DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik Rocky Gerung memberikan nilai A+ (plus) kepada calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1 dan 3, Muhaimin Iskandar dan Mahfud Md pada debat cawapres kedua yang digelar di JCC, Senayan, Minggu malam, 22 Januari 2024.
Rocky menilai penampilan Mahfud dan Cak Imin di debat kedua cawapres sama-sama menyampaikan tentang konsep kepemimpinan, paradigma dan kebijakan publik.
Mahfud bahkan tampil apik ketika menolak menjawab pertanyaan 'receh' Gibran.
"Betul, Mahfud menganggap receh ini sebetulnya apa poinnya disitu untuk debat kebijakan. Pak Mahfud dapat A plus dari saya untuk debat kemarin. A untuk kejujurannya menegur Gibran, plusnya untuk keberaniannya menegur Jokowi," kata Rocky Gerung dikutip dari Youtube Rocky Gerung Official, Selasa, 23 Januari 2024.
Menurut Rocky, Mahfud pantas dapat nilai 'A Plus' karena menegur dua kali. Pertama, menegur Gibran karena pertanyaannya receh.
Kedua, menegur Presiden Jokowi yang gagal menerapkan prinsip yang awalnya dia janjikan (red.impor pangan).
"Jadi, pak Mahfud Anda saya kasih A plus, apalagi kalau menghasilkan konferensi pers untuk mundur dari kabinet," ujar mantan Dosen Filsafat UI ini.
Demikian pula untuk Cak Imin, lanjut Rocky, juga pantas diganjar nilai A Plus karena mampu berbicara hal-hal yang fundamental, termasuk konsep etika lingkungan dan kebijakan publik.
Baginya, ketika masuk ke dalam ruang debat, seorang pemimpin bukan hanya kemampuan teknis atau menguasai data, tapi lebih dari itu memiliki keahlian konseptual melalui abstraksi dan paradigma.
"Mahfud tidak maksimalkan ledekan dia tapi itu sudah berbekas, termasuk soal ledekan ijazah palsu dari Cak imin, itu juga saya kasih pujian. Jadi Mahfud dan Cak Imin berbagi dua soal A plus," ungkapnya
Sementara Gibran, Rocky sejak awal sudah menduga akan memainkan teatrikal dan gimmick dalam debat, seperti halnya debat pertama. Gibran beberapa kali menimpali Mahfud dan Cak Imin lewat gimmick dan gestur.
"Akhirnya orang menilai masih terlalu muda buat Gibran untuk masuk dalam pengetahuan yang paradigmatik. Kesulitan kita mencari pemimpin yang paham masalah tapi mampu mengabstrasikan, bahkan kalau becanda pun dia tidak bisa mengabstrasikan, susah tuh," kata Rocky
"Saudara Gibran menang soal gimmick, tapi gimmick yang konyol," imbuhnya
Sebelumnya, Mahfud enggan merespons tanggapan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, atas jawabannya untuk pertanyaan greenflation atau inflasi hijau. Mahfud bahkan menilai pernyataan Gibran itu terlalu receh sehingga tidak perlu dijawab.
Ungkapan receh itu muncul ketika Gibran merespons jawaban Mahfud. Gibran justru menyatakan Menkopolhukam tersebut tidak menjawab pertanyaan yang dia lemparkan.
"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. Saya nyari-nyari di mana ini jawabannya kok nggak ketemu jawabannya. Saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau," kata Gibran.
Dia mengatakan pertanyaanya tak dijawab dan menyebut Mahfud malah membahas ekonomi sirkular.
"Prof Mahfud yang namanya inflasi hijau itu, kita kasih contohnya simpel aja demo rompi kuning di Prancis bahaya sekali memakan korban. Ini harus kita antisipasi jangan sampai terjadi di Indonesia. Kita belajar dari negara maju. Negara maju aja masih ada tantangan-tantangan. Intinya transisi menuju energi hijau itu harus berhati-hati jangan sampai malah membebankan," ujarnya.
"Jangan sampai membebankan proses transisi yang mahal ini kepada masyarakat kepada rakyat kecil itu. Maksud saya, inflasi hijau, Prof Mahfud," imbuhnya.
Ketika dia diminta menanggapi pernyataan Gibran tersebut, Mahfud justru enggan menanggapinya. Sebab menurutnya, pernyataan Wali Kota Solo tersebut ngawur dan tak penting.
"Saya juga ingin mencari tahu jawabannya ngawur juga ngarang-ngarang enggak karuan. Mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada gitu," tegas Mahfud.
"Kalau akademis itu gampangnya kalau bertanya yang kayak gitu-gitu itu recehan. Sebab itu tidak layak dijawab pertanyaan kayak gini. Tidak ada jawabannya, tidak ada gunanya menjawab," tambahnya.
Sumber: VIVA