HOT NEWS POLITIK

Sudah Tertipu? Ini 5 Mitos Jokowi Menurut Okky Madasari, Mulai Dari Sering Disebut Sebagai Orang Baik hingga...

DEMOCRAZY.ID
Januari 18, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
Sudah Tertipu? Ini 5 Mitos Jokowi Menurut Okky Madasari, Mulai Dari Sering Disebut Sebagai Orang Baik hingga...

Sudah Tertipu? Ini 5 Mitos Jokowi Menurut Okky Madasari, Mulai Dari Sering Disebut Sebagai Orang Baik hingga...


DEMOCRAZY.ID - Jokowi, sering dilekatkan dengan citra 'merakyat', padahal ini termasuk salah satu dari 5 mitos Jokowi menurut Okky Madasari, yaitu sering disebut sebagai orang baik.


Salah satu dari 5 mitos Jokowi dengan sering disebut sebagai orang baik yang merakyat muncul karena kegiatan blusukan dan keberaniannya masuk ke dalam gorong-gorong.


Dilansir dari kanal YouTube Rhenald Kasali pada Selasa, 16 Januari 2024, disebutkan 5 mitos Jokowi menurut Okky Madasari mulai dari sering disebut sebagai orang baik hingga Presiden netral.


Berikut adalah 5 mitos Jokowi menurut  Okky Madasari di antaranya:


Mitos orang baik


Okky Madasari mengukur orang baik dan tidak baik berdasarkan koridor kenegaraan, yaitu bagaimana seseorang tidak menyalahgunakan kekuasaan, taat hukum, dan menjalankan tugas sesuai peraturan yang berlaku.


Mitos bahwa Jokowi orang baik, sudah terlanjur ditanamkan sejak lama dengan citra sederhana yang sering disebut oleh masyarakat.


"Kalo soal mitos kesederhanaan Pak Jokowi, saya pun bisa mempertanyakan loh 'Apakah Bu Iriana pake Chanel itu sederhana?' itu bukan simbol kesederhanaan," ujar Okky.


"Ketika branding sederhana dilekatkan, namun berlawan dengan kenyataannya berarti ada yang salah," tuturnya.


"Belum lagi ada definisi baik bahwa dia pekerja keras saat masuk ke gorong-gorong, termasuk citra soal anak sebagai penjual martabak dan penjual pisang goreng. Ternyata sekarang gak jualan," pungkasnya.


Mitos setiap orang punya kesempatan yang sama


Dengan adanya privilase, memunculkan politisi muda dengan meningkatnya nepotisme, seperti yang terjadi pada Gibran dan Kaesang.


"Nepotisme digunakan dengan memberikan previlage kepada anak-anaknya, anak jadi wali kota Solo, menantu jadi wali kota Medan, itu semua dalam posisi Pak Jokowi sedang menjadi Presiden," pungkas Okky.


"Seolah-olah dengan demokrasi, ya silahkan aja anda mau nyalonin boleh, tapi tiba-tiba karpet merah Jokowi ini hadir," jelasnya.


"Soal setiap orang punya kesempatan untuk masuk politik, itu tidak benar-benar ada dalam sistem demokrasi kita saat ini," sambungnya.


Mitos pemimpin muda


Menurut Okky Madasari, munculnya anak muda dii politik, seperti Gibran, telah membius masyarakat bahwa pemimpin muda adalah yang terbaik.


"Sekarang ini lagi-lagi dibajak, bahwa seolah-olah diantara kontestasi capres dan cawapres ini, calon muda adalah calon yang terbaik. Itu yang saya sebut sebagai mitos," ujar Okky.


"Kalo calon muda pemimpin organik dan punya kapabilitas, kita akan dukung. Tapi, ketika calon muda yang mempunyai kesempatan dengan cara-cara yang tidak etis, nepotisme, kolusi, kita gak perlu memberikan kesempatan itu," jelasnya.


Okky Madasari juga mengungkapkan kekecewaan terhadap sikap Gibran, sebagai politisi muda, yang menghindari menjawab pertanyaan.


"Satu hal tentang Gibran ini yang membuat kita kecewa, dia menghindari untuk menjawab pertanyaan. Lalu apa dong yang bisa kita pegang kalo pemimpin kaya gitu?" pungkas Okky.


Mitos pemimpin gemoy


Okky Madasari mengungkap fakta bahwa gimmick gemoy hanyalah strategi untuk mendapatkan kepopuleran.


"Pertama, sifat gemoy yang hanya gimmick belaka, artinya menghindari jalan untuk mengomunikasikan gagasan. Jadi cukup dikasih joged," ujar Okky.


Okky berpendapat bahwa kampanye gimmick gemoy dianggap sebagai penghinaan terhadap anak Gen Z dan Millenial.


"Ketika dianggap anak Gen Z dan Millenial tidak perlu di ajak diskusi gagasan, tidak perlu disodori hal-hal yang subtansial, berarti kita menghina kemampuan mereka," pungkas Okky.


Okky Madasari mengkritik bahwa gimmick gemoy ini menjadi sebuah daya tipu kepada masyarakat.


"Kedua, belum tentu apa yang dikemas gemoy ternyata aslinya juga lucu dan menyenangkan. Bisa jadi kemasannya lucu, tapi aslinya garang dan tidak bisa diajak ngobrol. Lagi-lagi kita hendak ditipu dengan bungkus," ujar Okky.


Politik merupakan kontestasi ide dalam memperjuangkan kepentingan publik, maka Okky Madasari menyoroti bahwa wajar jika perdebatan terjadi.


"Ini bukan sekedar kontes popularitas, tapi orang yang membawa bangsa kita lebih maju," pungkas Okky.


"Jangan terjebak dengan gimmick, kepopuleran, bahkan angka survei," tuturnya.


Mitos Presiden netral


Mitos Presiden netral muncul setelah keputusan MK yang meloloskan Gibran sebagai cawapres.


"Ketika Ketua MK adalah ipar dari Presiden Jokowi. Ketika posisi itu dipertahankan, sudah mengingkari prinsip konflik kepentingan," ujar Okky.


"Ada hubungan kepentingan sebagai kepala negara dan putusan-putusan MK terkait pemilu. Itu pertanyaan besar soal netralitas Presiden," pungkasnya.



Sumber: HOPS

Penulis blog