'Gocekan Pilpres Satu Putaran Prabowo-Gibran'
Sore itu, 14 Februari 2024, suasana rumah relawan Ganjar Pranowo di Menteng, Jakarta Pusat, tak seperti biasanya. Para relawan terlihat lesu. Tatapan mereka nanar saat melihat layar hasil hitung cepat (quick count) di sebuah aula.
Berkali-kali para relawan saling bersahutan, bertanya-tanya apakah benar suara Ganjar Pranowo-Mahfud MD di bawah 20%.
“Suara kita kecil sekali, gimana nih?” tanya seorang relawan.
“Lemas, lemas,” timpal relawan lain.
Mereka seakan tak percaya Pilpres 2024 kemungkinan besar hanya berjalan satu putaran. Terlebih, di sudut aula, terdapat tumpukan kalender Ganjar-Mahfud yang siap dibagikan untuk menyambut putaran kedua.
Situasi itu tak jauh beda dengan di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, yang menjadi tempat pemantauan quick count bagi relawan IT Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Mulanya, pagi hingga siang hari, para relawan optimistis perolehan suara AMIN mampu mengimbangi Prabowo-Gibran atau minimal lolos ke putaran kedua.
Namun menjelang sore, suasana terasa berbeda. Seorang relawan bercerita, secara psikologis mereka sempat down melihat hasil hitung cepat dengan jarak yang cukup jauh dari paslon 02.
Dua anggota Dewan Pakar Timnas AMIN yang hadir di lokasi, Bambang Widjojanto dan Refly Harun, langsung menggelar diskusi dengan tim. Salah satu yang dibahas adalah langkah-langkah yang akan diambil Timnas AMIN.
Sementara di posko Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN Fanta) Prabowo-Gibran, situasi berbanding terbalik. Di posko yang hanya berjarak 200 meter dari kantor DPP PDIP itu, para relawan 02 larut dalam sukacita. Komandan TKN Fanta, Arief Rosyid, beberapa kali merangkul anggota-anggotanya.
“Ini bukan hanya kemenangan Pak Prabowo dan Mas Gibran. Ini kemenangan anak muda Indonesia,” kata Arief.
Hasil quick count (QC) sejumlah lembaga survei memang menempatkan paslon 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, unggul jauh dari paslon AMIN dan Ganjar-Mahfud. Hasil QC Indikator menunjukkan, Prabowo-Gibran mendapat 58,08%, AMIN 25,34%, dan Ganjar-Mahfud 16,68%.
Sementara QC CSIS-Cyrus memotret suara Prabowo-Gibran 58,25%, AMIN 24,91%, dan Ganjar-Mahfud 16,84%. QC Kedai Kopi menampilkan suara Prabowo-Gibran 59,33%, AMIN 24,74%, dan Ganjar-Mahfud 15,93%. Adapun di QC Populi Center, Prabowo-Gibran unggul 59,20%, AMIN 25,16%, dan Ganjar-Mahfud 15,64%.
Berkaca dari hasil QC berbagai lembaga itu, Prabowo-Gibran hampir pasti menang satu putaran, sebab suara paslon 02 sudah lebih dari 50% dan menang di lebih dari setengah provinsi di Indonesia sesuai Pasal 416 ayat (1) UU Pemilu. Padahal, sebelumnya pada pertengahan Januari, elektabilitas paslon 02 sempat stagnan di angka 45%.
Arief menyatakan, tim 02 sendiri tidak menyangka suara Prabowo-Gibran bisa sampai 58–59%. Sebelumnya, mereka yakin menang di angka 54%. Keyakinan itu pula yang membuat mereka memesan Istora Senayan sebagai tempat pidato kemenangan Prabowo-Gibran hanya dua hari sebelum pencoblosan pemilu.
Menurut Arief, kunci kemenangan 02 adalah suara pemilih muda (di bawah 40 tahun) pada Pilpres 2024 yang mencapai 53% atau sekitar 107 juta jiwa. Dari jumlah itu, 70% di antaranya menurut Arief memilih Prabowo-Gibran.
