DEMOCRAZY.ID - Hutomo Mandala Putra atau yang lebih dikenal dengan Tommy Soeharto, putra presiden Indonesia ke-2 – Soeharto.
Tommy Soeharto berkarir sebagai seorang pengusaha dan politikus dengan banyak pro kontra pada perjalanan hidupnya.
Saat berusia 4 tahun, Tommy Soeharto mengalami suatu kejadian yang kerap dihubungkan dengan peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI).
Peristiwa G30S PKI merupakan sejarah kelam yang memiliki banyak sudut pandang cerita, banyak teori dan banyak versi dari berbagai pihak pula.
Dari sudut pandang keluarga Cendana, yaitu dari sudut pandang Pak Soeharto dan Ibu Tien, juga memiliki cerita tersendiri.
Dari sudut pandang Ibu Tien, ia memberikan kesaksiannya ketika terjadi pemberontakan G30S PKI.
Dipaparkan bahwa cerita pada malam itu, anak-anak Pak Soeharto dan Ibu Tien meminta untuk dibuatkan sup kaldu tulang sapi.
Ketika sup selesai dan siap dihidangkan di ruang makan, secara tiba-tiba, Tommy Soeharto -- anak ke limanya, menabrak tangan sang Ibu hingga Tommy Soeharto terkena tumpahan sup yang masih panas tersebut.
Usianya 4 tahun saat itu, dirinya langsung dibawa ke Rumah Sakit Gatot Subroto, ditemani kedua orang tuanya, untuk mendapatkan penanganan.
Versi dari cerita Pak Soeharto juga selaras dengan cerita ibu Tien, hal ini diceritakan melalui otobiografinya berjudul Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya.
Saat itu, pada 30 September 1965 pukul 9 malam, Soeharto bersama Ibu Tien sedang berada di Rumah Sakit Gatot Subroto. Untuk melihat keadaan Tommy Soeharto yang memerlukan perawatan setelah terkena tumpahan sup panas.
Jika malam itu Tommy Soeharto tidak terkena tumpahan sup yang dibuat oleh Bu Tien, apakah catatan sejarah akan berubah?
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa peristiwa ini memiliki banyak versi dan sudut pandang.
Pasalnya, terlepas dari peristiwa yang menimpa Tommy Soeharto, nama Pak Soeharto tidak terdapat di dalam daftar penculikan.
Bersumber dari buku John Russel berjudul “Dalih Pembunuhan Massal 30 September dan Kudeta Soeharto, terdapat kesaksian yang menyebutkan bahwa Soeharto sudah mengetahui tentang rencana penculikan sejumlah jenderal.
Adapun pernyataan Kolonel Abdul Latief memperkuat fakta bahwa saat G30S PKI, presiden Soeharto memanglah berada di rumah sakit. Yaitu mengenai Latief yang menemui Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto kala itu.
Latief bersaksi bahwa ia memberi tahu Soeharto perihal rencana penculikan sejumlah jenderal. Kolonel Abdul Latief mengatakan bahwa ia menghadap Pak Soeharto, yang kala itu berada di rumah sakit menunggu Tommy.
Peristiwa Tommy yang harus dirawat di rumah sakit memang seolah menjadi penolong Soeharto lolos dari penculikan. Namun, hal tersebut bukanlah faktor satu-satunya. Pasalnya, hal ini dikarenakan PKI yang mendiskreditkan Soeharto dari daftar penculikan para Jenderal.
Daftar tujuh perwira TNI angkatan darat yang menjadi target penindakan Letkol Untung adalah petinggi TNI AD yang membuat keputusan dan kebijakan di tubuh TNI.
Sedangkan Soeharto, saat itu menjabat sebagai pangkostrad yang merupakan bukan bagian dari Mabes AD yang dapat memberi keputusan, ia hanya menjalankan keputusan tersebut.
Sumber: Hops