DEMOCRAZY.ID - Sri Mulyani dikabarkan sudah tak diajak berbicara oleh Jokowi.
Hubungan keduanya dianggap merenggang karena Jokowi tidak lagi menunjukkan sikap sebagai neragawan dan lebih mementingkan keluarga. Hal ini disampaikan oleh juru bicara Timnas AMIN, Iwan Tarigan.
"Bahkan ada informasi dia (Sri Mulyani) tidak pernah diajak bicara lagi," kata Iwan dilansir pada 27 Januari 2024.
Menurutnya, permasalahan antara Jokowi dan Sri Mulyani bermula karena adanya permintaan untuk menaikkan bansos dari Rp200 ribu ke Rp500 ribu.
Namun, Sri Mulyani enggan mengamini permintaan tersebut. Jokowi juga disebut menciptakan suasana tidak sehat di kabinet.
"Yang mementingkan kepentingan keluarganya dan semakin menabrak etika dan kepatuhan dalam pengelolaan tata negara yang good governance yang menjunjung hukum dan etika," jelas Iwan.
Hal senada pernah disampaikan pula oleh Mahfud MD yang menyebut kini guyonan saat rapat kabinet sangat berkurang.
“Suasananya biasanya enak pak kalau waktu itu, meskipun saya tegas begitu di dalam setiap sidang kabinet tapi bergurau-gurau begitu, ketemu salaman bergurau, mau bubar bergurau," kata Mahfud MD dalam YouTube Rhenald Kasali.
Sebelumnya, Faisal Basri menyebut ada beberapa menteri Jokowi yang siap untuk mundur. Salah satunya adalah, menurut Faisal Basri, adalah Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani sendiri belum memberikan kejelasan soal isu yang beredar tersebut.
Rocky Gerung Ungkap Sri Mulyani Netral di Pilpres 2024, Tapi Diam-Diam Lawan Jokowi
DEMOCRAZY.ID - Dalam video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada 27 Januari 2024, pengamat politik Rocky Gerung mengomentari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan netral dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Rocky Gerung menilai pernyataan Sri Mulyani tersebut tidak konsisten dengan nilai-nilai yang dia pegang.
Menurutnya, jika Sri Mulyani menganggap bahwa Jokowi tidak netral dalam Pilpres 2024, maka dia seharusnya juga tidak netral.
"Kalau Sri Mulyani menangkap bahwa value-nya Jokowi itu tidak netral, maka Sri Mulyani harus mengatakan, 'Saya tidak mau tunduk pada orang yang tidak netral.' Itu namanya duel value, duel nilainya di situ," ujar Rocky Gerung.
"Jadi konsekuensi dari keterangan Sri Mulyani itu secara logis maupun secara etis dia musti mengatakan, 'Saya akan memusuhi orang yang tidak netral.' Bukan dia justru netral terhadap orang yang tidak netral itu logikanya begitu kan?"
Rocky Gerung juga membandingkan sikap Sri Mulyani dengan sikap Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Menurutnya, Ma'ruf Amin lebih konsisten dalam bersikap netral.
"Kalau kalau Wapres saya kira juga sama aja. Bagaimana pun juga kan levelnya dia cuman setingkat di bawah presiden. Dalam kondisi tertentu sebenarnya dia yang bisa mengambil posisinya Pak Jokowi kan harusnya begitu. Tapi saya tidak pernah menguji dan tidak mengenal dengan tepat bukan dengan dengan tidak mengenal dengan tepat konsekuensi sikap dari Pak Ma'ruf Amin. Saya kenal tapi beberapa kali mungkin berbicara tapi tidak sedekat pengenalan saya terhadap watak Sri Mulyani."
Rocky Gerung menilai bahwa sikap Sri Mulyani yang netral di Pilpres 2024 menunjukkan bahwa dia tidak memiliki keteguhan berpikir.
Menurutnya, Sri Mulyani hanya ingin mengoreksi Jokowi, tetapi tidak mampu mengoreksi karena dia adalah bawahan Jokowi.
"Jadi begitu dia kita tahu bahwa oh dia cuman menghimbau dia cuman mengucapkan itu artinya dia sebetulnya adalah ingin mengoreksi tapi tidak mampu mengoreksi dia tidak mampu mengoreksi karena dia adalah bawahan dari orang yang ingin dia koreksi."
Rocky Gerung berharap bahwa sikap Sri Mulyani akan menjadi pelajaran bagi para pejabat publik lainnya.
Menurutnya, pejabat publik harus memiliki keteguhan berpikir dan konsisten dalam memegang nilai-nilai yang mereka yakini.
"Perbandingan-perbandingan itu itu kita mau tuntut sebetulnya eh kelurusan sikap itu dan politik itu hanya disebut berpolitik kalau dua hal kita ucapkan kita Pro pada keadilan dan kita bersikap adil terhadap pikiran kita sendiri."
DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik terkemuka, Rocky Gerung, mengungkapkan kritiknya terhadap kondisi politik Indonesia dalam sebuah video di kanal YouTube resminya.
Rocky Gerung menyoroti ketegangan di kabinet Jokowi setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam komentarnya, Rocky menyatakan,
"Jokowi terlihat panik, pemakzulan segera muncul, menentukan nasibnya."
Rocky Gerung juga merinci bahwa Jokowi saat ini sangat bergantung pada dua menteri, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Menurutnya, Prabowo menjadi kunci dalam menjaga posisi Jokowi.
"Prabowo akhirnya tahu bahwa hanya dengan menyandera Jokowi, dia bisa mendapatkan kekuasaan," ujar Rocky.
Rocky Gerung juga memahami watak Sri Mulyani sebagai seorang intelektual dan pembuat kebijakan yang memiliki etika.
Namun, ia menekankan bahwa Sri Mulyani mungkin melihat peluang untuk memulihkan integritasnya di mata publik.
"Sri Mulyani selalu ada kesempatan untuk memulihkan integritasnya. Dia tahu jika dia berhenti, sistem internasional akan mengutuk Indonesia, dan itu akan mengisolasi kita dari pergaulan ekonomi dunia," jelas Rocky.
Rocky Gerung menegaskan bahwa keputusan Sri Mulyani bukan hanya masalah etika, tetapi juga pertimbangan ekonomi dan geopolitik yang kompleks.
Ia berpendapat bahwa Sri Mulyani memahami bahwa Indonesia akan mendapat kecaman internasional jika kebijakan ekonomi Jokowi tidak diubah.
Rocky Gerung tersebut mencerminkan pandangan bahwa kabinet Jokowi tengah menghadapi krisis yang serius.
Munculnya isu pemaksulan dan ketidakmampuan Jokowi mengendalikan kabinetnya menunjukkan adanya pergeseran dinamika politik di tanah air.
Rocky Gerung menyimpulkan bahwa keadaan kabinet semakin memburuk, dan isu pemaksulan akan terus berlanjut.
Ia juga mengindikasikan bahwa para menteri, termasuk yang mendukung Prabowo, mungkin telah membentuk strategi untuk menghadapi situasi ini, menjadikan Jokowi semakin tidak tenang.
Sumber: HOPS