Strategi meraih suara pemilih muda dilakukan dengan dua cara: kampanye door to door dan serangan udara. Cara pertama dilakukan dengan mengefektifkan organ sayap partai dan relawan muda yang jumlahnya mencapai 80.
“Kami dekati langsung ke pusat tongkrongan, kos-kosan, kampus, dan sekolah mereka. Karena anak muda ini sumber infonya bukan lagi orang tua, tapi perkawanan, teman nongkrong, dan media sosial,” ujar Arief pada kumparan, Kamis (15/2).
Sementara serangan udara dilakukan dengan menggencarkan promosi tagline gemoy di media sosial. Strategi kedua tersebut, kata Arief, bisa mencapai hampir 15 miliar eksposure.
Berkat Silent Majority?
Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Barat Prabowo-Gibran, Ridwan Kamil, memandang kemenangan satu putaran paslon 02 berkat pergerakan suara silent majority.
Menurut Emil, sapaan Ridwan Kamil, karakter kelompok silent majority adalah mereka yang hanya menyimak hiruk pikuk perdebatan Pilpres di media sosial namun jarang komentar.
"Ejekan di medsos tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan," ucap eks Gubernur Jabar itu.
Manajer Riset Populi Center, Dimas Ramadhan, tak sependapat dengan anggapan tersebut. Menurutnya, tren pemilih yang telah menentukan pilihan sudah lebih dari 90%. Dari survei terakhir Populi pada 27 Januari-3 Februari, jumlah pemilih yang belum menentukan dan merahasiakan pilihannya hanya 8,5%.
“Agak berbeda kondisinya kalau dibandingkan dengan Pilkada DKI Jakarta 2017. Ada kondisi yang membuat orang enggan bersuara. Nanti kalau pilih Anies dibilang intoleran, kalau pilih Ahok dibilang buat apa pilih pemimpin kasar. Orang kemudian cenderung silent,” kata Dimas pada kumparan di kantornya di kawasan Mampang Prapatan, Jaksel, Jumat (16/2).
Senada, peneliti Indikator Bawono Kumoro menilai suara paslon 02 sudah terekam tinggi dalam survei-survei sebelumnya. Dalam survei terakhir Indikator pada 28 Januari-4 Februari, elektabilitas Prabowo-Gibran sudah di angka 51,2%.
“Walau memang ada pemilih sebelum hari H punya kecenderungan ke Prabowo tapi tidak mau mengungkapkan,” ujar Bawono pada kumparan, Jumat (16/2).
Ulang Capaian SBY-Boediono
Potensi kemenangan satu putaran Prabowo-Gibran mengulang capaian SBY-Boediono di Pilpres 2009 yang juga diikuti 3 paslon.
Ketika itu suara SBY-Boediono mencapai 60,80%, jauh di atas Megawati-Prabowo 26,79% dan Jusuf Kalla-Wiranto 12,41%.
Raihan Prabowo-Gibran menggocek prediksi sejumlah pihak yang menilai masih ada kemungkinan dua putaran. Sebab tren elektabilitas paslon 02 mayoritas masih di kisaran 50%, berbeda dengan SBY-Boediono yang jauh hari sudah di atas 60%.
Dimas menganalisis, elektabilitas Prabowo-Gibran yang tak sedominan SBY-Boediono lantaran publik masih menimbang alternatif-alternatif gagasan yang diberikan para paslon. Mereka juga masih memperhitungkan proses pencalonan Gibran sebagai cawapres yang kontroversial.
Namun pada akhirnya jelang pencoblosan, mayoritas undecided voters menjatuhkan pilihan pada paslon 02. Hanya sebagian kecil yang memilih Anies atau Ganjar. Ditambah, bagaimanapun Prabowo sudah menjadi kontestan Pilpres sejak 2009 dan wajahnya telah dikenal hingga pelosok. Berbeda dengan kedua lawannya yang merupakan kontestan baru.
“Kelompok pemilih yang sedikit ini (undecided) tidak teryakinkan dengan alternatif-alternatif yang ada. Di saat yang berlainan positioning politiknya Ganjar abu-abu. Pemilih Indonesia paling gak suka berspekulasi, maunya yang jelas -jelas saja,” ujar Dimas.
