DEMOCRAZY.ID - Thomas Lembong menjawab kritikan dari Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia terkait program online single submission (OSS).
Sebagaimana diketahui, Luhut sebelumnya menyampaikan bahwa Tom Lembong tidak berhasil merampungkan program OSS saat dirinya masih menjabat sebagai Kepala BKPM.
“Coba tanya dirimu, waktu Anda di BKPM, apa yang Anda lakukan coba? Anda kan yang ditugaskan untuk OSS? Saya ingat betul itu, bagaimana Anda curhat ke saya. Tapi itu kan sampai Anda meninggalkan kabinet tidak pernah selesai. Sekarang kami yang menyelesaikan itu,” katanya, dikutip Sabtu (27/1/2024).
Bahlil juga menyatakan hal yang sama. Sistem OSS kata Bahlil berhasil diimplementasikan di bawah kepemimpinannya.
OSS saat ini bahkan berhasil mengeluarkan sebanyak 11.096 izin per hari.
Merespons hal ini, Tom Lembong menyampaikan bahwa OSS merupakan program super gimmick dan merupakan ide yang sangat konyol.
Menurutnya, perizinan berusaha seharusnya tidak bisa diterbitkan hanya dalam waktu 5 menit, seperti pada sistem OSS saat ini.
“Itu sebenarnya jilatan yang luar biasa kepada Presiden oleh seorang pejabat senior, yang saking seniornya saya tidak bisa membantah. Jadi janjinya kalau kita bisa menurunkan waktu penerbitan izin dari 7 hari menjadi 4 jam, kenapa mau diturunkan lagi dari 4 jam ke 5 menit? Itu kan sebuah ide yang sangat konyol, terbit izin dalam 5 menit, jadi terlalu ekstrem,” katanya dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun TV, dikutip Sabtu (27/1/2024).
Tom mengatakan, ide dari program OSS sebenarnya sangat baik, yaitu mendigitalisasi dan mengintegrasikan sistem di kementerian dan lembaga, juga pemerintah daerah.
Namun demikian, pekerjaan ini menurutnya tidak bisa selesai dalam waktu cepat.
OSS diluncurkan pada 2018 saat Tom Lembong masih menjabat sebagai Kepala BKPM, di mana jabatannya berakhir pada 2019.
Dia mengatakan, sistem OSS merupakan pekerjaan puluhan tahun, tidak bisa selesai hanya dalam waktu 1 tahun.
Bahkan, dia menilai, sistem OSS saat ini pun masih banyak kekurangan dan belum bisa dikatakan selesai.
Hal ini juga disampaikan sendiri oleh Bahlil bahwa sistem OSS saat ini seperti Avanza second, bukan Mercy, mengingat juga anggaran yang dialokasikan pada sistem OSS terbatas. Tom juga mendengar dari investor bahwa sistem OSS masih sangat berantakan.
“Tapi bagi saya bukan salahnya pak Bahlil juga, saya malah kasihan dengan pak Bahlil. Dengan anggaran tidak sampai Rp1 triliun untuk sistem perizinan se-Indonesia, bahkan pak Bahlil menggunakan kata- kata OSS seperti Avanza second, bukan mercy. Itu beliau betul, saya setuju, memang pemerintah tidak pernah menganggarkan OSS secara serius,” tuturnya.
Sumber: Bisnis