HUKUM POLITIK

Megawati: 'Jangan Bully Saya Ketika Pemilu 2024, Saya Punya Pengacara Loh!'

DEMOCRAZY.ID
Januari 10, 2024
0 Komentar
Beranda
HUKUM
POLITIK
Megawati: 'Jangan Bully Saya Ketika Pemilu 2024, Saya Punya Pengacara Loh!'

Megawati: 'Jangan Bully Saya Ketika Pemilu 2024, Saya Punya Pengacara Loh!'


DEMOCRAZY.ID - Pada acara peringatan HUT PDI Perjuangan, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri juga sempat meminta Masyarakat untuk tidak membully dirinya di masa kampanye Pemilu 2024.


Hal tersebut diungkapan Megawati saat membicarakan yang memisahkan Polri dari TNI itu adalah dirinya, saat pidato di HUT PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng agung, Jakarta Selatan, Rabu, 10 Januari 2024.


“Saya mau ngomong sama Polri, yang memisahkan Polri itu saya loh, ketika Presiden kelima, dipikirnya gampang, susah payah loh,” ujar Megawati dalam pidatonya.


Ia pun menyindir pemimpin saat ini untuk ingat atas hasil kerja yang memisahkan Polri dari TNI.


“Jangan macam-macam, jangan saya dibully. Kalau kali ini saya sudah janji kalau dalam kampanye ini saya dibully-bully saya sudah punya loh yang namanya pengacara,” tegasnya.


“Saya tepat janji loh, waktu  sebelumnya mau dibully kek, mau apa terserah aja tapi saya pernah bikin, jangan saya dibully ketika Pemilu,” tuturnya.


“Saya bukan nakutin, itu kata kebenaran saya,” tambahnya.


Megawati pun mengatakan bahwa segala omongannya bisa dipertanggungjawabkan dan meminta untuk tidak dibully jika ada yang ingin membantahnya.


“Iya loh, jadi kalau saya ngomong tidak benar, dari keilmuan dapat dipertanggungjawabkan, dari Rohani dapat dipertanggung jawabkan, kalau ada yang mau membantah saya datang, jangan saya dibully, jangan saya dipotong-potong kalau ngomong, kalau gak setuju, sini, catat nama,” tegasnya lagi.


“Karena saya ingin mengatakan kepada rakyat saya bahwa kalian itu lah sebenarnya pemegang kekuasaan di Republik ini. Jadi jangan takut kalau diintimidasi, dipukul, langsung kamu harus ngomong, jangan takut,” tukasnya.


Megawati Sebut Ada Pemimpin Yang Sengaja Memecah Belah Karena Mabuk Kekuasaan, Siapa?


Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan penjajah zaman dulu mengajarkan politik adu domba untuk memecah belah masyarakat agar bisa terus berkuasa. 


Ia pun menyinggung pemimpin sekarang yang sengaja memecah belah karena mabuk kekuasan.


Hal itu disampaikan Megawati saat berpidato di acara HUT ke-51 PDI-Perjuangan di Sekolah Partai DPP PDI-Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2023).


"Banyak loh, yang namanya penjajah itu mengajarkan kepada kita dengan nama devide et empera, memecah belah, kalau bisa saudara sendiri dipecah belah," tutur Megawati.


Ia pun berkata, penjajah ingin memecah belah rakyat. Apalagi, kata Megawati, ada pemimpin yang sengaja memecah belah dengan sadar lantaran mabuk kekuasaan.


"Apalagi rakyat dipecah belah, apalagi kalau pemimpinnya sengaja dengan yang namanya akal itu juga memecah belah karena apa? Karena mabuk kekuasaan," terang Megawati.


Atas dasar itu, Megawati pun mengingatkan akan semboyan Bhinneka Tungal Ika Tan hana harma Mangrwa.


"Jadi tanpa pernah mundur sejengkal pun. Jadi Bhineka Tungval Ika itu satu, berlain bersuku-suku, tapi satu jua. Kok lupa ya," kata Megawati.


Kendati demikian, Megawati berpesan kepada Ganjar untuk senantiasa ingat pada sejarah bila terpilih menjadi Presiden ke-8 RI.


"Itu Pak Ganjar, nanti insya Allah kalau situ menang, nah ini didengar banyak orang, yang harus dijalankan pertama adalah pelajaran sejarah yang benar menegaskan, supaya apa? Bukan hanya di sini (kepala) tetapi di sini (dihati)," terang Megawati.


Sindir Banyak Elite, Megawati: Sudah Hidup Layak dan Lupa Rakyat


Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyinggung para elit yang hidup dengan layak namun melupakan rakyat.


"Sekarang para elitnya, orang orang yang sudah berkelayakan, melupakan yang namanya akar rumput, yang namanya wong cilik yang masih sengsara, yang tidak berkeadilan," kata Megawati dalam acara HUT ke-51 PDI Perjuangan (PDIP), di Sekolah Partai DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).


"Sekali lagi, saya katakan kita setiap warga negara Republik Indonesia, siapakah dia? Akar rumput, rakyat, mempunyai hak yang sama di mata hukum," sambungnya.


Megawati kemudian menyoroti persoalan hukum yang saat ini bisa dipermainkan untuk melanggengkan kekuasaan. 


Ia pun secara tegas menolak aksi-aksi yang dapat melukai hati rakyat Indonesia atas apa yang telah dilakukan oleh segelintir orang.


"Sekarang hukum itu dipermainkan bahwa kekuasaan itu dapat dijalankan semau-maunya saja. No,no, and no," katanya.


Megawati lantas mengingatkan, Pemilu bukanlah alat politik untuk melanggengkan kekuasaan dengan segala cara. Di dalam Pemilu, kata Megawati, ada moral dan etika yang harus dinjunjung tinggi.


"Loh saya pernah presiden, ya setelah Pemilu, ndak ribut saya. Yaudah kalau memang betul rakyat memilih begitu, ya sudah. Kekuasaan itu tidak langgeng loh, yang langgeng itu yang diatas loh. Kekuasaan akan berhenti apapun jabatannya," ujarnya.


Sumber: Disway

Penulis blog