Di samping itu, dalam tiap survei, Populi merekam suara pemilih yang ingin satu putaran terus meninggi. Dari 64,9% pada November 2023 sampai 79,9% pada Februari 2024. Mereka yang ingin Pilpres satu putaran bukan hanya pemilih Prabowo, tapi juga Anies dan Ganjar dengan proporsi masing-masing lebih dari 60%.
Alasan utamanya karena ingin dapat kepastian siapa presiden berikutnya, menghemat biaya, ingin pemerintahan kembali normal, dan mengurangi tensi di masyarakat.
Faktor Besar Jokowi
Mau tidak mau, diakui atau tidak, faktor terbesar kemenangan Prabowo-Gibran adalah Jokowi. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi yang mencapai 80% begitu jelas terlihat.
“Ada hubungan dengan tingkat kepuasan kepada pemerintahan Jokowi sampai 80%. Mayoritas ingin supaya ini berlanjut, bagaimanapun yang paling diasosiasikan sebagai penerus Jokowi adalah Prabowo-Gibran,” kata Dimas.
Sebelum Gibran sebagai cawapres Prabowo, publik masih berpikir penerus Jokowi adalah Ganjar. Sebab keduanya dari satu partai, sama-sama dari Jawa Tengah, dan punya gaya komunikasi yang mirip-mirip.
“Kemudian saat Gibran jadi cawapres, tanpa perlu Jokowi bilang mendukung, orang sudah tahu siapa yang didukung Jokowi,” ucapnya.
Jokowi pun sudah mengucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran saat bertemu langsung pada Rabu (14/2) malam.
Bawono Kumoro, peneliti Indikator, menilai Jokowi effect menjadi tulang punggung utama kemenangan Prabowo-Gibran. Dari hasil QC, Bawono menyebut pemilih Jokowi non PDIP di Pilpres 2014 dan 2019 hampir seluruhnya beralih ke Prabowo-Gibran.
“Jokowi effect menjadi tulang punggung utama bagi elektabilitas pasangan 02 hingga hari pencoblosan. Jokowi effect pula yang meruntuhkan elektabilitas paslon 03,” kata Bawono.
Menurut Bawono, dominannya efek Jokowi dibandingkan kerja mesin partai pendukung di koalisi Prabowo-Gibran nampak dari perolehan suara Pileg. Suara Gerindra sebagai partai pengusung utama hanya naik sedikit dibanding Pileg 2019.
Dari hasil QC Indikator, suara Gerindra menempati posisi ketiga dengan 13,44%, berbeda tipis dengan hasil Pileg 2019 sebesar 12,57%. Ini kontras dengan kondisi Demokrat di Pileg 2009 yang melompat drastis seiring kemenangan SBY.
“Suara dari pendukung Pak Jokowi masuk melalui Mas Gibran dan ini sangat memberi kontribusi sangat besar untuk kemenangan kita," kata Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, di program Info AI kumparan.
Bansos dan Pengondisian Aparat
Efek besar Jokowi bukan semata karena citranya. Bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) yang gencar diberikan dua bulan terakhir sangat berpengaruh bagi pemilih.
Catatan kumparan, dari medio Desember 2023 sampai awal Februari 2024, sudah 17 kali Jokowi bagi-bagi bansos di daerah. Pemberian bansos sangat berpengaruh pada pilihan publik yang mayoritas dilatarbelakangi sisi emosional, bukan rasional.
“Lapisan masyarakat paling bawah secara ekonomi adalah basis utama pemilih Jokowi. Jadi Jokowi ingin merangkul lagi, mengambil hati basis konstituennya yang paling bawah,” kata Dimas.
Bawono berpendapat Prabowo-Gibran sebagai pasangan yang ‘setengah’ petahana tentu diuntungkan dengan program bansos tersebut. Pola ini jamak digunakan petahana ketika menuju Pilpres.
“Bansos dll, itu hanya puncak dari gunung es, refleksi dari kekuasaan sekarang yang semi demokrasi. Kondisi demokrasi sekarang adalah prototipe Orde Baru. Dengan kemenangan Prabowo-Gibran bisa jadi akan menjadi Orde Baru,” kata peneliti politik BRIN, Firman Noor, pada kumparan, Sabtu (17/2).
