. Selesai dan itu benar apa yang kami kerjakan," ungkapnya.
Menurutnya, kalau pun ada kesalahan itu adalah hal yang wajar. Sebab, ribuan petugas bekerja hingga tengah malam.
"Tapi, bukan kecurangan. Salah dengan curang itu beda," tegasnya.
Dia menjelaskan, hingga kini tahapan rekapitulasi penghitungan suara masih berlangsung di tingkat kecamatan.
Lidartawan pun menargetkan, proses tersebut dapat selesai sebelum Hari Suci Galungan pada Rabu (28/2/2024).
Menurutnya, dalam proses tersebut masih ada potensi naik turunnya jumlah suara.Dia menegaskan tak ada suara yang 'dimakan leak'.
"Jadi, nggak ada isu dimakan leak, itu tidak ada. Semua itu riil di TPS segitu. Jadi, saya berharap teman-teman di Bali. Saya mohon dibantu karena narasi-narasi itu mengganggu masyarakat," ucapnya.
Terkait isu adanya kecurangan dan lainnya, Lidartawan pun mengaku akan mengusulkan kepada KPU Pusat agar di pemilu selanjutnya, KPPS dapat membuat rekaman gambar hingga suara. Ini agar dapat membuktikan apabila ada keraguan dan isu soal kecurangan.
"Ini semua PPK, saksi DPD, saksi presiden, saksi partai, semua bilang tidak ada satu pun kecurangan," klaimnya.
Dia kemudian mengingatkan, apabila masyarakat menemukan suatu pelanggaran dalam proses pemilu agar melaporkan ke Bawaslu.
"Jangankan baru di tingkat kecamatan, di tingkat provinsi pun kalau ada bukti (ada kecurangan) saya buka. Walaupun satu pasal pun tidak boleh membuka," katanya.
Sumber: Detik