POLITIK

Ramai-Ramai Media Asing Sorot Panas Debat Capres Ketiga RI

DEMOCRAZY.ID
Januari 09, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Ramai-Ramai Media Asing Sorot Panas Debat Capres Ketiga RI

Ramai-Ramai Media Asing Sorot Panas Debat Capres Ketiga RI


DEMOCRAZY.ID - Debat ketiga calon presiden (capres) RI yang diadakan pada hari Minggu lalu nyatanya telah menjadi sorotan beberapa media asing. 


Mereka melaporkan terkait dinamika saling serang antar kandidat dalam isu hubungan internasional dan pertahanan itu.


Media yang berpusat di London, Reuters, misalnya. Laman itu melaporkan bagaimana capres nomor urut 2 yang juga Menteri Pertahanan (Menhan) saat ini, Prabowo Subianto, mendapatkan serangan dari rivalnya, Anies Baswedan (nomor urut 1) dan Ganjar Pranowo (nomor urut 3).


Anies yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta mengecam rencana Prabowo membeli peralatan militer bekas, termasuk armada jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. 


Ia menuding Prabowo gagal melindungi lembaganya dari peretas yang tahun lalu mengancam akan membocorkan informasi rahasia.


"Anggaran sebesar Rp 700 triliun tidak dapat digunakan untuk menampungnya. Sebaliknya, digunakan untuk membeli peralatan militer bekas," tulis media itu dalam artikel berjudul 'Indonesia Presidential Frontrunner Under Fire as Rivals Attack Defence Plans', Selasa (9/1/2024).


Setali tiga uang, Ganjar yang juga disorot karena mengenakan jaket bomber ala angkatan udara dalam debat juga melakukan hal sama. 


Ia mengatakan kesepakatan jet tempur Mirage dengan Qatar yang dilakukan Kemenhan di masa Prabowo adalah "perencanaan yang sembrono".


Selain Reuters, media asal Amerika Serikat (AS) Voice of America (VOA), juga menyampaikan bagaimana para capres memaparkan gagasannya dalam debat. 


Dalam pemberitaannya, Prabowo disebutkan berkomitmen dalam menjaga hubungan positif dengan seluruh kekuatan global sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang 'non-blok'.


"Dengan hubungan baik dengan semua kekuatan, kita bisa mengamankan kepentingan nasional kita," kata Prabowo dalam laporan artikel berjudul 'Indonesia's Presidential Hopefuls Face Off in Debate'.


"Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Kami akan menerapkan kebijakan bertetangga yang baik." tambahnya.


Ganjar, dalam laporan VOA, menguraikan usulan perjanjian sementara mengenai sengketa Laut China Selatan (LCS) yang menggarisbawahi status Indonesia sebagai non-claimant di wilayah tersebut. 


Ia mengatakan perjanjian sementara itu diperlukan mengingat modernisasi militer China yang sedang berlangsung, yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2027.


"Kita membutuhkan kapal tanker terapung yang bisa digunakan TNI Angkatan Laut untuk berpatroli. Hal ini membuat logistik sangat hemat biaya," tulis media itu mengutip pernyataannya.


VOA juga menyoroti Anies yang sedang mengangkat isu ancaman non-tradisional. Seperti meningkatnya insiden peretasan, dan berjanji untuk membentuk struktur pertahanan siber.


"Kuncinya tidak hanya terletak pada teknologi itu sendiri. Esensinya terletak pada keterlibatan semua orang secara komprehensif," muat VOA memaparkan Anies.


Sementara itu, media asal Hong Kong, South China Morning Post (SCMP), menyoroti bagaimana ketiga capres memaparkan gagasan para kandidat melihat kekuatan regional China yang berkembang. 


Dalam pemberitaannya, SCMP menuliskan bahwa Prabowo sangat tidak khawatir dengan perkembangan China dan tenang melihat utang luar negeri Indonesia, yang banyak bersumber dari pendanaan Negeri Tirai Bambu.


"Ternyata saat ini rasio utang luar negeri kita terhadap PDB termasuk yang terendah di dunia, yaitu sekitar 40%. Dengan pengelolaan yang prudent dan baik, serta strategi ekonomi yang tepat, terutama melalui hilirisasi, kini kita bisa memperkuat posisi tawar," pungkas Prabowo dikutip media itu.


"Saya tidak terlalu khawatir jika negara lain ingin melakukan intervensi dengan kami. Kami sangat dihormati, kami tidak pernah gagal membayar hutang kami. Kita harus punya kekuatan pertahanan yang kuat agar tidak bisa diintervensi," tambahnya.


Di sisi lain, SCMP menuliskan Ganjar yang telah mewanti-wanti bahwa utang dapat menjadi sesuatu yang berbahaya. 


Ia mengungkap banyak utang luar negeri yang justru berakhir pada kegagalan.


"Utang bisa mematikan. Hati-hati jika kita berhutang, apalagi (untuk mendanai) proyek infrastruktur yang berisiko tinggi. Kita harus berhati-hati. Utang luar negeri menyebabkan banyak negara kolaps," ujarnya tanpa menyebut nama negara mana pun.


Anies juga memaparkan pandangannya terkait China, terutama soal sengketa Laut China Selatan. 


Dalam menjawab Ganjar, Anies menyebut peran ASEAN sangat penting dalam menyelesaikan sengketa dan ketegangan di perairan itu.


"Indonesia harus menjadi pemimpin ASEAN yang dominan. Negara-negara ASEAN yang menjadi pintu masuk kekuatan China di Laut China Selatan, baik Laos maupun Myanmar, akan menjadi bagian dari perjanjian ASEAN di Laut China Selatan. Kita harus menghadapi (potensi konflik) sebagai satu kekuatan regional," kata Anies.


Sumber: CNBC

Penulis blog