DEMOCRAZY.ID - Pengamat Politik IPSOS Public Affairs Arif Nurul Imam menganalisa dilema yang dihadapi calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo - Mahfud Md dalam melawan dua pasangan lainnya, Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran.
Dilema inilah yang berdampak pada elektabilitas pasangan yang diusung koalisi PDIP tersebut.
“Posisi Ganjar itu kan serba sulit. Mau sebagai penantang, tapi Ganjar diusung PDIP yang hari ini secara de jure merupakan partai pemerintah. Meski secara de facto Presiden Jokowi adalah pendukung Prabowo-Gibran,” ujarnya kepada Tempo, Jumat, 26 Januari 2024.
Hal itu, kata dia, membuat Ganjar-Mahfud kewalahan untuk memainkan narasi politik, sebagaimana yang dilakukan capres dan cawapres nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
“Dia (Ganjar) mau menggunakan kritik keras seperti Anies, tapi dia bagian dari pemerintah. Namun kalau mau mendukung atau menjustifikasi kerja-kerja Jokowi, ceruk ini sudah diambil Prabowo-Gibran,” ujarnya.
Begitu pula pada kemungkinan membuat strategi baru, kata Arif, targetnya pada swing voters dan undecided voters yang belum tentu juga memilih Ganjar-Mahfud.
Meski ia tak memungkiri, ada kemungkinan Ganjar-Mahfud menarik perhatian jika membuat diferensiasi politik yang misalnya kontra dengan Prabowo-Gibran.
“Tapi itu potensinya bakal diambil Anies dan Cak Imin, karena dia (Anies-Muhaimin) sebagai penantang dan melakukan koreksi seperti hari ini,” ujarnya.
Diketahui, berdasarkan hasil survei Skala Data Indonesia atau SDI perihal elektabilitas pasangan Capres dan Cawapres, Ganjar-Mahfud menempati posisi terendah dengan persentase sebesar 16,9 persen di bawah Anies-Muhaimin sebesar 27,6 persen dan Prabowo-Gibran memperoleh dukungan sebesar 45,7 persen.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menyinggung kinerja Ganjar Pranowo saat melawat ke Jawa Tengah pada Selasa, 23 Januari 2024, dengan meninjau ruas Jalan Surakarta-Gemolong-Purwodadi di Desa Ngandul, Kabupaten Sragen.
Jokowi menyebut bahwa Jalan Surakarta-Purwodadi ini merupakan ruas yang memiliki tingkat kerusakan paling berat. Sebab sifat tanah yang dinamis sehingga sering menimbulkan kerusakan.
Sumber: Tempo