POLITIK

Hasil Terbaru Survei Asing Soal Pilpres RI, Capres Ini Raih 50% Suara

DEMOCRAZY.ID
Januari 28, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Hasil Terbaru Survei Asing Soal Pilpres RI, Capres Ini Raih 50% Suara

Hasil Terbaru Survei Asing Soal Pilpres RI, Capres Ini Raih 50% Suara


DEMOCRAZY.ID - Lembaga asing menyoroti pemilihan presiden (pilpres) RI, salah satu media mingguan asal Inggris, The Economist. Media tersebut menyoroti siapa yang berpeluang menjadi Presiden Indonesia berikutnya.


Media itu mencoba memantau siapakah calon presiden (capres) yang bertanding dan bagaimana survei terhadap mereka. 


Hal ini pun dirangkum dalam artikel berjudul Who will be the next president of Indonesia? yang dirilis Rabu (24/1/2024).


"Pada tanggal 14 Februari, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini akan mengadakan pemungutan suara untuk memilih penerus Presiden Joko Widodo atau Jokowi," isi laporan media tersebut.


"Tiga calon presiden sudah mendeklarasikannya. Jika tidak ada yang menang lebih dari 50% pada putaran pertama, pemilihan akan dilanjutkan pada Juni," tambahnya.


"The Economist sedang memantau pemilu. Di sini Anda akan menemukan jajak pendapat terkini, panduan singkat untuk masing-masing kandidat, dan penjelasan tentang arti pemilu Indonesia bagi negara dan dunia."


Dipaparkan bagaimana hasil jajak pendapat dilakukan. Per 16 Januari 2024 The Economist menemukan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto tercatat mendapat dukungan sekitar 50%.


Dipaparkan dalam grafik bagaimana suara Prabowo terus naik dari Januari 2023 hingga Januari 2024. Meski ada penurunan di pertengahan September hingga Oktober 2023.


Sementara capres nomor urut 1 Anies Baswedan mendapat 21%. Suaranya sempat turun di Mei 2023 dan September 2023, meski kini merangkak naik.


Sedangkan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo hingga tanggal yang sama memperoleh dukungan 23%. 


Ganjar disebut sempat mendominasi keunggulan di Januari 2023 namun perlahan suara terkikis di November 2023.


Tak hanya jajak pendapat terbaru, media itu juga menguliti satu-satu calon kandidat. The Economist memulainya dengan Prabowo, bagaimana sosok itu digambarkan sebagai "seorang mantan komandan pasukan khusus berusia 72 tahun yang sangat kaya, yang pernah menikah dengan putri Soeharto mendiang diktator Indonesia".


"Prabowo Subianto berjanji untuk menjaga warisan pembangunan Jokowi," tulis media tersebut.


"Tidak hanya menganut paham 'Jokowinomics', yakni pembangunan berbasis infrastruktur, tetapi juga menggandeng putra Jokowi yang berusia 36 tahun, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presidennya," tambahnya.


Media itu juga menyoroti bagaimana Prabowo membawa pesan "nasionalis" yang kuat. Namun sejumlah krisis di masa lalu, seperti konflik Timor Leste dan penculikan orde baru disinggung.


"Meskipun kebijakan luar negerinya tidak jelas, Prabowo berjanji akan lebih menekankan pada keamanan dan pertahanan," muatnya lagi.


Terkait Anies Baswedan, The Economist kembali mengungkit caranya berkampanye untuk gubernur DKI Jakarta saat itu. 


Di mana ia menerapkan politik identitas yang buruk terhadap petahana yang beretnis Tionghoa dan Kristen.


"Banyak pendukung awal Anies meragukan pesan inklusifnya. Meskipun perolehan suaranya bagus di Jakarta, Anies bergantung pada partai-partai pendukung lainnya untuk mendapatkan suara untuknya di Jawa Timur dan sekitarnya," katanya.


"Dia telah memilih Muhaimin Iskandar, ketua partai Islam terbesar, sebagai pasangannya dan dia mendapat dukungan dari beberapa kelompok Muslim konservatif... Namun ia juga membutuhkan dukungan dari kaum moderat perkotaan, yang ia rayu dengan menggambarkan dirinya sebagai seorang teknokrat yang kompeten," muat media itu.


"Ia berpengalaman dalam urusan luar negeri dan ingin meningkatkan pengaruh Indonesia di kawasan dan sekitarnya," tulis The Economist lagi merujuk arah kebijakan ke asing.


Terakhir, terkait Ganjar Pranowo, The Economist menyebutnya memiliki pendekatan yang bersifat man-of-the-people. 


Di mana gubernur provinsi Jawa Tengah ini berasal dari dinasti yang tidak berkuasa sehingga ia bergantung pada dukungan dari PDI-P dan Megawati Sukarnoputri, putri Soekarno dan mantan presiden Indonesia.


"Sebagai seorang teknokrat yang ramah, Ganjar menggantungkan harapan keberhasilannya pada kampanye akar rumput yang aktif. Ia meluncurkan pencalonannya di Papua di wilayah timur jauh Indonesia dan meminjam pendekatan kampanye blusukan dari Jokowi, yaitu dengan melakukan kunjungan dadakan, yang dilakukan di pasar-pasar dan di tempat lain," sebut media tersebut.


"Dia telah memilih Menteri Koordinator Keamanan Presiden Jokowi, Mahfud MD, sebagai calon wakil presidennya. Ganjar menekankan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif dan berjanji untuk meningkatkan keamanan di wilayah maritim negara kepulauan yang luas," tambahnya.


Sumber: CNBC

Penulis blog