DEMOCRAZY.ID - Para pejabat pertahanan dan mantan perwira intelijen senior Israel mengatakan telah memperkirakan pertempuran di Gaza akan terus berlanjut setidaknya selama satu tahun.
Prediksi ini meningkatkan kemungkinan ribuan korban sipil Palestina, krisis kemanusiaan yang semakin parah Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta ancaman serius terhadap stabilitas regional.
Dalam penjelasannya, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Daniel Hagari mengatakan bahwa bagian tengah dan selatan Gaza, tempat upaya militer sekarang difokuskan, "padat dan dipenuhi teroris" dengan "kota terowongan bawah tanah yang bercabang."
"Diperlukan waktu tiga bulan untuk membersihkan wilayah tersebut dan pertempuran akan berlanjut hingga tahun 2024," kata Hagari, seperti dikutip The Guardian, Senin (8/1/2024).
Dia mengatakan pertempuran yang tersebar diperkirakan akan terjadi di Gaza utara, bersamaan dengan roket yang diluncurkan secara sporadis dari sana menuju Israel, namun militan Hamas "tidak memiliki kerangka kerja dan tanpa komandan".
Sementara Mayor Jenderal Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer yang dekat dengan perwira senior, membandingkan kampanye tersebut dengan kampanye yang dipimpin oleh koalisi multinasional melawan ISIS pada 2017 yang memakan waktu sembilan bulan. Namun, menurutnya, situasi di Gaza jauh lebih menantang.
"Dibutuhkan waktu satu tahun untuk membubarkan Hamas," katanya.
"Ini bukan perang enam hari (tahun 1967). Jangka waktunya panjang... (Benteng ISIS) Mosul dan Raqqa tidak dibentengi di bawah tanah... dan koalisinya berjumlah 85 negara."
Yadlin juga membandingkan serangan Israel saat ini dengan serangan yang dilancarkan IDF ke Tepi Barat pada tahun 2002 setelah gelombang bom bunuh diri yang dilakukan kelompok militan Palestina.
"Pada tahun 2002 dibutuhkan waktu dua bulan untuk memasuki kota-kota Palestina dan dua tahun untuk menghentikan teror. Jadi Israel sedang menunggu sembilan bulan hingga satu tahun (di Gaza). Itu tergantung berapa lama Hamas akan bertahan," katanya.
Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan perang tidak akan berakhir sampai tujuan "menghancurkan" Hamas, membebaskan sandera Israel dan memastikan bahwa Gaza tidak menimbulkan ancaman keamanan lebih lanjut terhadap Israel terpenuhi.
"Saya mengatakan ini kepada musuh dan teman kami. Ini adalah tanggung jawab kami dan ini adalah komitmen kami," kata perdana menteri Israel kepada kabinetnya pada Minggu.
Prediksi waktu baru ini akan menjadi perhatian para pengamat internasional yang khawatir akan ketidakstabilan regional dan lembaga-lembaga bantuan yang menggambarkan bencana kemanusiaan di Gaza.
Terdapat kekhawatiran yang meluas bahwa bentrokan di sepanjang perbatasan utara Israel antara militer Israel dan Hizbullah dapat meningkat menjadi perang habis-habisan, yang mungkin akan menjerumuskan wilayah tersebut ke dalam konflik yang lebih luas.
Sumber: CNBC