Rosan tak membenarkan atau membantah keuntungan bansos bagi Prabowo-Gibran. “Sebagai Ketua TKN, tugas saya menjalankan kampanye, di luar itu bukan domain saya,” ucap Rosan.
Selain itu, pengkondisian aparat untuk pemenangan paslon 02 juga ditengarai menjadi faktor penentu lainnya. Liputan khusus kumparan di edisi-edisi sebelumnya menemukan adanya pengkondisian kepala desa hingga pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) untuk mempengaruhi pemilih agar mendukung paslon 02.
Dimas menyebut pengkondisian aparat negara agar memilih paslon 02 sulit ditampik. Meski demikian, celah penggunaan instrumen negara tak cuma bisa dimanfaatkan oleh presiden, melainkan juga menteri-menterinya yang kini terbagi jadi 3 kubu. Walaupun perlu dicatat, tingkat penggunaan instrumen negara paling tinggi di tangan presiden.
“Instrumen negara bisa dipakai sama siapa saja. Walaupun sebelumnya ramai isu [menteri] mundur, saya menduga menteri-menteri PDIP pun butuh resource untuk bisa jalan pemilihan. Kalau pun tidak memenangi Pilpres, masih ada Pileg,” kata Dimas.
“Ada daerah tertentu yang PDIP sangat berkuasa sekali. Ada daerah lain yang PKB sangat berkuasa sekali. Kalau yang dimaksudkan menggerakan aparat -aparat birokrasi, semua kepala daerah kan warna politiknya beda-beda,” timpal Bawono.
Suara Ganjar Ambyar
Bergerak dari kediaman Megawati Soekarnoputri di Jl Teuku Umar Jakpus, Ganjar dan Mahfud menuju ke Posko Pemenangan yang berjarak 350 meter. Tiba sekitar pukul 15.00 WIB, Ganjar dan Mahfud menyalami sejumlah pendukung dan kemudian masuk ke sebuah ruangan, diikuti para petinggi TPN.
Mereka pun membahas hasil quick count yang menunjukkan suara paslon 03 di kisaran 16%-17%. Ganjar kemudian bertanya kepada TPN bagaimana sikap mereka.
"Ini tonenya menjadi apa?" kata Ganjar seperti ditirukan Andi Widjajanto. Andi ialah Deputi Politik 5.0 TPN yang ikut rapat di ruangan tersebut.
Para petinggi TPN menjawab bahwa tone yang harus disampaikan bahwa proses penghitungan resmi KPU belum tuntas.
“Lalu Mas Ganjar [mengatakan] 'Iyalah, gak mungkin suara saya sekecil itu, coba dilihat kenapa terjadi hasil seperti itu’,” kata Andi pada kumparan di Menteng, Jakpus, Jumat (16/2).
Usai rapat sekitar 1,5 jam, Ganjar menuju ke kediamannya di kawasan Kuningan, Jaksel. Ia kembali menegaskan kepada wartawan “Kamu percaya enggak suara saya segitu? Percaya enggak?" kata Ganjar sembari tersenyum.
Andi menjelaskan, TPN telah membentuk tim khusus menyikapi hasil Pilpres 2024. Leader masing-masing tim berbeda tergantung kebutuhan. Mengenai data, Andi secara khusus yang memimpin. Adapun Prof Todung Mulya Lubis memimpin jika butuh pertimbangan hukum dan Ketua TPN Arsjad Rasjid berkoordinasi dengan Timnas AMIN.
“Kalau nanti pembicaraannya sudah terkait politik di parlemen, maka sekjen-sekjen partai, terutama Mas Hasto (Sekjen PDIP) yang lead,” kata Andi.
Andi menyebut sedianya TPN menargetkan suara Ganjar-Mahfud di kisaran 35%-38% dan paslon 02 sekitar 44%-46%. Jika hasil itu sesuai, maka akan ada putaran kedua. Namun dengan hasil QC yang menunjukkan hanya ada satu putaran, Andi bersama tim tengah mencari apakah ada anomali atau kejanggalan yang membuat suara Ganjar anjlok.
