DEMOCRAZY.ID - Sekjen Hanura Benny Rhamdani mengatakan TPN Ganjar-Mahfud akan menunjukkan banyak bukti kecurangan pilpres 2024 saat gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK). Bukti itu disebut akan jadi ledakan kejutan.
"Kepala daerah mendapatkan ancaman dan itu semua akan menjadi fakta-fakta di persidangan melalui MK. Jadi ini bukan kejutan, ini akan menjadi ledakan dalam persidangan MK," kata Benny di Kantor TPN, Jakarta Pusat, Senin (19/2).
Kepala BP2MI ini mengeklaim, gugatan tersebut akan menjadi bukti kejahatan demokrasi yang melibatkan penguasa dan terstruktur. Benny menegaskan hal itu akan jadi kejutan terbesar.
"Bagaimana sebuah kejahatan demokrasi benar-benar bisa dibuktikan," ujar Ketum Barikade 98, kelompok relawan yang dulunya mendukung Jokowi ini.
"Iya, yang pasti yang ini saya sampaikan ini bukan kejutan ini ledakan ya itu membuktikan kejahatan terhadap demokrasi itu benar-benar terjadi dan dilakukan yang melibatkan kekuasaan," lanjut Benny.
Lebih lanjut, Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud itu mencontohkan kemenangan paslon 03 di WNI luar negeri. Dia mengatakan hal itu tidak diantisipasi kubu 02 Prabowo-Gibran.
"Kalau di luar negeri sudah dipastikan sejak awal bahkan ya Ganjar-Mahfud menang yang ini tidak bisa diantisipasi oleh 02," katanya.
"Sehingga mereka salah satunya dengan skenario Prabowo style cepat-cepat melakukan deklarasi kemenangan," tutup Benny.
Benny lalu mencontohkan Prabowo yang sujud syukur pada Pemilu 2014 dan 2019 saat penghitungan suara masih berjalan.
Hanura: Masyarakat Jangan Mau Ditipu Prabowo Style, Klaim Kemenangan Pilpres
Sekjen Partai Hanura, Benny Rhamdani, meminta masyarakat tidak mudah ditipu capres Prabowo Subianto yang seringkali mengeklaim kemenangan meski rekapitulasi perhitungan suara masih berlangsung.
Dia menyebut Prabowo sudah mengeklaim kemenangan sejak Pilpres 2014, 2019,dan kini 2024.
"Nah, perlawanan ini masih kita lakukan masyarakat jangan mau ditipu oleh Prabowo style — menyebutnya Prabowo style," kata Benny di Kantor TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Senin (19/2).
"(Pilpres) 2014 ya, hasil pilpres, Prabowo deklarasi kemudian sujud syukur menyatakan dirinya pemenang, faktanya kalah. (Pilpres) 2019 Prabowo deklarasi sujud syukur, faktanya kalah dan 2024 Prabowo melakukan hal yang sama," tambah dia.
Dia pun menyoroti deklarasi kemenangan Prabowo-Gibran di Istora Senayan di hari yang sama dengan pencoblosan Rabu (14/2) lalu.
Benny mengatakan persiapan itu begitu matang seolah sudah yakin akan menang.
"Deklarasi yang itu persiapannya jauh sebelum pencoblosan menyiapkan tempat Istora itu butuh 1 bulan loh jadi bagaimana mungkin dia sudah mengetahui kemenangan padahal pencoblosan baru dilakukan tanggal 14 Februari," kata Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).
Karena itu, menurut Benny, deklarasi kemenangan Prabowo sudah sengaja didesain.
"Jadi ini by design, ini Prabowo style, jadi masyarakat jangan mau ditipu dikibuli oleh Prabowo style yang mendeklarasikan kemenangan padahal quick count bukan bagian dari tahapan untuk mengumumkan perolehan sebagaimana di atur oleh UU oleh PKPU," ujar relawan Jokowi pada pemilu sebelumnya ini.
Sumber: Kumparan