DEMOCRAZY.ID - Puluhan warga Jogja menggelar aksi damai di kantor Bawaslu DIY, Kamis (22/02/2024).
Aksi ini dilakukan sebagai protes atas kinerja Bawaslu yang dianggap tidak serius mengawasi dan mencegah kecurangan pada proses Pemilu 2024.
Pantauan di lokasi, puluhan massa berjalan dari arah lapangan Minggiran, Mantrijeron, Kota Yogyakarta memakai kostum baju adat Jawa dengan riasan badut.
Tampak beberapa orang membawa spanduk-spanduk dengan tulisan kritik terhadap protes kecurangan pemilu.
Ditengah-tengah massa ada beberapa orang yang menggotong replika wadah kerupuk berukuran besar dengan tulisan 'kerupuk melempem award'.
Massa kemudian masuk dan berkumpul di halaman depan kantor Bawaslu DIY melakukan orasi.
Sebelum itu, perwakilan massa aksi terlihat membakar dupa dan menabur bunga sambil membacakan doa-doa.
Koordinator aksi Arya Yudha mengatakan bahwa aksi ini dilakukan untuk menuntut agar Bawaslu bekerja sebagaimana yang telah ditugaskan oleh undang-undang dengan menindak tegas segala kecurangan pemilu.
"Kami menilai bahwa Bawaslu tidak ada kinerja, hanya formalitas saja digaji oleh negara lalu dinaikkan tunjangannya. Lalu, oleh karena itu sudah seyogyanya kita mendatangi Bawaslu, mengingatkan kepada Bawaslu, ayo dong. Seperti yang sudah kita tahu tadi, cegah, awasi tindak, tapi sejauh ini mana ada kerja pencegahannya. Money politik masih terjadi di mana-mana," kata dia, Kamis (22/02/2024).
Menurutnya banyak sekali kecurangan-kecurangan yang terlihat pada Pemilu 2024 ini, seperti misalnya penggelembungan suara.
Namun begitu, Arya justru tidak melihat adanya pencegahan atau tindakan tegas yang dilakukan oleh Bawaslu.
"Mana pencegahannya, mana pengawasannya, mana penindakannya? Kalaupun tugas Bawaslu hanya memberikan rekomendasi, apa rekomendasi yang diberikan kepada KPU DIY? Tidak ada. Oleh karena itu, kami warga Jogja hanya menginginkan damai, sejahtera," ucapnya.
Atas kinerja Bawaslu itu, Arya mengatakan bahwa warga Jogja melakukan aksi simbolis menyerahkan kerupuk melempem award kepada Bawaslu DIY.
Analoginya, beber Arya, Bawaslu dianggap sebagai makanan yang tidak enak dimakan seperti halnya kerupuk yang sudah melempem karena tidak melakukan tindakan-tindakan atas kecurangan yang terjadi pada pemilu kali ini.
"Analoginya adalah, kalau pemilu itu adalah hidangan enak yang dimakan setiap lima tahun sekali, maka bagi sebagian orang tanpa kerupuk itu tidak enak. Nah karena pemilu ini dan KPU adalah instrumen demokrasi dan Bawaslu adalah bagian dari instrumen itu seperti kerupuk halnya, menambah kenikmatan pada pemilu agar lebih baik. Nah, Bawaslu ini melempem, oleh karena itu kita analogikan sebagai kerupuk melempem," ucapnya.
Oleh karena itu, Arya menekankan jika Bawaslu tidak bisa bekerja secara profesional dengan menindak tegas kecurangan pemilu, maka pihaknya meminta untuk dilakukannya Pemilu 2024 ulang di seluruh Indonesia.
Sumber: Okezone