EKBIS

Utang Kereta Cepat Whoosh, KAI Teken Pinjaman dari China

DEMOCRAZY.ID
Januari 09, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Utang Kereta Cepat Whoosh, KAI Teken Pinjaman dari China

Utang Kereta Cepat Whoosh, KAI Teken Pinjaman dari China


DEMOCRAZY.ID - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan kelanjutan pinjaman dari Cina untuk proyek Kereta Cepat Whoosh. Dia berujar Kereta Api Indonesia (KAI) sudah menekan utang tersebut. 


"Sudah tanda tangan, tapi saya angkanya lupa berapa," kata Tiko, sapaannya, saat ditemui di Waskita Rajawali Tower, Jakarta Timur pada Senin, 8 Januari 2024. 


Menurutnya, pinjaman tersebut sudah akan cair. Adapun biaya proyek Whoosh ini membengkak hingga anggaran US$ 7,2 miliar atau Rp 108 triliun. 


Padahal sebelumnya, biaya yang dibutuhkan adalah sekitar US$ 5,13 miliar atau Rp 76 triliun.


Dalam utang untuk menutupi pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini, Cina memberi bunga pinjaman sebesar 3,7-3,8 persen. 


"Itu kan nanti loan-nya di KAI. Itu kan sebenarnya injeksi modal KAI," ucapnya. 


Membengkaknya biaya proyek Whoosh menjadi sorotan. Ekonom senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri menilai modal proyek Kereta Cepat Woosh baru bisa balik modal sampai 139 tahun. 


Untuk menghitungnya, dia menyebutkan beberapa komponen dimasukkan, mulai dari asumsi penumpang terisi 100 persen, jumlah perjalanan sehari, hingga tarif.


Menurut dia, jika kereta tersebut terisi 100 persen, dalam satu rangkaian ada 601 orang penumpang yang naik pada waktu operasi dari pukul 05.00-22.00 WIB. Artinya ada 36 kali perjalanan.


Kemudian komponen lainnya, tarif sekali jalan Rp 300 ribu dan kereta beroperasi setiap hari sepanjang tahun yakni 365 hari. 


Lalu ada komponen nilai investasi setelah pembengkakan biaya menjadi US$ 8 miliar atau sekitar Rp 114,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per dolar AS.


Dalam perhitungan tersebut, Faisal Basri belum memasukkan komponen time value of money, ongkos operasional, bunga pinjaman, dan pendapatan non operasional seperti kios-kios. 


“Pendapatan dari penumpang setiap tahunnya Rp 2,369 triliun,” ucap Faisal Basri.


Angka tersebut berasal dari 601 orang dikali dengan jumlah perjalanan 36 dikali 365 hari dan dikali dengan tarif Rp 300 ribu. 


Dengan demikian, ia berujar butuh waktu 48,3 tahun untuk mengembalikan nilai investasinya, tanpa ongkos operasi, tanpa macam-macam, lah.


Sumber: Tempo

Penulis blog