POLITIK

'Musuh' China Terpilih Jadi Presiden Taiwan, Ini Kata Xi Jinping-Biden

DEMOCRAZY.ID
Januari 15, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
'Musuh' China Terpilih Jadi Presiden Taiwan, Ini Kata Xi Jinping-Biden

'Musuh' China Terpilih Jadi Presiden Taiwan, Ini Kata Xi Jinping-Biden


DEMOCRAZY.ID - Taiwan telah menggelar pemilihan presiden pada Sabtu (13/1/2024). Dalam kontestasi itu, Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) berhasil unggul dengan 40,1% suara, membuatnya berhasil menduduki posisi orang nomor satu di Negeri Formosa itu.


Pasca kemenangannya, Lai yang sebelumnya menjadi Wakil Presiden (wapres) menyebutkan bahwa Taiwan di bawah kepemimpinannya akan "terus berjalan berdampingan dengan negara-negara demokrasi di seluruh dunia."


"Kami menyampaikan kepada komunitas internasional bahwa antara demokrasi dan otoritarianisme, kami akan berpihak pada demokrasi," katanya seperti dikutip Associated Press.


Kemenangannya menjadi titik penting dalam hubungan China dan pulau itu, yang diakui Beijing sebagai bagian integral dari kedaulatannya. 


Dianggap sebagai separatis, China menganggap Lai akan menjadi ancaman bagi perdamaian di wilayah tersebut jika ia menang.


Dalam sebuah pernyataan pers, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, Chen Binhua, menegaskan kembali bahwa Taiwan merupakan wilayah yang tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan integral China.


"DPP tidak dapat mewakili opini publik arus utama di pulau itu. Pemungutan suara tersebut tidak akan menghalangi tren reunifikasi China yang tak terelakkan," tegasnya dikutip Al Jazeera.


"China dengan tegas menentang kegiatan separatis yang bertujuan untuk 'kemerdekaan Taiwan' serta campur tangan asing", tambahnya.


Taiwan sendiri terbentuk setelah pemerintahan republik di China yang kalah dalam perang saudara melarikan diri ke Pulau Formosa pada tahun 1949. 


Dalam perjalanannya, eksistensi Taiwan didukung oleh Amerika Serikat (AS), patron negara-negara Barat dan juga dunia demokrasi.


Beijing selalu menegaskan klaim bahwa pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu adalah bagian integral dari kedaulatannya. 


Presiden China Xi Jinping bahkan beberapa kali menegaskan keduanya harus dapat disatukan, dan Taiwan yang merdeka berarti perang.


Reaksi dunia Barat


Dengan dukungan yang sudah lama ini, reaksi negara-negara Barat terhadap terpilihnya Lai Ching Te pun juga mayoritas menyambut baik. Namun ada beberapa batasan yang juga dialamatkan blok Barat.


Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberi hormat kepada Lai atas kemenangannya dan memuji "sistem demokrasi dan proses pemilihan yang kuat" di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut.


"Washington berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas lintas Selat, serta penyelesaian perbedaan secara damai, bebas dari paksaan dan tekanan," paparnya.


Meski begitu, Presiden AS Joe Biden menegaskan pihaknya tidak mendukung kemerdekaan Taiwan. Pemerintahan Biden khawatir pemilu, transisi, dan pemerintahan baru akan meningkatkan konflik dengan Beijing.


Di sisi lain, Uni Eropa (UE) menyambut baik pemilihan presiden Taiwan dan mengucapkan selamat kepada semua pemilih yang "berpartisipasi dalam latihan demokrasi ini, tanpa mengucapkan nama Lai.


"UE tetap prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan dan menentang upaya sepihak untuk mengubah status quo," kata juru bicara kepala diplomatik UE Josep Borrell dalam pernyataannya.


"UE menggarisbawahi bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah kunci bagi keamanan dan kemakmuran regional dan global."


Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengucapkan selamat kepada Lai dan mengatakan ia berharap Taiwan dan China akan memperbarui upaya untuk menyelesaikan perbedaan mereka secara damai.


"Pemilu hari ini adalah bukti demokrasi Taiwan yang dinamis," kata Cameron dalam sebuah pernyataan.


"Saya berharap kedua belah pihak di Selat Taiwan akan memperbarui upaya untuk menyelesaikan perbedaan secara damai melalui dialog yang konstruktif, tanpa ancaman atau penggunaan kekuatan atau paksaan."


Tak hanya itu, Kementerian Luar Negeri Kanada mengucapkan selamat kepada rakyat Taiwan setelah pemilu. Namun serupa dengan UE, Ottawa tidak menyebut nama Lai.


"Dipandu oleh pilar demokrasi, hak asasi manusia dan perdamaian, Kanada berharap dapat memajukan hubungan antar masyarakat, ilmu pengetahuan, perdagangan dan investasi," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X.


Lebih lanjut, sekutu Barat yang juga tetangga Taiwan, Jepang, mengucapkan selamat atas kelancaran pelaksanaan pemilu demokratis.


"Kami berharap masalah seputar Taiwan akan diselesaikan secara damai melalui dialog, sehingga berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan," papar pernyataan resmi


Reaksi Rusia


Berbeda dengan Barat, Rusia menegaskan mengambil langkah mendukung klaim bahwa pulau itu adalah milik China. 


Pernyataan ini kembali ditegaskan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.


"Moskow telah berulang kali menunjukkan dukungannya terhadap kebijakan Satu China Beijing mengenai masalah Taiwan," tegasnya.


Sumber: CNBC

Penulis blog