DEMOCRAZY.ID - Perkembangan yang terjadi dalam pemilihan presiden (pilpres) RI 2024 mendatang terus diberitakan media asing. Tak terkecuali, gerak-gerik salah satu kandidatnya seperti Anies Baswedan.
Kantor berita ternama yang berbasis di London, Reuters, melaporkan bagaimana calon presiden (capres) yang juga Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bersaing ketat dengan kandidat lain, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Bagaimana pula "perubahan" menjadi jualan Anies.
"Apa yang kami tawarkan adalah perubahan, mengembalikan kehidupan masyarakat ke jalurnya," kata Anies dalam wawancara dengan media tersebut setelah kampanye di provinsi terpadat di Indonesia, Jawa Barat, dikutip Senin (8/1/2024).
Menurut Reuters, konsep mengusung janji perubahan ini muncul di tengah kekecewaan sebagian masyarakat Indonesia terhadap pencalonan Gibran Rakabuming Raka, putta Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai cawapres dari Prabowo.
Ini dianggap sebagai upaya mempertahankan pengaruhnya ketika ia meninggalkan jabatannya.
"Janji perubahan ini muncul di tengah kemarahan banyak masyarakat Indonesia, termasuk pejabat senior pemerintah, atas apa yang mereka lihat sebagai upaya Presiden Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi, untuk mempertahankan pengaruhnya ketika ia meninggalkan jabatannya setelah satu dekade berkuasa," muat media itu.
"Pada bulan Oktober, Mahkamah Konstitusi, yang dipimpin oleh ipar laki-laki Jokowi, mengubah kriteria kelayakan pemilu, sehingga memungkinkan putra presiden untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden dari pasangan Prabowo. Keputusan tersebut memicu kekhawatiran akan kembalinya nepotisme dan politik patronase yang menjadi ciri pemerintahan mantan Presiden Suharto selama puluhan tahun," tambahnya.
"Sebagai anggota partai yang berkuasa, PDI-P, Jokowi awalnya tampak mendukung Ganjar, namun kini secara implisit mendukung Prabowo, seorang jenderal kontroversial yang merupakan mantan menantu Suharto," muat Reuters lagi.
Disebut pula bagaimana Anies berharap bisa menduduki posisi kedua dalam pilpres putaran pertama. Ini akan memaksa pemilu dilanjutkan ke putaran kedua, khsusunya bila tak ada yang mampu mendapat suara mayoritas.
"...Anies akan berharap untuk menarik pendukung Ganjar," tambah media itu.
Meski demikian, Reuters juga menyoroti bagaimana politik identitas dimainkan Anies. Ini terlihat dari partai pendukungnya dan membuat minoritas meragukannya.
"Meski menganut Islam moderat, Anies dikritik karena kedekatannya dengan kelompok Islam garis keras, sehingga meningkatkan momok politik identitas di Indonesia," muatnya.
"Meskipun merupakan rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia secara resmi merupakan negara sekuler dan memiliki komunitas Kristen, Hindu, Budha, dan komunitas lainnya yang cukup besar," tambah media itu.
"Dukungan partai politik Islam konservatif dan progresif telah membantu Anies dalam survei, namun jika kelompok minoritas tetap tidak yakin, hal itu mungkin akan merugikannya dari jabatan presiden," tulis Reuters lagi mengutip peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, Made Supriatma.
Sumber: CNBC