“Kami sedang menelaah apakah terjadi penggelembungan suara untuk 02 atau pengempesan suara yang signifikan untuk 03,” ucapnya.
Sejauh ini, Andi tengah memperhatikan data di 11 provinsi yang sebelumnya diyakini mampu dimenangkan Ganjar-Mahfud. Selain Jawa Tengah dan Bali yang merupakan basis PDIP, sebelas provinsi lain di antaranya adalah Yogyakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Bangka Belitung. Proses mencari anomali hingga tingkat TPS tersebut ditargetkan selesai awal Maret.
“Sekarang kami bergerak ke potret mikro secara berjenjang dari provinsi anomali langsung kami turunkan potret mikronya sampai ke level TPS,” kata Andi.
Andi menyatakan, salah satu anomali yang ditelusuri adalah keanehan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU. Sebab terdapat beberapa temuan yang banyak menguntungkan suara paslon 02. TPN Ganjar-Mahfud tengah menelusuri mengenai sertifikasi IT KPU, end to end encryption, server, hingga cloud-nya.
Selain itu, juga termasuk dugaan kecurangan dari hulu atau sebelum pencoblosan seperti putusan MK yang cacat etik, penggunaan perangkat pemerintah dan anggaran negara untuk paslon tertentu, hingga netralitas pejabat.
Anggota Dewan Pakar TPN, Muhammad Romahurmuziy, menyebut terdapat 7 pilar pemenangan paslon 02. Pertama adalah kebijakan yang berpihak seperti kenaikan gaji ASN yang biasanya pada April, namun kini awal tahun. Kedua adalah bansos seperti bansos pangan untuk 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM). “
Ini setara 54 juta suara atau 1/4 DPT. Masyarakat di bawah 49% itu pendidikannya SD dan tidak lulus SD. Mereka tidak tahu visi misi, pelanggaran etika, yang tahu siapa kasih uang,” kata Romahurmuziy di kantor kumparan, Rabu (14/2).
Ketiga adalah keberadaan 271 penjabat kepala daerah. Keempat ialah penggunaan instrumen babinsa dan bhabinkamtibmas. Kelima yakni penggunaan influencer-influencer dengan jutaaan pengikut. Lalu pernyataan Jokowi soal presiden boleh berpihak dan berkampanye. Terakhir adalah intimidasi terhadap kepala desa dengan ancaman pertanggungjawaban dana desa.
Dimas dan Bawono menyatakan suara Ganjar ambyar lantaran tak ada lagi endorse dari Jokowi. Ketika masih dianggap sebagai penerus Jokowi, suara Ganjar ada di kisaran 35%-37%. Dengan raihan saat ini, suara Ganjar anjlok hingga 20%.
Keduanya menyebut raihan Ganjar mayoritas berasal dari pemilih PDIP. Hasil QC Indikator menunjukkan suara PDIP 16,68%, tak jauh beda dengan Ganjar-Mahfud.
Pemilih Jokowi non parpol di Pilpres 2014 dan 2019 pun seakan ingin ‘menghukum’ PDIP pada kontestasi kali ini. Video mengenai pidato Megawati di HUT ke-50 PDIP pada Januari 2023 kembali ramai di media sosial. Saat itu Megawati menyatakan “Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, duh kasihan dah,"
“Penghukuman itu enggak akan datang kalau Pak Jokowi tidak bersikap. Mendorong anaknya [Gibran] jadi cawapres di luar PDIP itu bentuk perlawanan Pak Jokowi,” ujar Bawono.
Apalagi dalam beberapa kesempatan, ketika Ganjar ingin menjaga pemilihnya di beberapa daerah, khususnya Jateng, kampanyenya seakan ‘dibuntuti’ Jokowi.
“Kunjungan Jokowi ke tempat-tempat yang didatangi Ganjar, terutama di Jawa Tengah, memberikan efek. Orang jadi ingat 'Oh iya, presidenku kan Jokowi',” ucap Dimas.
Andi berpendapat, jika hasil raihan suara Ganjar semata karena tak mendapat endorse Jokowi, TPN sama sekali tak masalah. Namun “yang sedang kami teliti apakah pergeseran suara itu bukan semata tentang itu (magnet Jokowi), tapi karena misalnya ada intimidasi, politik sembako, yang membuat pergeseran suara semakin signifikan,” jelas Andi.
