DEMOCRAZY.ID - Belum lama ini, beredar rumor bahwa Presiden Jokowi meminta untuk bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Rumor ini menarik perhatian banyak pihak. Pasalnya, hubungan Jokowi dan Megawati disebut-sebut merenggang karena Pilpres 2024.
Ada asumsi yang muncul bahwa Presiden Jokowi ingin kembali mendekati Megawati karena tak yakin Prabowo-Gibran akan menang satu putaran.
Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla pun turut berkomentar ketika ditanya soal rumor ini.
Jusuf Kalla mengaku tidak tahu soal kebenaran rumor tersebut. Ia juga hanya mengatahui dari berita-berita yang beredar.
“Saya tidak tahu. Cuma sama-sama kita baca. Mungkin saja,” kata Jusuf Kalla, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP pada Sabtu, 27 Januari 2024.
Akan tetapi, Jusuf Kalla menekankan bahwa Megawati bukanlah sosok yang mudah lupa akan pengkhianatan seseorang.
Ia mencontohkan hubungan antara Megawati dan Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY yang merenggang.
Menurut Jusuf Kalla, Megawati masih tidak mau berbicara dengan hingga saat ini. Artinya, dua mantan presiden ini sudah tak saling bicara selama 20 tahun.
“Tapi saya tahu betul Ibu Mega. Ibu Mega itu lurus dan dia itu sangat demokratis. Tapi apabila ada orang yang berbuat, mengkhianati dia, itu akan lama dia ingat, lama dia ingat,” kata Jusuf Kalla.
“Dan konsisten itu. Sudah berapa puluh tahun Pak SBY dia tidak mau bicara? Sudah 20 tahun, sampai sekarang,” sambungnya.
Untuk diketahui, SBY dulunya menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan di masa Megawati menjadi presiden.
Menjelang Pilpres 2004, hubungan keduanya merenggang karena ada rumor bahwa SBY akan maju sebagai capres.
Pada akhirnya, SBY benar maju sebagai capres melawan Megawati dan memenangkan Pilpres 2004. Hingga kini, Megawati disebut-sebut masih marah kepada SBY.
Menurut Jusuf Kalla sendiri, kesalahan SBY kepada Megawati sebenarnya kecil. Pasalnya, SBY tidaklah mengkhianati Megawati, melainkan tidak meminta izin saat maju Pilpres 2004.
“Iya, kecil (kesalahan SBY). Dan tidak mengkhianati Bu Mega. Cuma tidak minta izin aja,” katanya.
Jusuf Kalla menilai kesalahan SBY ini lebih kecil dibandingkan dengan Jokowi yang betul-betul mengkhianati Megawati.
“Mengkhianati, didukung sedemikian rupa, sekeluarga, tiba-tiba melawan yang dukung. Iya kan,” ujarnya.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan bahwa Megawati adalah sosok yang akan memperlakukan orang dengan baik selama ia juga diperlakukan baik.
Jusuf Kalla mengungkapkan bahwa Megawati tidak pernah marah kepadanya meski juga pernah maju melawan Megawati.
Seperti diketahui, Jusuf Kalla maju sebagai cawapres mendampingi SBY pada Pilpres 2004. Ia lalu maju sebagai capres melawan SBY dan Megawati pada Pilpres 2009.
Menurut Jusuf Kalla, Megawati tidak pernah marah kepadanya karena ia meminta izin dengan hormat kepada Presiden ke-5 Indonesia tersebut.
“Kalau saya juga melawan Bu Mega, tapi lapor beliau, saya minta izin dengan hormat kepada beliau. Dia tidak marah,” katanya.
Dari sinilah, Jusuf Kalla menyimpulkan bahwa Megawati akan berlaku baik selama diperlakukan dengan baik. Ia pun sangat menghormati Megawati karena sikapnya tersebut.
“Kalau diperlakukan tidak baik, dia akan ingat seumur hidup. Itu bahayanya. Tapi kalau anda perlakukan beliau dengan sopan, etika, dia akan ingat juga seumur hidup. Itulah beliau, sangat konsisten orangnya.” Ujarnya.