POLITIK

Lembaga Riset Asing Ini Sorot Pemilu RI, Kenapa?

DEMOCRAZY.ID
Januari 18, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Lembaga Riset Asing Ini Sorot Pemilu RI, Kenapa?

Lembaga Riset Asing Ini Sorot Pemilu RI, Kenapa?


DEMOCRAZY.ID - Lembaga riset asing menyoroti dunia perpolitikan di Indonesia. Kali ini yang dibahas adalah tantangan demokrasi Tanah Air menjelang pemilihan presiden (pilpres) pada 14 Februari mendatang.


Brookings, lembaga riset berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), memuat artikel berjudul "Indonesia's election reveals its democratic challenges" yang dirilis 12 Januari lalu. Lembaga itu menyinyalir, ada kemunduran demokrasi.


"Kejadian-kejadian baru-baru ini memusatkan perhatian pada landasan hukum dan konstitusi demokrasi Indonesia," bunyi artikel yang dimuat penulis Thomas Pepinsky, peneliti politik Asia Timur.


Disebutkan bagaimana putusan MK misalnya sangat kontroversial. Tentang bagaimana Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden dari pasangan Prabowo.


Sebagai informasi, Gibran berusia 36 tahun. Sebelumnya menurut undang-undang pemilu tahun 2017 yang disahkan pada masa pemerintahan pertama Jokowi, usia minimum yang sah untuk calon presiden dan wakil presiden adalah 40 tahun.


Mereka menyebut putusan MK ini mengejutkan baik masyarakat Indonesia maupun pengamat asing. 


Meski mendapat protes namun pasangan Prabowo-Gibran tetap  bersaing dalam pemilihan presiden 2024.


Faktanya, dalam jajak pendapat masyarakat jelang pemilu, pasangan Prabowo-Gibran telah mengungguli dua pasangan lainnya. 


Di mana dalam survei Prabowo-Gibran lebih tinggi dibanding Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Ganjar Pranomo bersama Mahfud MD.


Heboh Media Asing Sorot Anies-Ganjar Berkoalisi Kalahkan Prabowo


Pemilihan presiden (pilpres) RI masih menjadi pemberitaan media asing. Salah satunya media Hong Kong, South China Morning Post (SCMP).


Dalam artikel akhir pekan lalu, media itu menulis bagaimana calon presiden (capres) Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berkoalisi untuk mengalahkan Prabowo Subianto. 


Tulisan khusus dibuat dengan judul "Indonesia election 2024: will Anies and Ganjar join hands to deny Prabowo an outright victory?".


"Tiga calon presiden Indonesia sedang meningkatkan kampanye mereka beberapa minggu sebelum pemilu tanggal 14 Februari, dengan calon terdepan, Prabowo Subianto, mengincar kemenangan yang menentukan dengan meraih lebih dari separuh suara dalam upaya ketiganya untuk menjadi pemimpin," tulis media tersebut.


"Setelah mendaftarkan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pasangannya pada bulan Oktober, Menteri Pertahanan Prabowo dengan mudah memimpin dalam survei opini, dengan jajak pendapat terbaru menempatkannya jauh di depan lawan-lawannya," tambahnya.


"Namun saingannya, mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan, tidak tinggal diam. Keduanya melancarkan serangan terhadap Prabowo dalam debat televisi baru-baru ini yang menarik perhatian pemirsa di Indonesia," jelasnya lagi menyinggung debat capres yang sudah berlangsung beberapa kali di televisi.


"Hal ini terutama terlihat dalam debat hari Minggu lalu, di mana Anies menyerang dugaan kekayaan Prabowo dan Ganjar mengkritik cara menteri menangani anggaran pertahanan," ujar SCMP.


Mengutip pengamat Indo-Pacific Research Centre di Universitas Murdoch, Ia Wilson, SCMP menulis bagaimana Anies dan Ganjar sudah diduga "bersekongkol". Bagaimana keduanya membidik Prabowo sudah tak terelakkan, apalagi surveinya lebih unggul.


"Prabowo dipandang sebagai kandidat yang akan dikalahkan oleh kedua kandidat karena posisinya dalam jajak pendapat, jadi Anda bisa melihat mengapa mereka membidiknya," tulis SCMP memuat komentarnya.


"Prioritas bagi dua kandidat lainnya adalah menciptakan skenario pemilu putaran kedua," tambahnya.


"Saya rasa Prabowo tidak akan bisa langsung menang pada putaran pertama, jadi kita bisa berharap untuk melihat putaran kedua," ujarnya lagi mengingatkan jika tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 50% suara di pilpres 14 Februari, pertarungan elektoral akan ditunda lebih dari empat bulan ke depan, ke putaran kedua di 26 Juni.


Di sisi lain, SCMP juga memasukkan komentar pengamat lokal. Bagaimana Anies, dianggap sebagai kandidat yang mendapat manfaat paling besar dari pemilu yang disiarkan televisi.


Strateginya menyerang Prabowo, dimuat SCMP, tampaknya membuahkan hasil. Dari posisi terakhir, Anies telah bersaing ketat dengan Ganjar, bahkan melampaui pilihan partai berkuasa dalam beberapa jajak pendapat.


"Jajak pendapat yang dilakukan oleh Indikator Politik yang diterbitkan pada tanggal 6 Januari menunjukkan bahwa Prabowo memimpin dengan 46,9%, Anies di posisi kedua dengan 23,2 persen, dan Ganjar di posisi terakhir dengan 22,2 persen," muat SCMP.


"Dukungan terhadap Anies meningkat karena dia menampilkan dirinya sebagai kandidat oposisi yang sebenarnya, sementara Ganjar tampaknya sedikit lebih tidak konsisten dan terjebak di tengah-tengah," tulis media itu mengutip Yohanes Sulaiman, analis politik dan keamanan di Universitas Jenderal Achmad Yani di Bandung.


Sementara itu, debat capres disebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan seorang kandidat untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihannya. Posisi swing voter disebut tengah diperebutkan Anies dan Ganjar


"Popularitas, dukungan terhadap Prabowo tampaknya mengalami stagnasi, yang mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi kubunya," SCMP memuat Yohanes.


"Anda bisa lihat dalam perdebatan-perdebatan tersebut, Prabowo berusaha bermain aman, hanya berusaha bertahan dalam putaran tersebut dan tidak terlalu banyak melakukan serangan terhadap Ganjar, karena merekalah pemilih yang kemungkinan besar ingin dia tarik ke pihaknya," muat media itu mengutip Yohanes lagi.


Meski demikian, kata SCMP dalam penutup artikelnya, politik Indonesia bisa menjadi "teman yang aneh". 


Ini merujuk ke situasi di 2019,, di mana Jokowi memilih saingan terberatnya dalam pemilu yakni Prabowo untuk menjadi menteri pertahanan.


"Apalagi calon wakil presiden berikutnya adalah putra presiden. Jadi mungkin lebih bijaksana untuk terus mengharapkan hal yang tidak terduga," muat media itu lagi.


Sumber: CNBC

Penulis blog