DEMOCRAZY.ID - Debat cawapres atau calon wakil presiden kedua telah berlangsung Minggu (21/1/2024).
Ustaz Adi Hidayat memandang setiap calon wakil presiden telah memaparkan visi misi disertai dengan kematangan intelektualitas dan spiritualitas masing-masing di mana performanya bisa dinilai secara objektif.
Dari situ, kata dia, publik dapat menilai kematangan intelektual, emosional, spriritual dan fisikal dari masing-masing cawapres yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Ustaz Adi Hidayatmenegaskan meski debat keempat sempat timbul 'hangat-hangat' argumentasi namun harapannya hanya ada di sesi debat dan tidak diteruskan hingga ke luar panggung.
Dia juga meminta semua pasangan calon memberikan narasi positif sehingga bisa menenangkan masyarakat.
"Justru kita bersyukur pada Allah SWT, ditunjukkan oleh Allah kepada kita semua sehingga kita bisa menilai dengan lebih lengkap ya seperti apa semua paslon ini ditampilkan kepada kita sehingga kita bisa melihat oh ini yang mungkin bisa berkesesuaian dengan kebutuhan-kebutuhan Wapres ke depan, oh ini yang perlu disempurnakan," ungkapnya dalam Channel Youtube-nya Adi Hidayat Official yang diposting, Rabu (24/1/2024).
Menurutnya, semua orang bisa menilai dengan melihat dari mulai gestur, cara menampilkan informasi, menjawab ataupun bertanya dan sebagainya. Semua tersaji dengan utuh untuk memperlihatkan kematangan setiap cawapres.
"Ini loh potretnya seperti ini kira-kira bagaimana kematangannya bisa kita lihat sehingga bisa memberikan kepada kita gambaran dan masukan untuk menentukan pilihan ke depan," tambahnya.
Sebagai ustaz yang menempuh pendidikan di pondok pesantren, UAH menceritakan dirinya juga memahami aspek-aspek dalam debat.
Semisal argumentum ad hominem sebagai upaya untuk mendiskreditkan argumen seseorang dengan menyerangnya secara pribadi.
"Ada satu argumentasi yang tidak substansial tapi ditampilkan misalnya secara teatrikal untuk bisa menghadirkan dua hal mungkin juga menghadirkan kecemasan atau menghilangkan fokus dari lawan debat. Bisa juga mungkin kekurangan substansi dari informasi yang belum bisa dimiliki," ungkapnya.
Ada pula trik menggali bermacam-macam informasi. Kecenderungan trik ini, kata UAH terlihat pada debat cawapres Minggu malam lalu dari semua cawapres.
"Kalau ada argumentum ad populim itu biasanya ada statemen-statemen yang seakan disajikan dengan banyaknya orang-orang mengatakan A lalu kita menyimpulkan itu A ya tanpa ada pembanding yang lain ya jadi ketika satu data disampaikan datanya disampaikan tidak ada pembanding yang lain seakan-akan orang yang mengatakan benar secara kebanyakan lalu kita anggap itu sebagai sebuah kebenaran," ulasnya.
Tunjukkan Kekuatan Argumentasi
Sesuatu yang dianggap benar sepanjang tidak disangkal itu kemudian diperdebatkan. Di sinilah, kata dia, kekuatan argumentasi masing-masing cawapres terlihat.
Hal ini menurutnya biasa dalam teknik debat. Dia pun mencontohkan isu food estate yang muncul dalam debat dan diuji efektivitasnya.
"Jadi kalau ada yang sudah matang diuji untuk bisa menguji kekokohannya. Tapi kalau ada yang persepsinya seperti benar kemudian diuji dengan pertanyaan atau informasi lain sebagai pembanding untuk menguji konsistensi kebenarannya atau ada hal yang kurang benar yang belum terungkap sehingga ke depan diperbaiki nah niat baik ini yang sebetulnya harus dimunculkan untuk ke depan," pintanya.
Sehingga kebijakan yang sudah ada pun bisa dievaluasi dan jika memang berhasil diapresiasi.
Sehingga, debat memunculkan kedamaian dan keceriaan. Menurutnya, dengan begitu maka masyarakat akan lebih menikmati tontonan yang positif.
Terlebih jika masing-masing calon bisa menjaga kedamaian meski saling bersaing pada Pemilu 2024 ini.
Dia menekankan agar setiap calon untuk mengarahkan pada politik kebangsaan bukan politik kanalisasi atau parsial demi kepentingan-kepentingan sesaat.
"Kita selalu berharap apapun yang sekarang ditampilkan, semua memiliki niat baik untuk membangun bangsa ini untuk membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Saya ingin mengingatkan betapapun kita keras, teguh dan serius dalam berikhtiar berlomba menarik simpati sampai mendapat kedudukan pada akhirnya dan penting disadari pada seluruh calon capres cawapres ini itu adalah amanah dari Allah yang satu saat akan dipertanggungjawabkan," pesannya.
Sumber: Liputan6