Sebab bagi TPN, jika Pilpres benar-benar tidak ada faktor bansos dan intimidasi, Ganjar-Mahfud bisa unggul layaknya suara pemilih dari luar negeri.
“Terjadi suatu perbedaan yang sangat tajam antara apa yang terjadi dalam WN di luar negeri yang bebas dari bansos, bebas dari intimidasi, bebas dari aparat, dengan apa yang terjadi di dalam negeri," kata Hasto.
Suara Oposisi di Anies
Kurang dari 2 jam berada di posko pemenangan Jl Diponegoro, Jakpus, Anies dan Muhaimin beranjak meninggalkan posko sekitar pukul 16.40 WIB. Ketika itu, hasil quick count sudah menunjukkan keunggulan jauh Prabowo-Gibran.
Anies pun nampak terburu-buru dan hanya memberikan pernyataan singkat. Berbeda ketika ia baru saja mencoblos dengan melempar banyak senyum dan saling bertegur sapa. “Lihat dulu sampai selesai semuanya. Kita tunggu, jangan buru-buru menyimpulkan,” ujar Anies.
Setelah meninggalkan posko pemenangan, Anies dan Muhaimin rupanya menuju kediaman Jusuf Kalla di Kebayoran, Jaksel. Keduanya baru kembali ke posko pada malam harinya. Anies menegaskan akan tetap pada gerakan perubahan.
“Mari kita terus berjuang bersama. Jangan khawatir saya tidak akan bergeser kanan-kiri, kita terus dalam gerakan perubahan ini," tegasnya.
Dimas dan Bawono berpandangan, suara 25% merupakan cermin suara oposisi yang sudah maksimal diraih AMIN. Suara tersebut berasal dari kelompok yang tidak puas dengan pemerintahan Jokowi. Merujuk survei terbaru Indikator dan Populi, tingkat kepuasan terhadap Jokowi berada di angka 25%.
“Suara yang diraih AMIN sudah maksimal 25%. Karena ini sebagai konsekuensi menjual narasi perubahan di tengah tingginya kepuasan terhadap Jokowi,” kata Bawono.
Sebelumnya, Kapten Timnas AMIN, Muhammad Syaugi, menargetkan suara mereka berada di kisaran 35%. Ia mematok angka tersebut berdasarkan antusiasme masyarakat dalam setiap kampanye AMIN. Namun bagi Bawono, target tersebut terlalu tinggi.
“Kalau merasa redah, mungkin ekspektasinya yang berlebihan. Dengan mengusung narasi perubahan. Masa berharap orang yang puas dengan Jokowi mendukung mereka, kan gak mungkin,” ucapnya.
Dari hasil QC, paslon AMIN nampak unggul di 3 provinsi yakni Aceh, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta. Aceh dan Sumbar merupakan basis Prabowo di dua Pilpres sebelumnya yang berhasil direbut AMIN. Sedangkan DKI Jakarta merupakan daerah yang pernah dipimpin Anies.
“Kedua daerah itu dari dulu bukan basis Jokowi. Bahwa kemudian daerah itu dimenangi Prabowo waktu 2014 dan 2019, ya memang karena calon selain Jokowi cuma Prabowo,” ucap Dimas.
Sekalipun hasil hitung cepat sudah nampak, Timnas AMIN masih menunggu penghitungan resmi oleh KPU. Mereka menilai hasil yang didapat paslon 02 diwarnai kecurangan. Mulai dari dugaan penggelembungan suara melalui sistem IT KPU, banyaknya surat suara yang sudah tercoblos paslon 02, sampai intimidasi kepala desa.
"Kami hampir sampai pada kesimpulan bahwa [kecurangan] masif, sistematik dan terstruktur benar-benar terjadi dengan kualitas kadar pelanggarannya yang jauh lebih dahsyat ketimbang [Pilpres] tahun-tahun sebelumnya," tutup anggota Dewan Pakar Timnas AMIN, Bambang Widjojanto.
Sumber: Kumparan